PERAN UNI AFRIKA DALAM PENYELASAIAN KONFLIK DARFUR 2003 KESIMPULAN

memutuskan untuk mengirim pejabat militer guna mengetuai pengawasan gencatan senjata, penarikan mundur pasukan dan menciptakan zona demiliterisasi antar keduanya. Adapun dalam upaya mempertahankan kedaulatan negara anggotanya dari luar, misalnya ketika Israel melakukan agresi militer untuk merebut salah-satu kawasan Mesir pada tahun 1967, OPA secara tegas mengutuk agresi militer Israel dan menuntut penarikan mundur semua pasukan Israel dari wilayah-wilayah yang telah diduduki di Mesir. AU 2012 Keberadaan OPA sebagai organisasi regional pada dasarnya tidak dapat memberikan manfaat bagi masyarakat luas Afrika yang secara ekonomi tidak hanya lemah, akan tetapi dalam bidang politik pun mereka juga terpecah-belah. Kondisi ini pada akhirnya melahirkan kesadaran para pemimpin Afrika untuk melakukan sejumlah perubahan di organisasi termasuk melakukan amandemen terhadap Piagam OPA. Amandemen ini mulai dibicarakan mulai tahun 1999. AU 2012 Setelah pertemuan tahunan OPA di Algeria pada bulan Juli 1999, Presiden Libya, Moammar Khadafi, yang yang memiliki cita-cita untuk membentuk suatu organisasi regional guna menyatukan dan meningkatkan kesejahteraan bangsa Afrika, meminta Majelis Umum OPA untuk mengadakan pertemuan luar biasa di negaranya pada tanggal 9 September 1999. Pertemuan luar biasa tersebut bertujuan untuk mengamandemen Piagam OPA guna meningkatkan efesiensi dan efektifitas OPA . Hal itu tercermin dalam tema pertemuan yang berbunyi “Strengthening OAU Capacity to Enable it to Meet The Challenges of The New Millenium”. AU 2012 Pertemuan tingkat tinggi OPA di Sirte, Libya, ini menghasilkan penandatanganan Deklarasi Sirte AU 2012 dengan tujuan-tujuan antara lain: Pertama , mengatasi permasalahan sosial, ekonomi dan politik di Afrika. Kedua, memenuhi aspirasi masyarakat Afrika untuk bersatu sesuai dengan tujuan-tujuan Piagam OPA dan Perjanjian pembentukan Masyarakat Ekonomi Afrika. Ketiga, merevitalisasi organisasi untuk berperan lebih aktif dalam memenuhi kebutuhan rakyat Afrika. Keempat, mengurangi dan menghilangkan konflik di Afrika. Kelima, menjawab dan menghadapi tantangan global. Keenam, memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya alam kawasan untuk meningkatkan kondisi kehidupan bangsa Afrika. Sejak Deklarasi Sirte di Libya, kepala-kepala negara dan pemerintahan anggota OPA mengadakan tiga kali pertemuan tingkat tinggi untuk membahas implementasi pembentukan Uni Afrika. Pertemuan pertama dilaksanakan di Lome, Togo pada tahun 2000. Pada pertemuan tersebut, 27 kepala-kepala negara dan pemerintahan OPA menandatangani Constitutive Act of the African Union Piagam Uni Afrika dan menyepakati Piagam tersebut sebagai landasan organisasi sekaligus merumuskan prinsip-prinsip, tujuan serta badan-badan Uni Afrika. Piagam Uni Afrika secara resmi berlaku pada tanggal 26 Mei 2001 setelah Nigeria meratifikasi Piagam Uni Afrika untuk memenuhi kuota 23 persetujuan negara-negara anggota. Pertemuan selanjutnya diadakan di Lusaka, Naimibia pada tahun 2001. Pertemuan tersebut membahas mengenai tata cara teknis peresmian Uni Afrika. Pertemuan di Lusaka, Sekretariat Jendral OPA ini, diberikan mandat untuk membuat aturan-aturan mengenai peresmian Uni Afrika serta badan-badannya