i. Bila terjadi pemaksaan kehendak dan keyakinan pada suatu umat maka
wajib ditentang, karena menolak atas pemaksaan atau suatu keyakinan dapat menghindari fitnah atau malapetaka QS. al-Mumtahanah:9
j. Bila ada umat yang bermaksud memaksa seseorang untuk memeluk
suatu agama, namun tidak dapat merubah keyakinan orang tersebut, maka wajib baginya menghargai dan menghormati kebebasan orang
tersebut untuk memegang teguh keyakinannya. Melihat dari perspektif al-Qur’an di atas, maka dasar-dasar toleransi
yang bersumber dari firman Allah SWT ini, sangat penting dikembangkan dan diamalkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sehingga dapat kita simpulkan
bahwa dalam kehidupan beragama, Islam membolehkan adanya kerjasama dalam masalah perniagaan atau muamalah dengan cara yang adil dan
bijaksana dengan landasan saling menghormati hak-hak mereka masing- masing tanpa adanya permusuhan dan perselisihan di antara mereka.
3. Aspek-Aspek Toleransi
Aspek-aspek toleransi menurut pandangan Islam adalah sebagai berikut:
a. Toleransi Kehidupan Antar Umat Beragama
Al-Qur’an banyak memberikan petunjuk kepada umat Islam untuk bersikap toleransi kepada penganut agama lain. Beberapa prinsip tersebut anta lain:
1 Tidak ada paksaan untuk memeluk suatu agama
2 Tidak mencaci maki sesembahan pemeluk agama lain
3 Islam tidak menghalangi pemeluk agama lain untuk melakukan ibadah
dan upacara keibadatan ritual agamanya. 4
Islam memerintahkan untuk selalu berbuat baik 5
Dialog dengan cara yang bijaksana dan arif 6
Islam tidak melarang untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap pemeluk agama lain.
Untuk merealisasikan hal tersebut hendaknya memiliki sikap: 1
Menghormati alam pikiran orang lain 2
Menghargai status sosial orang lain Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa sikap toleransi antarumat
beragama adalah bagaimana menjalin hubungan yang baik dalam lingkungan umat beragama yang berbeda, misalnya perlindungan terhadap rumah ibadah
seharusnya mereka mendapatkan hak yang sama. Di sinilah prinsip keadilan yang harus ditegakkan dalam mewujudkan kerukunan antarumat beragama.
Sebagimana dijelaskan dalan firman Allah SWT:
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjdikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesunguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. QS. al- Hujurat: 13
b. Toleransi kehidupan intern umat Islam
Beberapa prinsip ajaran Islam dalam menata kehidupan sesama muslim yang dijelaskan dalam surat al-Hujurat ayat 9-12 yang intinya sebagai berikut:
1 Prinsip perdamaian islah
2 Prinsip persatuan dan persaudaraan
3 Prinsip persamaan
4 Prinsip perasaan kasih sayang
Dengan demikian toleransi perlu dijalin dan bekerja sama dalam mengembangkan sikap saling menghormati, serta bagaimana cara
menciptakan dan memelihara hubungan baik dengan umat seagama. Namun perlu digarisbawahi bahwa Islam melarang adanya hubungan, kerjasama atau
tukar-menukar dalam hal akidah ibadah mahdah dengan pemeluk agama lain. Prinsip ini ditegaskan dalam firman Allah SWT:
“Katakanlah: Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku.” QS. al-Kafirun: 1-6 Dalam hal ini, perlunya toleransi dalam pergaulan hidup, baik intern umat
beragama maupun antarumat beragama. Toleransi dalam pergaulan hidup antarumat beragama harus didasarkan kepada tiap agama menjadi tanggung
jawab pemeluk agama itu sendiri dan mempunyai bentuk ibadah dengan sistem dan cara tersendiri.
Atas dasar itu, maka diperlukan sebuah toleransi dalam pergaulan antarumat beragama. Di samping itu, diperlukan strategi penyebarluasan konsep teologi
kerukunan antarumat beragama yang disusun dalam dialog intensif oleh pemuka agama. Harun Nasution menyatakan, sebagaimana yang dikutif
Muslih Musa dan Aden Widjan SZ bahwa konsep teologi kerukunan , yaitu: 1
Mencoba melihat kebenaran yang ada dalam agama lain 2
Memperkecil perbedaan yang ada di antara agama-agama. 3
Menonjolkan persamaan-persamaan yang ada dalam agama. 4
Memupuk rasa persaudaraan se-Tuhan 5
Memusatkan usaha pada pembianaan individu dan masyarakat manusia yang baik, yang menjadi tujuan beragama dari semua agama monoteis.
6 Mengutamakan pelaksanaan ajaran-ajaran yang membawa kepada
toleransi beragama. 7
Menjauhi praktek serang menyerang antar agama.
Ketujuh uraian di atas merupakan nilai-nilai toleransi Beragama yang cukup relevan untuk dikembangkan melalui lembaga pendidikan baik formal
maupun informal. Upaya untuk mensosialisasikan dan merealisasikannya menjadi prioritas baik dalam proses belajar mengajar maupun pola interaksi
sehari-hari demi terciptanya hubungan yang sehat, harmonis.
4. Upaya Menumbuhkan Toleransi Beragama