pendapat yang berbeda-beda dan dapat menghargai agama dan keyakinan orang lain serta memberikan kebebasan untuk menjalankan apa yang
dianutnya. Dalam ajaran Islam, sikap dalam hidup beragama, di samping harus
yakin dengan agamanya sendiri, juga tidak boleh memaksakan keyakinan itu kepada orang lain bahkan harus menghargai dan menghormati agama dan
keyakinan orang lain. Sikap inilah yang dikembangkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Sewaktu beliau di Madinah, ketika Islam
berkembang dalam masyarakat yang majemuk. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa toleransi
adalah sikap memberikan kebebasan kepada setiap orang yang berbeda baik dalam pendapat, sudut pandang, agama dan keyakinan tanpa ada rasa benci
dan permusuhan atau pertentangan. Namun perlu adanya suatu pendekatan dengan cara dialog atau bermusyawarah untuk saling memberikan
argumentasi dan informasi tentang apa yang diterima sebagai kebenaran, sehingga tidak menimbulkan konflik.
2. Dasar dan Landasan Toleransi
Dasar dan landasan toleransi yang disepakati oleh orang Islam dalam hal ini adalah sesuatu yang datang pada kita. Musthafa Al-Ba’i menjelaskan
bahwa dasar dan landasan toleransi adalah sebagai berikut: a.
Sesunguhnya agama-agama samawi itu berasal dari sesuatu yang satu QS. asy-Syura: 13
b. Sesungguhnya para nabi adalah bersaudra tidak ada yang dilebihkan dari
segi risalah utusan dan diwajibkan bagi umat Islam untuk mengimani merekan semua QS. al-Baqarah: 136
c. Akidah atau keyakinan tidak boleh dipaksakan tetapi harus ada
keridhoan QS. al-Baqarah: 256 dan QS. Yunus: 99 d.
Tempat-tempat ibadah bagi semua agama samawiitu dimuliakan dan wajib dilindungi atau dijaga seperti perlindungan terhadap masjid-
masjid umat Islam QS. al-Hajj: 40 e.
Tidak diperkenankan kepada manusia untuk menghadapi atau menanggapi perbedaan-perbedaan dalam agama itu dengan saling
membunuh di antara mereka atau saling bermusuhan, tetapi mereka diwajibkan untuk saling tolong-menolong dalam melaksanakan
kebaikan dan memerangi kemungkaran QS. al-Maidah: 4 f.
Saling menghormati antarsesama manusia dalam kehidupannya dan di sisi Allah SWT diukur dengan ukuran kebaikan yang diberikan kepada
dirinya sendiri dan orang lain QS. al-Hujurat: 13 g.
Bahwa perbedaan yang ada dalam agama-agama itu tidak merubah sikap untuk berbuat kebaikan dan jalinan komunikasi atau dialog QS. al-
Maidah: 4 h.
Perbedaan-perbedaan dalam agama boleh untuk didialogkan dengan cara yang baik selama dalam batas-batas etika QS. al-‘Ankabut: 46
i. Bila terjadi pemaksaan kehendak dan keyakinan pada suatu umat maka
wajib ditentang, karena menolak atas pemaksaan atau suatu keyakinan dapat menghindari fitnah atau malapetaka QS. al-Mumtahanah:9
j. Bila ada umat yang bermaksud memaksa seseorang untuk memeluk
suatu agama, namun tidak dapat merubah keyakinan orang tersebut, maka wajib baginya menghargai dan menghormati kebebasan orang
tersebut untuk memegang teguh keyakinannya. Melihat dari perspektif al-Qur’an di atas, maka dasar-dasar toleransi
yang bersumber dari firman Allah SWT ini, sangat penting dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa dalam kehidupan beragama, Islam membolehkan adanya kerjasama dalam masalah perniagaan atau muamalah dengan cara yang adil dan
bijaksana dengan landasan saling menghormati hak-hak mereka masing- masing tanpa adanya permusuhan dan perselisihan di antara mereka.
3. Aspek-Aspek Toleransi