Upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country, Spanyol 2007-2013

(1)

UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK

DI WILAYAH BASQUE COUNTRY, SPANYOL

2007-2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Whisnu Mardiansyah 1110113000076

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur Alhamdullilah saya ucapkan kehadirat Ilahi Robbi Allah SWT yang telah memberi kekuatan rahmat dan hidayahNya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya Uni Eropa dalam Meredam Konflik di Wilayah Basque Country Spanyol” ini dengan semaksimal mungkin dan sebaik-baiknya, meski kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Selain itu, ucapan terima kasih dan apresiasi yang sebesar-besarnya terucap kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun yang telah memberikan dukungan doa dan motivasinya dalam penyelesaian skripsi ini :

Mama Endang Komariah dan Ayah Tarmin, atas seluruh, waktu, tenaga dan usaha maksimal untuk memberikan kehidupan dan pendidikan yang layak, dukungan tanpa henti dan keyakinan akan keberhasilan anak-anaknya kelak. Yang paling tidak terlupakan, Pa’de Bambang Hermanto selaku paman yang telah memberikan banyak bantuan materi kepada penulis dalam menyelesaikan studi S1 di Jakarta selama empat tahun ini. Hanya Allah SWT yang bisa membalas seluruh kebaikan dan pengorbanan kalian.

Pak Andar Nubowo atas kesediaan beliau menjadi pembimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang selalu direpotkan atas ketidakpahaman saya dalam menulis sebuah skripsi yang baik dan sempurna. Muchas gracias, Señor!

Seluruh civitas akademik di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dekan, dosen-dosen FISIP yang terutama


(6)

kepada Kepala Jurusan Hubungan Internasional Ibu Debby Affianty yang mempermudah mahasiswanya dalam birokrasi proses penyelesaian skripsi dari mulai pengajuan proposal hingga sidang.

Kepada seluruh teman-teman kelas HI-B angakatan 2010, meskipun tidak dapat disebutkan satu per satu, tetapi tidak sedikitpun mengurangi rasa terima kasih yang sebesar-besarnya telah menjadi bagian empat tahun untuk mencapai cita-cita bersama. Dan kepada Fahmy, Rizal, Fatah, Ocid, Eko, Dhimas, Dede, Mely kawan-kawan kelas yang saling memotivasi dan berlomba-lomba dalam menyelesaikan skripsi masing-masing, tetapi meskipun tidak dapat wisuda bersama-sama tetap keep fighting on your dreams and spirit thanks a lot for wonderful four years can’t do this without u all, God bless u !

Kepada teman-teman sahabat sekosan dan diskusi Opik, Fangke, Miftah, Aceng, Gondes dan Ojan dalam setahun terakhir telah menjadi teman-teman setongkrongan, diskusi, dalam keadaan sulit maupun senang telah membuat hari-hari selalu menyenangkan dalam menghadapi peliknya menghadapi tugas akhir kuliah. Ingat skripsi dapat di atasi dengan ambisi, inspirasi dan dieksekusi bukan untuk diratapi. Semoga teman-teman yang masih berjuang segera eksekusi skripsinya. It’s been real pleasure to know u all, i’ll see u all in the future!

Jakarta, 2 Desember 2014


(7)

ABSTRAKSI

Skripsi ini membahas upaya-upaya pencegahan Uni Eropa dalam meredam konflik separatisme di Basque Country, Spanyol. Upaya untuk memediasi dan meresolusi konflik di Basque Country tidak pernah menemui titik temu antara kedua belah pihak. Uni Eropa pun mengalami kesulitan untuk menanggapi isu separatisme di Basque Country. Daripada melibatkan dini dalam masalah internal negara anggotanya, upaya yang dilakukan Uni Eropa lebih pada upaya untuk meredam konflik dengan memfasilitasi berbagai program bantuan ekonomi dan alokasi anggaran di Basque Country.

Penelitian ini menggunakan konsep Orgasnisasi Internasional dan Konsep Perdamaian. Dalam konteks ini, Uni Eropa sebagai organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian dalam setiap penyelesaian konflik memiliki peran kunci dalam upaya penyelesaian konflik baik secara langsung maupun tidak langsung di Basque Country. Spanyol tentu sangat membutuhkan kehadiran dari Uni Eropa dalam keadaan di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan konflik separatisme Basque. Dengan menggunakan Positive Peace melalui kebijakan regional Eropa, UE ingin membangun sudut pandang di masyarakat seperti keselarasan, keadilan dan kesetaraan.

Perdamaian positif bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan politik. Program kebijakan regional Eropa melalui Structural Fund pada tahun 2007-2013 mempengaruhi jumlah serangan dan teror ETA. Dukungan warga terhadap proses integrasi Eropa semakin mengurangi legitimasi ETA dan keinginan untuk merdeka semakin menurun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di wilayah Basque Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAKSI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

BAB I : PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Tinjauan Pustaka ... 7

E. Kerangka Konseptual ... 10

F. Metodologi Penelitian ... 14

G. Sistematika Penelitian ... 16

BAB II : SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY ... 18

A. Wilayah Etnis Basque ... 18

B. Pembentukan Eta (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan Pemerintah Spanyol ... 22

B.1. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975) ... 25

B.2. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang) ... 27

BAB III : UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL ... 37


(9)

B. Uni Eropa dalam Konflik di Wilayah Basque Country ... 43

BAB IV : UPAYA UNI EROPA DALAM MEREDAM KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY TAHUN 2007-2013 ... 54

A. Kebijakan Regional Eropa/Structural funds ... 55 B. Efektifitas Kebijkan Regional Eropa terhadap Eskalasi Konflik di Basque

Country ... 61 C. Faktor Pendukung : Integrasi Eropa di Basque Country ... 69 D. Faktor Penghambat : Penolakan Spanyol untuk Gencatan Senjata dengan

ETA ... 72

BAB V : KESIMPULAN ... 77 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

TABEL 3.1 : Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian konflik .... 40

TABEL 4.2 : Anggaran dana Structural Funds Uni Eropa di Basque ... 59

TABEL 4.3 : Total Anggaran Uni Eropa di Basque Country tahun 2007-2013 ... 61

TABEL 4.4 : GDP Per Kapita Basque Country tahun 2007-2013 ... 67

TABEL 4.5 : Jumlah Serangan dan Korban Jiwa Teror ETA ... 69

TABEL 4.6 : Kontribusi GDP Basque Country ke Spanyol tahun 2007-2013 ... 74

TABEL 4.7 : Alokasi anggaran Uni Eropa di Spanyol tahun 2007-2013 ... 76

GRAFIK 4.1 : Anggaran Uni Eropa di Basque Country ... 63


(11)

DAFTAR SINGKATAN

BAC : Basque Autonomous Community

CCRLA : the Consultative Council of Regional and Local Authorities CF : Cohesion Fund

CFSP : Common Foreign and Security Policy CoR : Committee of Regions

EA : Eusko Alkartasuna (Basque Solidarity) EEAS : European External Action Service EEC : European Economic Community EGI : Eusko Gaztedi (Basque Youth)

EGTC : European Grouping Territorial Cooperation EFA : European Free Alliance

ERP : European Regional Policy

ERDF : European Regional Development Fund ESDP : European Security and Defense Policy ESF : European Sosial Fund

ETA : Euskadia Ta Askatasuna (Basque Homeland and Freedom) EU : European Union

GAL : Grupos Antiterroristas de Liberacion (Anti-terrorist Liberation Groups) GDP : Gross Domestic Product

IGO : Intergovernmental Organization

INGO : International Nongovernmental Organization IRA : Irish Republican Army

IVC : International Verification Committee

PNV : Partido Nacionalista Vasca (Basque Nationalist Party) PP : Partido Popular (Popular Party)

PSE : Partido Socialista de Euskadi (Basque Socialist Party)

PSOE : Partido Socialista Obrero Espanol (Spanish Socialist Workers Party) SF : Structural Fund


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu separatisme menjadi masalah klasik yang dihadapi beberapa negara di dunia. Faktor kesenjangan ekonomi, perbedaan ideologi, dan latar belakang budaya menjadi faktor separatisme muncul. Negara-negara Eropa pun menghadapi masalah separatisme, di saat Uni Eropa sedang bertransisi menuju integrasi politik dan ekonomi. Dari beberapa kelompok separatis di Eropa di antaranya, Brigade Merah, NAR (Italia), Faksi Tentara Merah (Jerman), GRAPO, Spanish Basque Battalion, ETA (Spanyol), dan IRA (Irlandia Utara).1

Dalam empat dekade terakhir, Spanyol menghadapi persoalan separatisme yang timbul di beberapa wilayah regionalnya. Tuntutan otonomi dan kemerdekaan menyebabkan beberapa wilayah regional di Spanyol berjuang memisahkan diri. Separatisme di Spanyol memasuki tahap gerakan insurgensi terorisme berbasis etnisitas dan teritorial, salah satunya di Basque Country. Basque Country atau Euskal Herria adalah sebuah daerah di Pyrenees Barat, terletak diantara Timur Laut Spanyol dan Barat Daya Perancis. Wilayah ini dihuni mayoritas etnis Basque dan berbahasa Euskara. Di antara wilayah-wilayah regional lainnya di Spanyol, Basque Country memiliki hak otonomi

1

Gulriz Gigi Gokcek, Cooperation of EU Member States in Limitinf Etnhic Conflict, Department of Political Science Ellison Hall. University of California, 2008, Hlm. 18-22

1


(13)

paling luas, namun wilayah ini terus berupaya untuk memisahkan diri dari Spanyol. 2

Pada tahun 1979, lobi politik Pemerintah Regional Basque (Basque Autonomus Community) menghasilkan statuta otonomi yang disebut statuta Guernika. Statuta Guernika memberikan hak dan kebebasan kepada wilayah Basque untuk memiliki parlemen lokal, tenaga kepolisian, mengontrol pajak dan pengibaran bendera Ukurinna. Rakyat Basque menginginkan perluasan otonomi, karena Statuta Guernika belum sepenuhnya memberikan hak-hak konstitusi kepada Basque Country. Pada 22 Januari 2005, Presiden Regional Basque Juan Jose Ibarretxe mengajukan Ibarretxe Plan (proposal otonomi terbaru) ke depan Parlemen Spanyol, namun Parlemen Spanyol menolak keras proposal Ibarretxe Plan.3

Separatisme di Basque Country muncul sejak tahun 1960, yang di ditandai dengan terbentuknya gerakan separatis ETA (Euskadi Ta Askatasuna) pada tahun 1958. ETA mengampanyekan ideologi ethnonationalist dengan cara-cara teror untuk mencapai tujuannya.4 Serangkaian teror ETA sejak tahun 1960 telah menewaskan hampir delapan ratus korban jiwa dari penduduk sipil, politisi, jurnalis hingga pejabat pemerintah.5 Sebagai fakta, Spanyol menjadi negara

2

Dwiya Saha, Euskal Herria - 194 th , Journal of Institute of Foreign Policy Studies, Calcutta University, 2012,hlm. 1-3

3

BBC, Basque Plan Independent Plan Rejected terdapat di

http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/4228297.stm diakses pada 5 Mei 2014

4

Peter Lowe, ETA,Terrorism and Basque Conflict, Peter Lowe Publisher, 2014, hlm. 5-7

5

Ignacio Sánchez-Cuenca, The persistence of nationalist terrorism: the case of ETA, Journal of Centre for Advanced study in social science Juan March Institute, 2008, hlm. 2-3

6

Terrorist Act 1968-2006 Fatalities terdapat di

http://www.nationmaster.com/country-info/stats/Terrorism/Terrorist-Acts/1968--2006/Fatalities diakses pada 30 April 2014

2


(14)

dengan jumlah serangan teror terbanyak di antara negara-negara Eropa Barat lainnya periode tahun 2000-2006.6

Separatisme ETA dapat menganggu stabilitas keamanan, integritas ekonomi dan politik Uni Eropa di Spanyol.7 Pada tahun 2002, Spanyol mengeluarkan kebijakan Pacto de las Libertades Contra el Terrorismo. Kebijakan tersebut melegitimasi pihak kepolisian dan keamanan untuk menangkap pihak-pihak yang dicurigai sebagai teroris, terutama ETA. Uni Eropa pun menetapkan kelompok separatis ETA sebagai organisasi teroris, sehingga Uni Eropa mendukung penuh Spanyol untuk memerangi ETA. 8 Penangkapan pemimpin ETA oleh pemerintah Spanyol membuat ETA melemah didukung masyarakat Basque Country yang menolak cara-cara kekerasan dan menolak keberadan ETA.

Upaya perdamaian melalui dialog dan mediasi beberapa kali telah dilakukan di antaranya, Pada 25 November 2005, ETA mengajukan proposal perdamaian ke Uni Eropa untuk mengakhiri konflik, namun hal itu ditolak oleh Uni Eropa dikarenakan proposal tersebut tanpa persetujuan dari Pemerintah Spanyol.9 Pihak ketiga yakni, seperti Carter Center tahun 1993-1994, dan Pemerintah Swiss tahun 1999 telah mengupayakan proses perdamaian dan

7

Julen Pablo and Oier Imaz, The EU and the Basque conflict opportunities for engagement, Journal of Concilitaion Resource No.22, 2011, hlm.32

8

Spanish Government Discusses Extending Scope of Anti Terror Pact diakses di http://www.wsws.org/articles/2004/aug2004/spai-a24.shtml pada 10 Mei 2014

9

European Union Will Not Negotiate with ETA dalam Roy Sidharta Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan : Perspektif Kritis terhadap Penggunaan kembali Pola-pola Terorisme oleh ETA dalam Mencapai Kemerdekaan Pasca Insiden Pemboman Madrid 2004, Tesis Universitas Indonesia, 2007, hlm.96

3


(15)

mediasi. Namun, upaya mediasi belum menemui kesepakatan perdamaian antara kedua belah pihak.10

Komunitas internasional mendesak agar diadakan perundingan perdamaian. Pada International Conference in Basque Conflict 17 Oktober 2011 di San Sebastian, mantan Sekretaris Jenderal PBB Koffi Anan menyerukan kepada pihak-pihak yang terlibat konflik untuk segera mengakhiri konflik.11Di dalam internal Uni Eropa, anggota Parlemen Eropa, Garry Adams, eks-pejuang IRA (Irish Republican Army) juga mengupayakan kepada negara-negara anggota Uni Eropa untuk membantu proses perdamaian di wilayah Basque Country dengan mekanisme proses perdamaian di Irlandia Utara antara IRA dan Pemerintah Inggris.

Upaya proses perdamaian dan dialog antara ETA dan Pemerintah Spanyol selalu mengalami kegagalan. Pada 25 November 2012, ETA bersedia berdialog dengan Pemerintah Spanyol dengan syarat mengembalikan para tahanan ETA ke wilayah Basque, namun Spanyol menolak syarat-syarat ETA dan menginginkan pembubaran ETA seutuhnya.12 Penyelesaian konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol belum menemui kesepakatan secara resmi melalui meja perundingan.

10

Gorka Espiou Idoiaga, The Basque Conflict New Ideas and Prospect for Peace, Journal of United States Institute for Peace Special Report No.161, 2006, hlm.8

11

Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di

http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014

12

Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical terdapat di

http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses diakses pada 20 Mei 2014

13

Emma Johansson, A New Start for EU Peacemaking : Post Record and Future Potential, Journal of UCDP No.7, Upsalla, Departement of Research and Conflict Resolution,

4


(16)

Pemerintah Spanyol menganggap gencatan senjata secara sepihak oleh ETA hanya sebagai retorika.

Uni Eropa adalah lembaga yang memiliki peran kunci dalam penyelesaian konflik di Basque Country. Traktat Lisbon memberi legitimasi bagi Uni Eropa dalam penyelesaian konflik dan penciptaan perdamaian internasional. Uni Eropa harus berperan dan memperkuat kinerjanya dalam aktifitas konflik internasional dan proses perdamaian dengan mengintegrasikan dimensi-dimensi peacebuilding ke dalam mekanisme penyelesaian konflik.13

Upaya Uni Eropa untuk memediasi konflik di Basque Country terhalang dengan sikap Spanyol. Spanyol menganggap masalah konflik di wilayah Basque Country hanya sebagai masalah internal dalam negerinya.14 Posisi dilematis Uni Eropa membuat Uni Eropa tidak dapat berperan secara langsung dalam proses dialog dan negosiasi. Uni Eropa menggunakan pendekatan conflict prevention dan conflict containment separatisme di Basque Country.

Maka dari itu, persoalan ini, terutama mekanisme dan kebijakan Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country, Spanyol Tahun 2007-2013 menarik untuk dikaji.

14

Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.70-72

5


(17)

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitiannya adalah “bagaimana upaya Uni Eropa meredam konflik di wilayah Basque Country ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menggambarkan perkembangan konflik di wilayah Basque Country dalam kurun waktu 2007-2013

2. Menjelaskan upaya-upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country.

3. Menganalisa efektifitas upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi bagi mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional serta peneliti masalah-masalah internasional mengenai masalah konflik dan separatisme, khususnya dalam masalah di wilayah Basque Country.

2. Memberikan tambahan pengetahuan bagi mahasiswa Hubungan Internasional dalam memahami perkembangan yang terjadi dalam konflik di wilayah Basque Country, mengetahui sejauh mana perkembangan upaya-upaya yang dilakukan oleh Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country.


(18)

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa jurnal dan tulisan yang telah melakukan kajian mengenai separatisme ETA, antara lain, The Peace Processes in The Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach yang ditulis oleh Gorka Espiau Idoiaga dalam Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona bulan Maret 2010.15Jurnal ini menjelaskan bahwa konflik di wilayah Basque Country dapat diselesaikan dengan meniru proses perdamaian di Irlandia Utara. Gorka memperkenalkan format kedaulatan bersama dalam memenuhi tuntutan populasi masyarakat di Basque Country. Menurut Gorka, penerapan pendekatan kedaulatan bersama dalam resolusi konflik di Irlandia Utara sangat relevan dengan konflik yang terjadi Basque Country. Gagasan kedaulatan bersama diterapkan sebagai resolusi konflik dan proses peacebuilding.

Gorka juga menambahkan bahwa proses perdamaian di Irlandia Utara adalah bukti bahwa situasi konflik yang paling kompleks sekalipun dapat terselesaikan dengan dialog dan negosiasi. Ia menilai jumlah kekerasan dan teror ETA di Basque Country yang menurun merupakan pesan yang kuat untuk Pemerintah Spanyol dan separatis ETA mulai melakukan dialog dan negosiasi. Uni Eropa sebagai mediator harus berperan aktif hingga perdamaian yang berkesinambungan itu dapat tercapai di Basque Country.

15

Gorka Espiau Idoiaga, The Peace Processes in the Basque Country and Northern Ireland (1994-2006) : a Comparative Approach, Jurnal Institut Catala Internacional Per La Pau Working Papers, Barcelona, 2010

7


(19)

Jurnal selanjutnya adalah jurnal yang ditulis oleh Julen Zabalo dan Oier Imaz “The EU and the Basque Conflict : Opportunities for Engagement ?” Journal of Concilitaion Resource No.22. Dalam tulisannya, Julen dan Oier melihat perspektif nasionalis Basque sebagai pendekatan dan proposal proses perdamaian di Basque Country. Ia menekankan Uni Eropa untuk memulai proses pedamaian di Basque Country antara Pemerintah Spanyol dan ETA pasca deklarasi gencatan senjata oleh ETA.16

Proses perdamaian di Basque Country membutuhkan inisiatif dari Uni Eropa. Menurut Julen hal yang paling mendasar adalah adalah pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah Basque Country. PEACE Programme yang diterapkan dalam konflik di Irlandia dapat diterapkan pula di Basque Country. Julen menambahkan bahwa usaha apapun yang dilakukan Uni Eropa harus didukung dengan political will dari Pemerintah Spanyol.

Tulisan selanjutnya adalah skripsi dari Desak Putu Sinta Surayani, mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Airlangga Surabaya yang berjudul “Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses Deeskalasi Konflik ETA -Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012”.17 Dalam skripsi tersebut, Desak menyimpulkan bahwa proses de-eskalasi konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 merupakan sebuah proses yang berjalan

16

Pablo and Imaz, the EU and Basque Conflict,hlm.32

17

Desak Putu Sinta Surayani, Faktor Internal dan Eksternal dalam Proses De-eskalasi Konflik ETA-Pemerintah Spanyol tahun 2006-2012, Skripsi Hubungan Internasional Universitas Airlangga, 2012

8


(20)

secara tidak linear. Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol merupakan salah satu konflik kelompok etnis nasionalis paling klasik di Eropa.

ETA menjadi inisiator proses de-eskalasi konflik melalui pernyataan gencatan senjata secara unilateral oleh ETA pada Maret 2006. Proses rekonsiliasi dengan Pemerintah Spanyol mengalami banyak tantangan. Di periode 2006 hingga 2012, skripsi tersebut mengelompokkan periode Maret 2006 hingga Juni 2007 sebagai periode pertama dan periode pasca Juni 2007 hingga Desember 2012 sebagai periode kedua proses de-eskalasi konflik ETA dan Pemerintah Spanyol.

Skripsi tersebut menjelaskan bahwa proses de-eskalasi konflik ETA dan Pemerintah Spanyol pada tahun 2006 hingga 2012 masih berada dalam tahapan conflict containment menuju tahap conflict settlement. Proses de-eskalasi pada periode pertama berjalan dengan adanya tekanan internal dan dukungan internasional kepada ETA untuk melakukan penghentian penggunaan senjata dan kekerasan dan memulai menempuh jalur negosiasi damai dengan Pemerintah Spanyol. Beberapa negosiasi dilakukan untuk merumuskan pre-agreement antara partai politik Spanyol dan Basque guna mencapai proses menuju conflict settlement.

Perbedaan penelitian ini dengan sebelumnya, penelitian ini akan membahas upaya-upaya conflict prevention Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country. Uni Eropa melakukan pendekatan ekonomi dan sosial di Basque Country. Salah satu program Uni Eropa adalah Program kebijakan


(21)

regional Structural Fund. Uni Eropa memberikan insentif-insentif dana pembangunan dan program-program sosial di Basque Country.

Penelitian ini juga akan menjelaskan efektifitas kebijakan regional Uni Eropa di Basque Country terhadap jumlah eskalasi konflik yang dilakukan kelompok separatis ETA, faktor-faktor penghambat dan pendukung kebijakan regional Uni Eropa di Basque Country. Pada akhirnya, konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol menuju Conflict Settlement akan segera terwujud.

E.Kerangka Konseptual 1. Organisasi Internasional

Organisasi Internasional menurut Cheever dan Haviland adalah pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara. Organisasi Internasional berlandaskan suatu persetujuan dasar untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik melalui peretemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala. Terdapat dua macam organisasi internasional secara umum, yakni IGO (Intergovernmental Organization) dan INGO (International Nongovernmental Organization).18 Substansi pendapatnya mengatakan bahwa organisasi publik internasional merupakan organisasi permanen

18

John Baylis and Steven Smith, The Globalization of World Politics; An Introduction to International Relations, New York: Oxford University Press, 2001, hlm. 185

10


(22)

berdasarkan suatu perjanjian internasional yang sifatnya multilateral berdasarkan kriteria dan tujuan tertentu.19

Organisasi Internasional lebih memiliki pengaruh terhadap permasalahan dunia, maka dari itu lebih ditekankan pada organisasi antar pemerintah yang memiliki karateristik umum antara lain :20

1. Organisasi permanen yang melaksanakan serangkaian fungsi 2. Keanggotaan sukarela dari para pihak yang memenuhi syarat

3. Instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasi 4. Luasnya organ perwakilan operasi yang konsultatif

5. Sekretariat tetap dalam melaksanakan fungsi administrasi, penelitian dan informasi

Menurut Pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang hukum Perjanjian Internasional 1969, Organisasi Internasional adalah organisasi antar pemerintah, Organisasi Internasional juga merupakan subjek hukum internasional dan bersama dengan negara-negara anggotanya memainkan peran penting dalam kerjasama antar bangsa. 21 Sebuah negara tentu sangat membutuhkan kehadiran dari sebuah organisasi internasional dalam keadaan di mana negara tersebut tidak mampu menyelesaikan sebuah masalah (isu politik, ekonomi, atau isu lainnya) tanpa bantuan aktor tersebut.22

19

Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 45

20

A. Leroy Bennet, International Organization, New Jersey, Prentice hall, 1977, hlm. 2

21

Boer Mauna, Hukum Internasional : Kerangka Analisa, Jakarta, Pedoman Ilmu, 1987, hlm. 419

22

Scott Burchill and Andrew Linklater, Theories of International Relations, New York: ST.Martin’s Press, 2009, hlm. 98

11


(23)

Konflik antara ETA dan Pemerintah Spanyol mengundang organisasi internasional untuk berperan dan berupaya sebagai penengah. Sebagai anggota dari Uni Eropa, permasalahan separatisme di Spanyol menjadi masalah yang perlu diselesaikan oleh Uni Eropa. Uni Eropa merupakan organisasi internasional yang mengedepankan prinsip-prinsip perdamaian dalam setiap penyelesaian konflik. Konflik membutuhkan penyelesaian, ketika pihak-pihak yang berkonflik tidak mampu menyelesaikan permasalahannya. Uni Eropa memiliki peran ketika konflik telah menjadi konflik bersenjata dengan cara-cara teror yang menelan banyak korban.

2. Konsep Perdamaian

Konsep perdamaian menurut oleh Johan Galtung terdapat dua klasifikasi tentang perdamaian:23 Pertama, perdamaian negatif (negative peace) adalah situasi di mana tidak adanya segala macam bentuk kekerasan. Perdamaian negatif lebih menekankan penghapusan perang .24 Menurut Charles Webel dan Johan Galtung, perdamaian negatif berperan mengatasi konflik kekerasan langsung yang berdampak luas pada kehidupan manusia, terutama kekerasan yang sudah melintasi batas negara dan perang sipil.25 Pendekatan perdamaian negatif tidak menghendaki terjadinya perang dengan

23

Johan Galtung, 50 years : 100 Peace and Conflict Perspective, Transcend University Press, 2008, hlm.16

24

Wiliam James, The Moral Equivalent of War dalam David P. Barash, (ed). Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.65

25

Charles Webel and Johan Galtung , Handbook Peace and Conflict Studies, New York, Routledge, 2007, hlm.6

12


(24)

kekuatan militer dan efek penangkalnya (deterrence). Pada prakteknya, pendekatan perdamaian negatif bersifat koersif (memaksa) dan reaktif.

Kedua, pendekatan perdamaian positif (positive peace), ciri pendekatan perdamaian positif adalah pada pendekatan nilai-nilai moral dan memiliki visi lebih luas dari sekedar meniadakan peperangan/konflik kekerasan ataupun menghindarinya.26 Pendekatan perdamaian positif ingin membangun sudut pandang di masyarakat tentang keselarasan, keadilan dan kesetaraan. Pada prinsipnya perdamaian positif bertujuan untuk menghilangkan berbagai hambatan terhadap masalah-masalah potensial di masyarakat terutama pada permasalahan ekonomi dan struktur sosial dan politik.27

Perdamaian positif melakukan pendekatan nilai dan moral serta lebih mengutamakan aspek pencegahan, sehingga dalam proses penerapannya menawarkan bantuan dalam penyelesaian konflik struktural. Upaya conflict prevention dengan memberikan bantuan ekonomi dan sosial, sehingga akan mencegah timbulnya konflik yang lebih besar di masa depan.

Perdamaian positif menerapkan nilai-nilai moral dan sosial di masyarakat dan menekankan aspek pemenuhan kebutuhan manusia. Perdamaian positif secara langsung mengharuskan pembangunan perdamaian melalui jalur ekonomi, sosial dan lingkungan sehingga terciptanya keadilan

26

David P. Barash, Approaches to Peace: A Reader in Peace Studies, New York, Oxford University Press, 2009, hlm.129

27

Johan Galtung, Violence, Peace and Peace Research, Journal of Peace Research, Vol.6, No.3, 1969, Hlm.183

13


(25)

sosial serta terbentuknya suasana yang harmoni dan damai. Tujuan akhir dari perdamaian positif adalah meminimalisir kekerasan baik secara langsung maupun yang struktural.

Upaya-upaya preventif Uni Eropa dalam meredam konflik di Basque Country diterapkan dengan kebijakan regional Eropa melalui program Structural Fund. Fasilitas bantuan dana untuk kemajuan ekonomi dan sosial adalah salah satu upaya Uni Eropa untuk mengurangi kesenjangan antara Basque Country dengan wilayah regional lain di Spanyol. Uni Eropa mengharapkan sudut pandang di masyarakat Basque Country, bahwa keinginan untuk merdeka bukanlah solusi terbaik dan dukungan terhadap kelompok-kelompok separatis ETA akan semakin berkurang. Hal ini, dapat mengurangi eskalasi konflik yang terjadi di Basque Country.

F. Metodologi Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yakni suatu metode penelitian status sekelompok manusia, objek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang dimiliki.28

Teknik pengumpulan data dengan menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel

28

Moh Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia: Jakarta, 1988, hlm. 63

14


(26)

dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-bahan tersebut diperoleh dari telaah pustaka dan hasil wawancara di beberapa tempat di antaranya yaitu, Perpustakaan Pusat UI, Freedom Institute dan Perpustakaan Kompas Gramedia. Data yang dimaksudkan adalah data mengenai fakta-fakta mengenai upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian di wilayah Basque Country antara ETA dan Pemerintah Spanyol tahun 2007-2013.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif dengan menganalisis permasalahan yang digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Metode penelitian ini menggunakan metode deduktif, dengan menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus. Penelitian ini akan menjelaskan secara umum mengenai konflik di Basque Country, kemudian menjelaskan secara khusus dan menarik kesimpulan mengenai Upaya Uni Eropa dalam proses perdamaian dalam konflik tersebut.


(27)

G. Sistematika Penelitian

Bab I – Pendahuluan berisi latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metodologi penelitian dan sistematika penelitian.

Bab II - Pada bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa Kerajaan Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa demokrasi. Dan menjelaskan pasang surut hubungan Basque Country dan Pemerintah Spanyol mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan budaya, bahasa, dan identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh kelompok separatis ETA di Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi.

Bab III- Pada bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan konflik.

Bab IV- Pada bab ini menganalisa upaya Uni Eropa dalam meredam konflik di wilayah Basque Country-Spanyol. Seperti yang dijelaskan di bab III, Uni Eropa tidak mampu menyelesaikan konflik di Basque Country melalui mekanisme mediasi dan dialog. Meskipun demikian, Uni Eropa memfokuskan upayanya


(28)

melalui conflict prevention di Basque Country dengan pendekatan ekonomi dan sosial.

Bab V-Penutup berisikan kesimpulan dari keseluruhan analisa yang dilakukan.


(29)

BAB II

SEJARAH KONFLIK DI WILAYAH BASQUE COUNTRY

Bab ini menjelaskan sejarah awal wilayah Basque dari masa Kerajaan Navarra, Republik 1 dan 2 Spanyol, masa diktator hingga masa demokrasi. Basque Country dan Pemerintah Spanyol mengalami pasang surut hubungan mengenai tarik ulur hak otonomi di Basque. Perbedaan budaya, bahasa, dan identitas nasional menjadi akar konflik kekerasan oleh kelompok separatis ETA di Basque dari masa diktator hingga masa demokrasi. Kedua belah pihak beberapa kali mengupayakan perdamaian, namun upaya mencapai perdamaian selalu mengalami kegagalan seperti yang akan dibahas di bab ini.

A. Wilayah Etnis Basque

Peta wilayah etnis Basque29

Wilayah etnis Basque berada di sepanjang tepi Pegunungan Pyrenees dan menghadap ke Laut Cantrabia. Penduduk etnis Basque ribuan tahun menghuni

29

Gambar terdapat di http://www.basque.unr.edu/conferences/2011/languages.html diakses pada 30 Mei 2014

18


(30)

wilayah tersebut. Wilayah etnis Basque memiliki luas 20,664 km2 dengan populasi lebih dari tiga juta jiwa. Wilayah ini terbagi menjadi dua, wilayah Iparralde di bagian utara masuk ke dalam teritorial Republik Perancis mencakup 15% dari total luas wilayah, serta wilayah selatan Basque Country dan Navarra yang mencakup 85% dari total luas wilayah. Sebanyak 72% etnis Basque menghuni di wilayah Basque Country, 19% di Navarra dan tersisa 9% tinggal di wilayah Ipparalde.30

Basque yang disebut juga Euskal Herria, Vasconia atau Pais Vasco adalah tanah air etnis Basque dari aspek sejarah, budaya, bahasa dan identitas nasional. Sejarah Basque berawal dari Kerajaan Navarra di masa kepemimpinan Inigo dari Dinasti Aritza pada tahun 824-852 Masehi. Pada tahun 905-925 Masehi, Raja Sancho Garces dari Dinasti Jimeno mengambil alih kerajaan. Kerajaan Navarra mencapai masa kejayaannya hingga masa Sancho III tahun 1004-1035 Masehi. Sancho III menguasai wilayah etnis Basque dan sebagian besar wilayah mayoritas Kristen di Semenanjung Iberia.31

Beberapa abad kemudian, Kerajaan Navarra mengalami kemunduran. Raja Sancho terakhir tidak memiliki keturunan dan memilih bergabung dengan Provinsi Champagne di Perancis. Awal kemunduran dan kehancuran Kerajaan Navarra bemula ketika Raja Ferdinand dari Kerajaan Katolik Castilla-Spanyol 30

Ramon Zallo and Mikel Ayuso, The Basque Country : Insight into Its Culture, History, Society and Institutions, Donastia-San Sebastian, Eusko Jaurlaritzaren Argitalpen Zerbitzu Nagusia Servicio Central de Publicasiones del Gobierno Vasco, 2009, hlm.8

31

Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6

31

Pada abad kesebelas hingga keduabelas Kerajaan Navarra menyatukan ketujuh provinsi berbahasa Basque, empat provinsi masuk teritorial Spanyol saat ini dan tiga provinsi masuk teritorial Perancis saat ini. (baca) Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, dalam Kekerasan dan Kebebasan, hlm.40

19


(31)

menginvasi Semenanjung Navarra pada tahun 1512 Masehi dan mengusir penguasa Perancis di Basque. Pasca invasi Raja Ferdinand, Kerajaan Navarra hanya menjadi kerajaan kecil di bawah dominasi Kerajaan Castilla-Spanyol.32

Di bawah kekuasaan Kerajaan Castilla-Spanyol, wilayah etnis Basque mendapatkan hak istimewa khusus fueros. Hak otonomi fuerros memberikan keistimewaan di Basque untuk memveto undang-undang Spanyol, memiliki institusi yudikatif, legislatif dan eksekutif sendiri serta terbebas dari pajak dan dinas militer Spanyol.33

Dalam perubahan sistem politik di Spanyol dari masa monarki, Republik pertama, Republik kedua hingga masa pemerintahan diktator, wilayah Basque selalu terlibat konflik dengan Pemerintah Spanyol. Peristiwa Revolusi Perancis dan invasi Napoleon Bonaparte ke Spanyol pada tahun 1793 yang didukung rakyat Basque, menjadi pemicu ide pencerahan mengenai demokrasi di Basque. Rakyat Basque ingin membentuk sistem pemerintahan parlementer dan membuat pemerintahan sendiri. Melihat fakta tersebut, Spanyol mulai mempertimbangkan hak istimewa fuerros di Basque.34

Pada tahun 1833, Basque mengalami perpecahan pasca Perang Carlist I. Kelompok konservatif berusaha mempertahankan sistem fuerros, sementara kelompok liberal ingin menghapus sistem fuerros dan membentuk sistem

32

Zallo and Ayuso, The Basque Country, hlm.6

33

Urko Aiarta and Julen Zabalo, The Basque Country : The Long Walk to a Democratic Scenario, Berghof Transitions Series No.7, 2010, hlm.8

34

Wayne Anderson, ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.42

20


(32)

pemerintahan sentralistik yang kuat. Rakyat Basque terbelah menjadi dua, masyarakat pedesaan mendukung kelompok konservatif, sedangkan masyarakat perkotaan mendukung kaum liberal Spanyol.35

Perang Carlsit I dan Perang Carlist II pada tahun 1870 telah memecah belah rakyat Basque.36 Spanyol menuding rakyat Basque bersekongkol dan membantu pemberontak Carlist untuk menggulingkan pemerintahan Republik. Dampaknya, Pemerintah Republik I Spanyol mencabut hak otonomi fuerros di tiga wilayah Basque, Biscaya, Gipuzkoa dan Araba.37 Akan tetapi, Pemerintah Republik Spanyol I tetap mempertahankan sistem fuerros di Navarra.38 Pada tahun 1932, Pemerintahan Republik II Spanyol menawarkan wilayah Basque membentuk satu provinsi dan akan mengembalikan hak istimewa fuerros, namun wilayah Navara menolak bergabung dan memilih membentuk provinsi sendiri.

Pada tahun 1936, kudeta militer pecah di Spanyol oleh Jenderal Fransisco Franco. Wilayah Basque masih dilanda perpecahan dan konflik dengan pemerintahan diktator Franco. Beberapa wilayah di Basque, seperti Biscaya dan Gipuzkoa masih loyal kepada pemerintah Republik dan memilih otonom. Sikap

35

Alfonso Peres Agote, The Social Roots of Basque Nationalism, diterjemahkan oleh Cameron Watson dan William A.Douglas, Las Vegas, University of Nevada Press, 2006, hlm.57

36

Perang Carlist diambil dari Dinasti Carlist yang menginginkan agar direstorasikan kembali dinasti mereka menjadi penguasa Spanyol dan mengembalikan kembali sistem monarki absolut, Raja Juan Carlos merupakan keturunan dari dinasti ini.

37

Ketiga wilayah itu saat ini bagian dari wilayah Basque Country di bawah otoritas Basque Autonomous Community, wilayah yang masih terjadi konflik antara ETA dengan Pemerintah Spanyol hingga kini.

38

Andre Lecours, Basque Nationalism and Spanish State, Las Vegas, University of Nevada Press, 2007, hlm.47

21


(33)

Biscaya dan Gipuzkoa menyebabkan Pemerintahan Franco mencabut hak istimewa fuerros pada tahun 1937.39

Pada perkembangannya saat ini, wilayah etnis Basque terbagi menjadi tiga entitas wilayah otonomi yaitu40 :

1. The Autonomous Community of Euskadi atau Basque Autonomous Community (BAC) terbagi menjadi tiga provinsi Alava-Araba yang beriibu di kota Vitoria-Gasteiz, Bizkaia ibu kota di Bilbao dan Gipuzkoa ibu kota di Donostia-San Sebastian.

2. The Autonomous Comunity of Navarre atau Communidad Foral De Navarra beribu kota di Pamplona-Iruna.

3. Iparralde terletak di utara Basque atau yang lebih dikenal juga dengan French Basque Country. Wilayah ini masuk di dalam teritorial wilayah Republik Perancis dan terbagi menjadi tiga provinsi, Lapurdi beribu kota di Baiona, Zuberoa beribu kota di Maule dan Behenafarroa beribu kota di Donibane Garazi.

B. Pembentukan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) dan Konflik dengan

Pemerintah Spanyol.

Pada masa Pemerintahan Diktator Jenderal Franco, Basque Country menghadapi perlakuan diskriminatif dari pemerintah. Franco menganggap rakyat Basque Country sebagai pengkhianat negara dan dijadikan alasan untuk 39

Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.5

22


(34)

melancarkan serangan masif kedua tempat suci di Basque, Durango dan Guernika dengan bantuan Legiun Condor Jerman. Pada masa pemerintahannya, Franco mengeksekusi lebih dari 21.780 etnis Basque atas tuduhan pengkhianatan terhadap negara.41

Basque Country mengalami kesulitan ekonomi dan kelaparan akibat tindakan represif Franco. Franco melarang segala macam atribut, bahasa, dan identitas etnis Basque, bahkan pemberian nama Basque terhadap anak pun dilarang. Franco memandang bahwa otonomi di wilayah Basque akan dijadikan alat untuk melawan pemerintah demi menuntut kemerdekaan. Franco menolak upaya kemerdekaan Basque Country, karena wilayah Basque menjadi penyokong ekonomi untuk Spanyol. 42

Partai terbesar di Basque PNV (Partai Nasionalis Basque) tidak merespon tindakan-tindakan represif pemerintah. PNV berusaha mempertahankan eksistensi partai di tengah tindakan represif Franco, namun PNV mulai bergabung dengan kelompok-kelompok anti-Franco lain dan mencanangkan rencana jangka panjang untuk kemerdekaan Basque.43 Kelompok pemuda Basque kecewa kepada PNV yang memilih bergabung dengan partai-partai lain di Spanyol. Menurut kelompok pemuda, PNV seharusnya bekerja sendiri untuk memperjuangkan kemerdekaan Basque tanpa ada intervensi dari pihak luar. Sikap PNV membuat hubungan

41

Agote, The Social Roots, hlm.80

42

Clark, The Basque : Franco Years and Beyond dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.43

43

William A.Douglas dan Joseba Zulaika, ETA and the Basque Political Process, Vol.32, No.2, Journal of Comparative Studies in Society and History, Cambridge University Press, hlm.244

23


(35)

dengan kelompok pemuda memburuk. Pada tahun 1952, tujuh mahasiswa di Universitas Jesuit Duesto Bilbao berkumpul dan mengadakan diskusi aktual mengenai upaya kemerdekaan di Basque secara rahasia. Ketujuh mahasiswa tersebut mengumpulkan informasi dan pengetahuan mengenai sejarah, bahasa, budaya, dan nasionalisme Basque sebagai sebuah bangsa.44

Ketujuh mahasiswa tersebut menamakan diri mereka sebagai Ekin yang berarti tindakan. Tugas Ekin menumbuhkan kembali identitas nasional rakyat Basque. Pergerakan Ekin berakar dari ide etnhonasionalisme yang berjuang menyelamatkan Bahasa Euskara bahasa asli orang Basque dan perjuangan anti kolonialisme.45 Ekin mendefinisikan diri mereka dengan Gerakan Patriotik non-Konvensional. Pada awalnya Ekin berkerjasama dengan PNV dan kelompok pemudanya EGI, namun perbedaan ideologi, tujuan perjuangan, ketidaksepakatan dan kontrol dari PNV yang tidak membiarkan kelompok ini bertransformasi, membuat Ekin dan beberapa anggota EGI bergabung untuk membentuk kelompok militan ETA (Euskadia Ta Askatasuna) pada bulan Desember 1958.46

ETA adalah sebuah kelompok insurgensi yang melawan pihak otoritas Spanyol dengan menggunakan perangkat politik dan propaganda. Namun ETA pun dapat dikatakan sebagai kelompok teroris, karena cara-cara yang dilakukannya dengan aksi teror dan kejahatan.

44

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.12

45

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13

46

Ilaria Piccioli, European Integration and Stateless Minorities. The Trajectory of Basque Nationalism, Roma, Department of History and Political Science, Luiss-Guido Carli, 2010, hlm.123

24


(36)

B.I. Masa Diktator Jenderal Franco (1959-1975)

ETA menjadi kelompok militan radikal yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk mengupayakan kemerdekaan Basque. Bentuk perlawanan ETA awalnya hanya bersifat provokatif seperti, grafiti-grafiti anti-Franco, mengibarkan bendera Basque dan menghancurkan simbol-simbol pemerintahan Franco. Pada 18 Juli 1961, ETA melakukan serangan bom pertama yang ditujukan pada konvoi kereta yang membawa pendukung Franco pasca memperingati peristiwa pemberontakan fasis terhadap Republik. Franco bereaksi keras dengan menangkap dan menyiksa aktifis Basque atas tuduhan pemberontakan terhadap negara. Beberapa aktifis melarikan diri ke wilayah Basque di Perancis.47

Strategi serangan ETA menggunakan strategi teori action-repression action-spiral. Peneliti Perancis Franzt Fanon mengembangkan teori ini dalam tulisannya yang berjudul Les Damnes de la Terre. Berdasarkan teori tersebut, ETA akan memprovokasi pemerintah melalui serangan target vital atau dengan aksi-aksi demonstrasi serta pemogokan masal, sehingga rezim Franco akan melakukan tindakan represif. Tindakan represif Franco akan membuat marah warga Basque, sehingga rakyat angkat senjata dan berperang melawan rezim franco.48

47

Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6

48

Tipe revolusi peperangan seperti ini meniru dari cara revolusi yang terjadi di China, Vietnam, Aljazair dan Kuba. Namun demikian teori ini tidak berjalan sesuai harapan, tidak ada timbal balik yang luas dari warga Basque sehingga ETA kembali menggunakan cara propaganda dan model sabotase, baca, Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13

25


(37)

Aksi teror berikutnya, Pada hari Jumat 2 Agustus 1968, ETA melakukan aksi pembunuhan terhadap Kepala Kepolisian Basque-Meliton Manzanas-yang terkenal kejam terhadap tahanan aktifis nasionalis Basque. Aksi ETA memancing amarah Franco dengan mencabut hak-hak konstitusional Basque Country untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Pada tahun 1969, Franco membuka pengadilan Burgos atau Burgos Trial. Franco menghukum mati enam belas tersangka pembunuh Meliton.49

Pada tahun 1973, ETA menyusun rencana besar untuk menculik Carrero Blanco. ETA mendengar kabar bahwa Blanco akan menjadi penerus Franco sebagai Perdana Menteri Spanyol pada bulan Juni 1973. Rencana penculikan berubah menjadi pembunuhan. Menurut ETA, aksi penculikan lebih sulit daripada pembunuhan. Pada 20 Desember 1973, satu komando ETA yang bernama Txikia berhasil meledakan mobil Blanco dengan 74 kg dinamit. Blanco tewas setelah beberapa bulan menjadi Perdana Menteri.50

Franco membalas tindakan ETA dengan kekerasan yang brutal. Beberapa bulan setelah kematian Blanco, Franco menetapkan Basque Country sebagai wilayah darurat militer. Pada tahun 1975, Franco menahan sekitar 4.625 orang Basque tanpa alasan yang jelas dalam sebuah operasi polisi besar-besaran. Protes dan pemogokan massal meluas di wilayah Basque. Rezim Franco justru 49

Melton Manzanas adalah seorang inspektur polisi yang dikenal karena kebrutalannya, memiliki hubungan erat dengan rezim Nazi di Jerman pada masa PD II, kematiannya dikenang sebagai korban terorisme oleh Pemerintah Spanyol (baca) Jose M.Garmendia, Historia de ETA dalam Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.6

50

Carrero Blanco adalah orang dibelakang Franco yang mengepalai badan intelejen Spanyol (SECED) ia mengkondisikan setiap kebijakan represif, hukuman tanpa pengadilan, penyiksaan, tembak mati bagi para aktifis ETA. Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.15

26


(38)

meneruskan aksi penumpasan aktifis-aktifis ETA di Basque Country. Pada 27 September 1975, Franco mengeksekusi aktifis ETA-Txiki dan Otaegi. Tindakan represif Franco menimbulkan protes keras di Basque Country. Beberapa negara Eropa pun merespon dengan melakukan boikot produk-produk Spanyol. Meksiko mengusulkan ke PBB agar mengeluarkan Spanyol sebagai negara anggota.51

Sikap Perancis sebagai negara tetangga Spanyol terhadap ETA, pada masa kepemimpina Franco justru menganggap ETA adalah kelompok pejuang kemerdekaan dan bukanlah teroris. Perancis menganggap bahwa Pemerintahan Spanyol di bawah Franco bertolak belakang dengan demokrasi liberal yang diterapkan di Perancis.52

Pada akhir kepemimpinan Franco, serangan ETA bersifat simbolis dengan sasaran target-target vital dan tokoh politik. ETA mamandang bahwa tindakannya akan memengaruhi situasi politik dan memaksa Franco untuk bernegosiasi. Kematian Franco mengakhiri pemerintahan diktator Spanyol pada 22 November 1975.53

B.II. Masa Demokrasi Parlementer (1975-Sekarang)

Transisi pemerintahan diktator ke demokrasi parlementer menyisakan perpecahan di dalam internal ETA. Pada tahun 1974, ETA terbagi menjadi dua organisasi ETApm (Political-Military) memilih berjuang dengan cara-cara politis 51

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.13

52

Clark, The Basque Insurgent, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.48

52

Paddy Woodworth, The ETA : Spain’s Basque Terrorist, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.88

53

Ethan Bueno de Mesquita, Conciliation, Counter Terrorism and Patterns of Terrorist, Journal of Comparative study of Five Cases, 2005, hlm.4

27


(39)

dan ETAm (Military) memilih berjuang dengan teror dan kekerasan. Kedua kelompok ini tetap memiliki ideologi dan tujuan yang sama untuk kemerdekaan Basque, meski dengan cara yang berbeda.54

Berakhirnya masa Franco dan perpecahan internal ETA tidak menghentikan perlawanan ETA terhadap Pemerintah Spanyol. ETA tetap melakukan aksi teror dan penculikan terhadap politisi-politisi di Basque yang dicurigai pendukung Franco. Pada tahun 1977, ETA telah membunuh sekitar dua puluh tujuh orang di Basque.

Pada tahun 1978, ETA-m mendirikan partai politik Herri Batasuna untuk mengakomodir aspirasi politik anggotanya. Di tahun yang sama, ETA-m mulai melakukan negosiasi politik dengan pemerintah Spanyol. ETA-m bersedia melakukan gencatan senjata untuk pertama kalinya dengan prasyarat yang diajukan di antaranya : 55

1. Amnesti kepada seluruh tahanan ETA.

2. Mengijinkan seluruh partai politik di Basque dan mengadvokasi pendirian negara Basque.

3. Menarik semua pasukan polisi dan Guardian Civil di wilayah Basque. 4. Memperbaiki kehidupan para kelas buruh/pekerja.

5. Di dalam statuta terbaru menambahkan pasal-pasal yang menjamin hak-hak penuh rakyat Basque termasuk keinginan untuk merdeka.

55

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18-19

28


(40)

Beberapa prasyarat ETA bertentangan dengan konstitusi Spanyol yang melarang gerakan-gerakan separatis. Spanyol tidak ingin berkompromi dengan gerakan separatis. Penolakan Spanyol membuat ETA tetap melakukan aksi kekerasan. Kekecewaan ETA bertambah ketika Raja Juan Carlos I menunjuk Adolfo Suarez sebagai Perdana Menteri Spanyol. Di awal kepemimpinannya, Suarez meratifikasi konstitusi dengan pemberian hak-hak otonomi baru di wilayah regional Spanyol. Secara tidak langsung, Suarez menginginkan agar Basque Country tetap menjadi bagian dari Spanyol, dan harapan ETA untuk merdeka kembali tidak terwujud.56

Di tengah konflik ETA dan Pemerintah Spanyol, Kelompok moderat di Basque Country PNV tetap melakukan negosiasi politik ke Pemerintah Spanyol. PNV untuk sementara waktu menerima hasil konstitusi yang baru. Pada tahun 1979, PNV terus mengupayakan dan mengkampanyekan proposal Statuta Guernika. Proposal Statuta Guernika memberikan hak-hak otonomi lebih luas di Basque, namun ETA-m tidak puas dengan isi proposal Statuta Guernika.57

Pada pemilihan umum tahun 1982, Felipe Gonzales dari PSOE (Partido Socialista Obrero Espanol) memenangi pemilu dengan suara mayoritas di Parlemen Spanyol. Pada kampanyenya, Gonzales akan terus mendukung proses demokrasi di Spanyol. Pada pertemuan Pemerintahan Sosialis Internasional di

56

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.18

57

Dalam proposal Statuta Guenika memberikan banyak kebebaan bagi wilayah Basque, Statuta ini menjamin pembentukan pemerintahan dan parlemen lokal, kebebasan menentukan sistem sekolah, kebebasan memiliki tenaga kepolisian lokal dan kontrol atas pajak. Paddy Woodworth, “Dirty War Clean Hands : ETA, The GAL and Spanish Democracy”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.49

29


(41)

Roma, Gonzales menekankan intensitas kerjasama antar pihak untuk memerangi terorisme dan pemberontakan.58

Pemerintahan Gonzales tidak hanya menghadapi ETA di dalam negerinya. Di luar Spanyol, Perancis memberikan suaka politik kepada pelarian dan aktifis-aktifis ETA. Gonzalez meminta Pemerintah Sosialis Perancis mengekstradisi para anggota ETA ke Spanyol, namun Perancis menolak dan menyangkal keberadaan anggota ETA menetap di Perancis.59 Namun seiring perubahan transisi pemerintahan Spanyol menuju demokrasi, Perancis mulai berubah sikapnya terhadap ETA. Tekanan-tekanan dari negara Masyarakat Ekonomi Eropa kepada Perancis untuk membantu Spanyol sebagai calon negara anggota MEE dalam memerangi ETA. Pada tahu 1984, Perancis secara resmi menandatangani kerjasama anti-terorisme dengan Spanyol.60

Pemerintahan Gonzalez pun mendapat tekanan internal dari kalangan militer. Kelompok militer mendesak Gonzales untuk segera menumpas tuntas ETA. Atas desakan pihak militer, Pemerintah Gonzales membuat badan khusus anti-terroris- GAL (Grupos Antiterroristas de Liberacion) yang bertugas secara resmi sebagai badan untuk memerangi pemberontakan. Operasi pertama tahun 1983, GAL menangkap pengungsi Basque di perbatasan Basque-Perancis. Pada

58

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23

59

Sebastian Balfour (ed), The Politics of Contemporary Spain, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.53

60

Cindy Jebb, The Fight for Legitimacy : Liberal Democracy Versus Terrorism, The Journal of Conflict Studies, Vol.XXIII, No.1 Spring, 2003, hlm.37

30


(42)

tahun 1983, GAL tercatat membunuh dan menculik dua puluh tiga orang anggota ETA.61

Pada Juli 1984, Pemerintah Spanyol mengirim pesan kepada ETA untuk negosiasi perdamaian. Selanjutnya, Pada bulan Agustus Menteri Dalam Negeri Spanyol menawarkan kembali negosiasi perdamaian langsung dengan ETA tanpa mediasi siapa pun, kapan pun dan di manpun ETA inginkan. ETA menolak tawaran dari Pemerintah Spanyol, karena tidak adanya jaminan keamanan untuk utusan ETA dalam proses perundingan.62

Pada tahun 1987, ETA bersedia bernegosiasi dengan Pemerintah Spanyol, namun proses negosiasi kembali gagal. Pemerintah Spanyol hanya ingin bernegosiasi untuk membahas masalah-masalah teknis, seperti masalah keamanan dan kepatuhan publik, sementara untuk upaya kemerdekaan Basque dan hak otonomi lebih luas, Pemerintah Spanyol hanya ingin bernegosiasi dengan Pemerintah Regional Basque dengan cara-cara politis. Pada Januari 1988, PNV dan Pemerintah Spanyol membuat perjanjian yang dinamakan “Perjanjian untuk Normalisasi dan Pasifikasi untuk Euskadi” salah satu isi dari perjanjian itu berisi pengutukan terhadap serangan dan teror ETA.63

Pemilihan umum 1996 menandakan berakhirnya masa Perdana Menteri Felipe Gonzales dan PSOE sebagai partai penguasa. Kepemimpinan Spanyol

61

Jan Malsvelt Beck, “TheContinuity of Basque Political Violence : A Geographical Perspective on The Legitimisation of Violence”, GeoJournal, Vol.48, No.2, Territorial Change and National Identities in Eastern and Western Europe, 1999, hlm.109

62

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24

63

Clark, “Negotiating with ETA : Obstacle to Peace in Basque Country 1975-1988”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.55

31


(43)

beralih ke PP (Partido Popular) yang dipimpin oleh Jose Maria Aznar sebagai Perdana Menteri baru. Kebijakan keras terhadap ETA tetap tidak berubah. Dalam kampanyenya, Aznar menekankan tidak akan bernegosiasi dengan kelompok separatis ETA untuk kemerdekaan Basque.64

Pada bulan Mei 1998, Aznar memperluas kebijakan represif terhadap gerakan sosial, politik dan media yang berafiliasi dengan ETA. Kebijakan Aznar membuat upaya untuk proses perdamaian dengan ETA kembali terhambat. Melihat hal ini, PNV dan pihak-pihak moderat lain di Basque merespon dengan proposal politik agar upaya dialog dan negosiasi kembali terbuka. Pada 31 Januari sebelumnya, ETA membuat surat terbuka untuk pemerintah Spanyol yang isinya:65

“ETA akan selalu mendukung setiap hasil perundingan dan negosiasi yang dibuat untuk memperkuat negara. ETA tidak akan pernah malu memulai inisiatif untuk perdamaian dan tidak akan menggunakan cara-cara politik. Asalkan kita mendapat jaminan tanah air kita, Euskal Herria harus dihormati, kita bukanlah orang asing di Basque, dan tidak ada kekerasan dari pihak keamanan. Jika itu terjadi, maka konflik bersenjata akan hilang untuk selamanya.”

Sikap PNV lebih lunak tehadap ETA. PNV membuka kesempatan dialog kembali dialog dengan ETA, ketika pemerintahan Aznar bersikap lebih keras. Sikap keras Aznar dimulai dengan membekukan aset-aset sayap partai politik ETA Herri Batasuna, senilai delapan belas juta euro. Aznar pun melarang Herri Batasuna melakukan aktifitas politik selama tiga tahun. Aznar mencurigai Herri

64

Emmanuel Pierre Guitet, “Is Consensus a Genuine Democratic Value? The Case of Spain’s Political Pacts Against Terrorism”, Alternative: Global, Local, Political, Vol.33, No.3, 2008, hlm.279

65

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.23-24

32


(44)

Batsuna mendanai dan memiliki hubungan dengan ETA dalam setiap aksi kekerasan. Herri Batasuna mengajukan banding, tetapi Aznar menolaknya, pada bulan Maret 2003, Mahkamah Agung Spanyol melarang aktifitas politik Herri Batasuna untuk selamanya.66

Pada tahun 2004, Jose Manuel Rodriguez Zapatero dari PSOE memenangi pemilu Spanyol yang menandakan kembalinya PSOE sebagai partai penguasa. Zapatero menunjukan bahwa kebijakannya di Basque Country tidak sekeras pemerintahan Aznar. Zapatero memberikan kesempatan bagi Basque Country untuk mengajukan statuta otonomi terbaru. PNV membuat proposal statuta otonomi terbaru melalui Presiden Pemerintah Regional. Presiden Pemerintah Regional Basque Juan Jose Ibarretxe mengajukan proposal otonomi yang bernama Ibarretxe Plan atau Nuevo Statuto de Euskadi ke depan Parlemen Spanyol, namun hasilnya, 313 suara mayoritas Parlemen Spanyol menolak proposal Ibarretxe Plan dan hanya 29 suara menyetujuinya.67 Dalam proposal tersebut isinya antara lain adalah :

1. Masyarakat Basque memiliki identitasnya sendiri serta berhak menentukan sendiri masa depannya dan keputusan ini juga menghormati hak-hak warga Basque di Navarra dan Perancis.

2. Pengakuan yudisial, politik dan administratif atas nasionalitas Basque dan sebuah hubungan dengan Navarra dan Basque di Perancis.

3. Diberikannya hak penuh Basque untuk mengatur dirinya sendiri di bidang keamanan publik, hukum lokal dan provinsi, bahasa, budaya, olahraga (termasuk didalamnya pembentukan tim nasional sendiri), insfratruktur, sumber daya alam, manajemen politik ekonomi, pajak dan fiskal, sistem keamanan sosial, perwakilan langsung di semua institusi dan organisasi

66

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35

67

Spain Politics : A Constitusioanl Crisis, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59

33


(45)

internasional terutama di Eropa dan hak untuk menandatangani perjanjian internasional.68

Kepemimpinan PSOE di Pemerintahan Spanyol membuka harapan baru bagi perdamaian di Basque. Pada bulan Agustus 2004, ETA menawarkan dialog dengan Zapatero. bulan November di tahun yang sama, sayap politik ETA Herri Batasuna mengajukan proposal perdamaian yang berjudul “Now the People, Now the Peace” atau yang disebut juga Anoeta Proposal. ETA menunjukan komitmen keinginannya untuk untuk mendukung proses perdamaian yang tercantum dalam Anoeta Proposal.69

Di dalam internal Pemerintahan Spanyol terjadi perpecahan antara oposisi yang dipimpin PP dan PSOE sebagai partai penguasa dalam menyikapi masalah di Basque Country. Pada Mei 2005, Zapatero memperoleh dukungan dari Deputi Dewan untuk mendukung proses dialog dengan ETA. Dengan catatan, dialog tersebut menghormati prinsip-prinsip demokrasi, dan isu-isu politik harus diselesaikan melalui perwakilan-perwakilan yang terlegitimasi, meskipun dukungan ini ditolak oleh oposisi PP.70

Pada 22 Maret 2006, ETA mendeklarasikan gencatan senjata secara permanen. PNV, dan komunitas internasional menyambut dan mendukung pernyataan ETA. ETA mengungkapkan tujuan gencatan senjata adalah untuk membantu proses demokrasi di Basque Country melalui dialog, negosiasi dan

68

Sebaastian Balfour (ed), “The Politics of Contemporary Spain”, dalam Sembiring, Kekerasan dan Kebebasan, hlm.59

69

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.34-35

70

Aiarta and Zabalo, The Basque Country, hlm.36-37

34


(46)

kesepakatan.71 Pemerintah Spanyol tidak merespon pernyataan ETA, sehingga ETA mengakhiri gencatan senjata pada tahun 2007 ditandai pada serangan ETA di Bandara Madrid. Atas aksi ETA, Pemerintah Spanyol mengadakan operasi keamanan bersama dengan pemerintah Perancis dan berhasil menangkap komandan-komandan ETA dalam operasi tersebut.72

Pada akhir 2011, Menteri Mariano Rajoy dari PP memenangi pemilu menjadi partai penguasa kembali di Spanyol. Seperti Aznar, Rajoy kembali menerapkan cara-cara represif terhadap ETA. Rajoy mengatakan bahwa perdamaian di Spanyol akan terjadi jika ETA benar-benar dibubarkan tanpa syarat. Pemerintah Spanyol di masa Rajoy tidak ingin lagi membuka dialog dengan ETA, dengan pengecualian ETA ingin membubarkan diri dan menyerahkan senjata tanpa prasyarat.

Pada 2010, eks-anggota ETA di penjara membuat kesepakatan gencatan senjata secara sepihak yang bernama Guernika Agreement. 73Sejak tahun 2010 hingga 2013 tidak tercatat serangan-serangan yang dilakukan oleh ETA. ETA berkomitmen untuk gencatan senjata dan menciptakan perdamaian di Basque. hal ini diakibatkan karena ETA telah kehilangan kapasitas operasional dan hilangnya legitimasi dari rakyat Basque dalam setiap aksinya. Melalui lembaga internasioal IVC (International Verification Committee), ETA membuat video penyerahan

71

Cuenca, The Persistance of Nationalist Terrorism, hlm.22

72

Dalam operasi bersama tahun 2009-2011 berhasil menangkap para komandan militer ETA Javier Lopez Pena, Garikoitz Aspiazu Rubina, Jurdan Martitegi, Ibon Gogeascoechea, Alejandro Zobaran Arriola (baca). Saha, Euskal Herria, hlm.2

73

Annabel Martin, And When Time Stood Still: Building a Road for Peace, Reconciliation, and Forgiveness in Euskadi (The End of ETA Armed Conflict),Hispanic Journal of Theory and Criticism, Vol.4, Iss 8, Art. 16, 2012, hlm.12

35


(47)

senjata-senjata kepada perwakilan IVC. Sikap keras yang ditunjukan oleh Pemerintah Spanyol terhadap ETA menjadi penghalang dalam setiap upaya dialog dan negosiasi. Pemerintah Spanyol tidak mempercayainya dan menganggap itu hanyalah sebuah retorika yang dilakukan ETA untuk mendapat simpati dari rakyat Basque kembali.74

74

Basque Peace Process: ETA begin to put arms out of use, Spanish government dismiss as “theatrical” terdapat di

http://www.e-f-a.org/services/news-single-view/?tx_ttnews%5Btt_news%5D=719&cHash=f670492e6730198c15d1536fa11ef0cd diakses pada 20 Mei 2014

36


(48)

BAB III

UNI EROPA DAN KONFLIK SUB-NASIONAL

Bab ini menjelaskan pendekatan dan mekanisme Uni Eropa dalam menanggapi dan mengatasi masalah dan isu konflik antar negara maupun konflik negara dengan sub-nasional atau yang disebut juga kelompok separatis. Bab ini juga menjelaskan bagaimana peran Uni Eropa sebagai mediator, negosiator dalam sebuah konflik baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu, bab ini pula akan menjelaskan instrumen-inetrumen Uni Eropa dalam menyelesaikan konflik.

Wilayah Eropa terdiri dari berbagai macam multi etnis dan bangsa. Beberapa wilayah regional di Eropa memiliki perbedaan sejarah, agama, budaya dan bahasa dari negara induknya. Wilayah-wilayah seperti Basque di Spanyol, Irlandia Utara di Britania Raya, Flander di Belgia memiliki identitas nasional sendiri dan terus berjuang untuk mendapatkan pengakuan khususnya di wilayah Eropa.

Regionalisme dan sub-nasionalisme menjadi masalah yang dihadapi negara-negara Eropa Barat. Uni Eropa pun sebagai lembaga multinasional di Eropa dapat mengakomodasi masalah regionalisme dan sub-nasional dengan cara diplomatis dan politis, tetapi beberapa menimbulkan konflik bersenjata dengan negara induknya. Uni Eropa menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi bagi negara-negara anggotanya. Negara masih menjadi aktor penting di Uni Eropa, sementara wilayah sub-nasional tidak memiliki kapasitas lebih untuk mengontrol setiap


(49)

kebijakan dalam lingkup Uni Eropa. Upaya wilayah regional dan sub-nasional untuk memisahkan diri dari negara induknya terkadang menimbulkan konflik bersenjata. Uni Eropa memiliki mekanisme sebagai mediator, negosiator dan fasilitator konflik dalam upaya penyelesaian menuju proses perdamaian. Seperti yang akan dijelaskan dalam sub-bab dibawah ini.

A. Peran Uni Eropa dalam Konflik Negara dan Sub-Nasional

Sebagai lembaga multinasional, Uni Eropa berkomitmen dalam perdamaian, hak asasi manusia dan demokrasi. Uni Eropa banyak memainkan peran penting dalam setiap konflik sub-nasional di dunia. Peran Uni Eropa sebagai Peace Mediation75 di berbagai konflik sub-nasional di dunia seperti di Mali, Serbia-Kosovo membuktikan bahwa organisasi multinasional ini telah memberikan andil besar dalam setiap konflik internasional yang terjadi.

Sebelum diberlakukannya Traktat Lisbon 2009, Uni Eropa memiliki mekanisme penanganan konflik melalui Goteburg Programme for the Prevention of Violent Conflict, Uni Eropa mengadopsi konsep ini untuk memperkuat kapasitas Uni Eropa sebagai tempat mediasi dan dialog. Pendekatan melalui Goteburg Programme dalam pencegahan konflik dilakukan melalui perjanjian. Pendekatan yang dilakukan Uni Eropa lebih luas dan melibatkan beberapa pihak dari pemerintah sampai komunitas lokal.76 Uni Eropa dapat berperan secara langsung maupun tidak langsung dalam proses mediasi melalui dukungan kepada

75

Antje Herrberg with Canan Gunduz and Laura Davis, Engaging the EU in Mediation and Dialogue, Initiative for Peacebuilding Mediation Cluster, 2009.hlm.16

76

Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 Juni 2001

38


(50)

aktor lain dengan memberikan pengaruh diplomatik, menyediakan dana resmi maupun tak resmi serta memediasi dari akar konflik.77

Setelah diberlakukannya Traktat Lisbon, Uni Eropa memiliki beberapa instrumen atau lembaga khusus yang relevan dalam proses mediasi dan dialog. Uni Eropa memiliki CFSP (Common Foreign and Security Policy) dan ESDP (European Security and Defense Policy). Kedua lembaga tersebut memberi legitimasi kepada Uni Eropa untuk mengeluarkan kebijakan eksternal dalam merespon pelanggaran hukum internasional, hak asasi manusia, dan prinsip-prinsip demokrasi. Peran Uni Eropa menyangkut pencegahan konflik dan manajemen krisis melalui kemampuan militer dan pembangunan masayrakat sipil.78

Pada 10 Desember 2010, CFSP/ESDP membentuk EEAS (European External Action Service). Atas mandat dari Dewan Uni Eropa, Salah satu tujuan dan tugas EEAS adalah upaya pencegahan konflik, upaya peacebuilding dan instrumen mediasi. Aspek pencegahan konflik tetap menjadi tujuan utama dari EEAS,79 namun tidak hanya CFSP/ESDP yang dapat upaya menyelesaikan penyelesaian konflik, Uni Eropa memliki instrumen dan mekanisme lain yang dapat diterapkan sebagai upaya penyelesaian atau pencegahan konflik seperti yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini.

77

EU Support to Peace Mediation : Developments and Challanges, EPLO, hlm.2

78

Common Foreign and Security Policy terdapat di http://eeas.europa.eu/cfsp/index_en.htm diakses pada 13 September 2014.

79

EU Support to Peace Mediation, hlm.4

39


(51)

TABEL 3.1

Instrumen dan Mekanisme Uni Eropa dalam Penyelesaian Konflik 80

Badan Uni Eropa Mekanisme Contoh Kasus

Dewan Uni Eropa • Mengadopsi kesimpulan dari Dewan Eropa

• Menstimulasi upaya

mediasi melalui pendekatan kebijakan luar negeri dan membantu negara-negara anggota Uni Eropa lainnya yang mempunyai tujuan sama.

• Membatasi posisi negara-negara anggota yang terkena dampak konflik dalam kebijakan luar negeri Uni Eropa.

Kesimpulan Dewan Uni Eropa dalam proses perdamaian di Timur Tengah.

Perwakilan Tinggi Uni Eropa / Wakil Presiden Komisi Eropa untuk Urusan luar negeri dan kebijakan keamanan (CFSP)

• Upaya diplomasi melalui CFSP.

• Memfasilitasi proses dialog khusus.

• Mendukung upaya dan keputusan Dewan Eropa dalam pelaksanaan Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan (CFSP).

• Berpartisipasi dalam Misi Troika.

• Memimpin upaya dialog politik dengan negara ketiga.

Memfasilitasi dialog dalam konflik Serbia-Kosovo.

Duta, Mediator dan Perwakilan Khusus

• Perwakilan khusus Uni Eropa ditunjuk oleh dewan

• Penunjukan

Robert Cooper 80

Data diolah dari berbagai sumber seperti : International Alert and Saferworld, Developing an EU strategy to address fragile states: Priorities for theUK Presidency,2005. Dan Saferworldand the Conflict Prevention Network with Africa Peace Forum and InterAfrica Group, Understanding the EU: A civil society guide to development and conflict prevention policies.

40


(52)

Uni Eropa Eropa untuk wilayah dan negara tertentu untuk membantu, memfasilitasi dan berkontribusi dalam proses perdamaian yang masih berlangsung.

• Memimpin misi Uni Eropa dan merekomendasikan tindakan yang harus diambil Uni Eropa dan mendukung proses perdamaian secara finansial maupun teknis. • Dimungkinkan atau tidak

diberi wewenang sebagai mediator.

• Meyakinkan komunikasi terbuka antara pihak-pihak terkait konflik dengan Brusels/negara-negara

anggota Uni Eropa.

• Memainkan peran sebagai pemantau dan diberi mandat untuk bekerjasama dengan Mahkamah Kriminal Internasional. fasilitator dialog teknis dalam konflik Serbia-Kosovo hingga Agustus 2012.

• Perwakilan khusus Uni Eropa di konflik Kaukasus Selatan dan krisis di Georgia sebagai Ketua

pembicaraan di Jenewa.

• Perwakilan khusus Uni Eropa sebagai pemantau dalam negosiasi 5+2 konflik Moldove-Transnistria dengan membentuk EUBAM (EU Border Mission to Moldova and Ukraine)

Delegasi Uni Eropa • Kepala Delegasi terlibat dalam dialog tingkat tinggi dengan negara-negara yang terkena dampak konflik. • Menyediakan analisis dan

laporan kepada pihak negara ketiga secara politik dan perkembangan konflik. • Melaksanakan bantuan luar

negeri.

• Menyediakan dukungan logistik misi Uni Eropa dalam kunjungan tingkat tinggi.

• Menjaga jaringan dan kontak dengan negara-negara terkait. Politik, ekonomi dan aktor masyarakat.

Delegasi Uni Eropa di Filipina yang mewakili IMT (International Monitoring Team). Memonitoring pelaksanaan kesepakatan perdamaian antara Pemerintah Filipina dengan MILF (Moro Islamic Liberation Front.


(53)

Divisi EEAS (European External Action Service) untuk urusan pencegahan konflik, peacebuilding, dan instrumen mediasi.

• Menyediakan dukungan dalam upaya dialog dan mediasi. Seperti memberi pelatihan dialog dan mediasi oleh para pakar/ahli dengan materi-materi panduan dan penelitian.

• Melaksanakan Program strategis jangka panjang (pasal 4.3) dalam IfS (Instrument of Stability) atau yang disebut juga PbP (Peace-building

Partnership) yang mendukung upaya pihak-pihak lain seperti PBB, NGOs, negara-negara anggota Uni Eropa.

• Mekanisme dan saran Uni Eropa terhadap proses perdamaian di Myanmar.

• Mengutus para

pakar/ahli mediasi dan dialog dalam proses perdamaian di Madagaskar. ESDP (European Security and Defense Policy) Mission Mendukung kesepakatan perdamaian, gencatan senjata, dan kesepakatan isu perbatasan.

• Misi pemantauan kesepakatan damai di Aceh.

• Misi pemantauan di Georgia dalam kesepakatan enam

poin antara Georgia dan Ruisa.

• Misi pemantauan kesepakatan IBM (Integrated

Borders Management) antara Serbia dan Kosovo.

Komisi Eropa melalui instrumen

pembiayaan dari berbagai badan dan lembaga di Uni Eropa.

Menyediakan bantuan finansial kepada Organisasi Internasional maupun Regional, negara atau aktor non-negara. Termasuk upaya mediasi, negosiasi, pelaksanaan pemantauan gencatan senjata dan kesepakatan perdamaian dengan memberi saran kebijakan dan

• Resolusi konflik di Georgia melalui rehabilitasi, pembangunan area konflik, dan program Confidence-Building. • PEACE 42


(54)

mediasi. Programme di Irlandia Utara pasca kesepakatan The Good Friday Agreement.

Meskipun instrumen dan mekanisme Uni Eropa dalam penanganan konflik telah diatur, masih terjadi perdebatan dan permasalahan dalam pengambilan kebijakan terkait masalah konflik di internal Uni Eropa. Masing-masing negara anggota Uni Eropa memiliki kepentingan berbeda di setiap wilayah, sehingga perbedaan kepentingan antar negara masih menjadi penghambat dalam upaya mediasi dan proses perdamaian.81

Uni Eropa fokus dalam memainkan peran mediasi dan proses perdamaian di luar negara-negara anggotanya, namun berbanding terbalik dengan konflik yang terjadi di negara anggotanya sendiri. Uni Eropa tidak banyak berperan aktif dalam proses mediasi di konflik sub-nasional negara anggotanya. Seperti yang akan dijelaskan pada sub-bab berikutnya, Uni Eropa menghadapi dilema dalam mengatasi konflik sub-nasional di Basque Country yang telah berlangsung hampir empat puluh tahun. Pemerintah Spanyol dan kelompok separatis Basque ETA belum menemui kesepakatan damai atau gencatan senjata.

B. Uni Eropa dan Konflik di Wilayah Basque Country

Pada konflik internal yang terjadi di negara anggotanya, Uni Eropa lebih memprioritaskan kepentingan negara-negara anggotanya dan kepentingan Uni 81

EU Support to Peace Mediation, hlm.3

43


(55)

Eropa sendiri. Di sisi lain Uni Eropa memiliki ketetapan mengenai resolusi konflik dan pencegahannya seperti yang tertuang dalam kesimpulan Dewan Eropa untuk resolusi konflik pada tahun 2011. Salah satu kesimpulannya adalah :

The aim of preserving peace, preventing conflicts from erupting into violence and strengthening international security is an important element of the external action of the European Union as laid down in the Lisbon Treaty. Violent conflicts cost lives, cause human rights abuses, displace people, disrupt livelihoods, set back economic development, exacerbate state fragility, weaken governance and undermine national and regional security. Preventing conflicts and relapses into conflict, in accordance with international law, is therefore a primary objective of the EU’s external action, in which it could take a leading role acting in conjunction with its global, regional, national and local partners.82

“Tujuan memelihara perdamaian, pencegahan konflik yang menimbulkan kekerasan dan memperkuat keamanan internasional merupakan elemen penting dari kebijakan eksternal Uni Eropa sebagaimana tercantum dalam Traktat Lisbon. Konflik mengakibatkan korban jiwa, pelanggaran hak asasi manusia, pengusiran orang, mengganggu mata pencaharian, menghalangi pembangunan ekonomi, memperburuk kerapuhan negara, melemahkan pemerintahan dan merusak keamanan nasional dan regional. Pencegahan konflik yang sesuai dengan hukum internasional, adalah tujuan utama dari tindakan eksternal Uni Eropa, di mana Uni Eropa dapat berperan, bertindak dengan aktor regional, nasional dan lokal.”

Dari poin di atas dapat disimpulkan, Uni Eropa memiliki legitimasi sebagai institusi atau lembaga fasilitator dan mediator konflik. Meskipun Dewan Eropa menerapkan resolusi konflik untuk kebijakan eksternal di luar anggota Uni Eropa, namun tidak menutup kemungkinan bahwa konflik yang terjadi di negara-negara anggota, Uni Eropa berperan dan mengeluarkan kebijakan terkait konflik tersebut. Konflik di Irlandia Utara menjadi contoh, dukungan untuk Peace

82

Council Conclusions on Conflict Prevention, 3101st Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 Juni 2011

44


(1)

Council Conclusions on Conflict Prevention, Foreign Affairs Council Meeting, Luxemburg, 20 June 2011.

European Commission, European Social Fund: Spain - programas beneficiarios 2007-2013.

International Covenant on Civil and Political Rights file pdf terdapat di http://ec.europa.eu/justice/policies/privacy/docs/16-12-1996_en.pdf

Pidato Koffi Anan pada saat menghadiri Konferensi Internasional dalam Konflik Basque di San Sebastian, Spanyol terdapat di

http://kofiannanfoundation.org/newsroom/speeches/2011/10/kofi-annan-promotes-resolution-conflict-basque-country diakses pada 15 Mei 2014.

Presidency Conclusions, Goteborg European Council 15-16 June 2001.

Press Release of Instituto Nacional de Estadistica, Spanish Regional Accounts : Gross Domestic Product Per Region Year 2007, 2008.

Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross Domestic Product per Region 1995-2013, Nacional Instituto de Estadistica Press Release Spanish Regional Accounts. Base 2000 (SRA-2000) Gross

Domestic Product per capita per Region 2007-2013, Nacional Instituto de Estadistica.


(2)

Balasan Email dari Inaki Irazabalbeitia, Anggota Parlemen Eropa dari Partai Aralar Basque Country, Spanyol yang tergabung dalam EFA (European Free Alliance)

From : inaki.irazabalbeitia@ep.europa.eu To : Whisnumardiansyah@gmail.com

1. How is the lastest developments of the conflict between the ETA and the Spanish government?

I wouldn't say that the conflict is between ETA and Spanish government. The violence actions of ETA are one of the expressions of the conflict; a regrettable one by the way. The real conflict is the definition of the framework of the political relationships between the Basque Country and Spain. It is a conflict on the right to self-determination of the Basque country

Since ETA declared the end on violence almost 3 years ago we are in a peace process in which unilaterality is the main characteristic. ETA and its political movements are doing steps ahead to achieve peace and political normalisation, but the Spanish government does not acknowledge them. The last one done by ETA has been the starting of arm decommission.

2. What is the reason of Spanish’s Government rejects ceasefire with ETA and considers this conflict remains a domestic problem that does not require an outside party to mediate the conflict?

There are several reasons, The fight against terrorism has been one of the most important policies for Spanish government. An exception legislation that limits democracy has been set up. Part of which has been condemn by the Court of Human Rights of Strasbourg. Governments built up their political action on the antiterrorist police. Spanish government used the fight against terrorism to cover issues like corruption, economical crisis, and so on. Why should they give up to use such a powerful tool to divert public opinion? In the other hand, the violent actions of ETA were of very low level in the last years, among other reasons,


(3)

because ETA lacked the operational means to perform qualitatively and quantitatively high profile armed actions; those kind of actions that can impact in political decisions. Any government can assume the killing 2 to 4 people a year.

3. How important of Basque Country for Spain so Spain tried to maintain the Basque Country remains as a part of Spain?

For Spain is not an economical issue. It is more an issue of arrogance or vanity. The last remains of the former empire where the sun never hid disappear in the last century. So for Spanish nationalism keeping inside the borders of the country all peninsular territories is crucial. As you probably know, in the coat of arms of Spain during Franco's dictatorship this motto was written: Spain, one (united), free and big!

4. What are the obstacles to peace between ETA and the Spanish government? I think that the main obstacle is the attitude of the Spanish government that doesn't want to recognise ETA as an interlocutor ever only for technical issues of the process like arm decommission.

5. What is the difference between ETA and IRA in Northern Ireland, it is actually the same but the ETA conflict more difficult to resolve?

Although the conflicts of Northern Ireland and Basque country share some common elements like violent actions or the aim to exercise the right to self-determination, the social and economical circumstances are rather different. For instance, in the Basque Country there isn't a physical and social separation between two communities as in NI: catholics and protestants. In the BC those who feel only Basque and those who feel Spanish life in the same neighbourhood, same apartment bloc, go to drink to same pubs and share the same social class.

6. How Basque people today, whether the desire for independence from Spain was still there?


(4)

Basque society clearly wants to have the biggest level of autonomy possible even independence. The last polls show that about two thirds of the Basque would like to improve the current autonomy statute and more or less 40 % of the people says that the improvement process should finish in an independent Basque Country

7. The European Union has a mediating role in every conflict, in the Basque conflict why the EU does not play a role in mediating the conflict?

The Union never even it has the so called PEACE program to help the NI peace process. However in 2006 the European Parliament approved a resolution demanding a democratic and peaceful resolution of the Basque conflict.

8. What should the EU deal with conflict in the Basque?

I think that the EU should be a facilitator of the process. It should make diplomatic pressure on the Spanish government in order to encourage it to take part in the process and to do positive steps towards its resolution. Furthermore, the Union could establish an program similar to NI Peace program to help dealing with the consequences of the conflict.

9. As an institution that upholds the principles of democracy, why the EU does not facilitate the process of independence for the Basque people, as well as the European Union to facilitate the process of independence of Bosnia Herzegovina from Yugoslavia?

I think that the situation in former Yugoslavia in the early 90s is not comparable with the current purpose of independence of nations that are part of a bigger state like BC, Catalonia or Scotland. Yugoslavia was in a war situation and it wasn't member of the Union. The BC, Catalonia and Scotland are part of democratic states of the EU.

As I told you before the inner structure of a member state is not a competence of the EU, but of the states. The exercise of the right of self-determination depends on the will of the state. Therefore, Scots will vote on their independence and Spain forbids Catalans to do so.


(5)

Anyway if Scots, Catalans of both of them vote for independence the EU will forced to take an official position on the demand of those nations to continue being members of the Union.

10.How important is the position of Spain in the European Union, so that the EU can not intervene directly in the Basque conflict?

It is not a particular position. EU policy is not to intervene in inner issues of member states unless there is an specific petition from the state. This is the case.

11.EU imposes ETA as a terrorist group, whereas the independence separatist group of ETA is just like IRA and the European Union could revoke the status of ETA as a terrorist group? how do you respond?

Currently ETA is an organisation which is in the way of arriving to its end. The fight for the independence of the BC is now being carried out by political forces and social movements like 'Gure esku dago' (http://gureeskudago.net/en/)

12. How is the support of the European Parliament against Basque independence?

Parliamentary groups and political parties has different position on the issue of the right to self-determination. Even inside the same group there are different positions. Two examples. Greens-EFA group support the right of self-determination for all European nations. In the GNU group some parties are against and other for.

13. Does The EU give seat in the European Parliament for the representatives of the Basque Country and how they can represent the aspirations of the people of the Basque?

Representatives in the European Parliament are elected on the bases of member states. So there is no specific seat for the BC. Each member state has its own electoral law to elect representatives in the EP. In Spain there is a unique electoral constituency that's make very difficult for the parties of the different nation of


(6)

Spain (Catalans, Basques, Galicians) to achieve representation by their own. Therefore, they usually set up coalitions between parties of the different nations. I was elected in list formed by parties from the BC, Catalonia, Galicia and Aragon and Spanish Greens. We share the seat between the 3 biggest parties.

In France, they are several constituencies. Anyway, taking into account that the Northern Basque Country has only 250.000 inhabitants, it impossible for a nationalist party of NBC to be achieve representation by its own and even in coalition with other.

14. how about basque people opinion toward european integration, whether they prefer to european integration or self-independence?

Independence isn't against European integration. In fact most of the pro-independence parties of state-less nations in Europe, as Aralar or the Scottish National Party, are very strong pro-European. One of the differences between current situation of state-less nations and an independent one is that the latter have a direct influence in decission taking in the EU and the former no. Take into account that the EU is an union between states not citizens.

15. what is the causes for previous years ETA attacks reduce ? is EU play role also within?

Lack of operational capacity, the distrust of the majority of Basque society and the police pression in both France and Spain .

16. do you think that EU effort with Structural Funds, EGTC, one of EU Conflict prevention?