berpengaruh terhadap tingkat pemahaman pemberi persetujuan tindakan bedah tentang Persetujuan Tindakan Medis. Semakin lengkap informasi yang diterima
pemberi persetujuan tentunya akan semakin tinggi tingkat pemahamannya terhadap Persetujuan Tindakan Medis di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Burch dan Grudnitski Hartono, 1999, kualitas suatu informasi quality of information
tergantung dari keakuratan informasi, yaitu informasi yang diterima harus lengkap tidak bias atau menyesatkan, bebas dari kesalahan-kesalahan, dan juga harus jelas
maksudnya agar sipenerima informasi dapat mengerti. Demikian juga dengan Permenkes No: 585 1989 pasal 4, ayat 2 dokter harus
memberikan informasi selengkap-lengkapnya, kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak diberikan informasi. Lebih lengkapnya menurut SK DirJen Pelayanan Medik nomor HK. 00.06.3.5.1866 tanggal 21 April 1999 tentnang Pedoman
Persetujuan Tindakan Medik.
5.6. Pengaruh Bahasa Penyampaian Informasi terhadap Pemahaman Tentang Persetujuan Tindakan Medis
Bahasa dalam penyampaian informasi adalah penggunaan bahasa dalam memberikan informasi mengenai tindakan medik bedah yang dilakukan, apakah
mudah diterima atau sulit diterima oleh pemberi persetujuan. Dengan mempersamakan bahasa yang digunakan sehari-hari oleh pemberi persetujuan
74
tentunya akan memudahkan untuk memahami maksud dari informasi yang disampaikan, sedangkan bahasa yang sulit diterima adalah penggunaan bahasa yang
masih asing ditelinga, misalnya kata-kata atau istilah medis kedokteran yang hanya dimengerti oleh kalangan medis. Dari hasil penelitian sebagian besar 64,9 bahasa
yang disampaikan oleh sumber informasi mudah diterima oleh pemberi persetujuan tindakan bedah dan sebagian kecil 20,2 sulit diterima tidak ada sama sekali.
Dari hasil uji regresi berganda diperoleh nilai p lebih besar dari nilai g, yaitu
sebesar 0,270. Dari nilai p yang lebih besar dari nilai alpha dapat dikatakan bahwa bahasa dalam penyampain informasi tidak berpengaruh terhadap pemaham tentang
Persetujuan Tindakan Medis di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Hal ini disebabkan pemberi informasi dalam menyampaikan informasi tidak menggunakan
bahasa medis atau bahasa medis yang kemudian dijelaskan. Dengan kata lain bahwa pemberi informasi menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.
Hasil penelitian ini sejalan dengan ungkapkan Guwandi 2004, faktor yang dapat mempengaruhi ketidakpahaman pasien bisa karena informasi yang disampaikan
dengan istilah atau kalimat yang tidak dimengerti oleh pasien. Komalawati 1999 menjelaskan, untuk dapat paham terhadap informasi yang
diberikan tentang tindakan medik yang akan dilakukan tergantung pada unsur komunikasi antara dokter dan pasien. Melalui komunikasi yang baik, dokter dapat
memberikan informasi kepada pasien tentang segala hal yang seharusnya disampaikan dan menjadi hak pasien. Melalui komunikasi pula seorang pasien yang telah memahami
75
penjelasan dokter akan menyampaikan persetujuannya untuk dilakukan tindakan medik kepada dokter.
5.7. Pengaruh Waktu Penyampaian terhadap Pemahaman Tentang Persetujuan
Tindakan Medis
Waktu penyampaian informasi adalah keadaan atau situasi dalam menyampaikan informasi tentang tindakan medik yang akan dilakukan, apakah
penyampaian informasi itu sifatnya terburu-buru atau tidak. Waktu dan suasana penyampaian informasi dapat mempengaruhi pemahaman seseorang terhadap sebuah
informasi. Dari hasil penelitian terhadap pemberi persetujuan tindakan bedah, sebagian
besar 67,0 waktu penyampaian informasi adalah santai. Sebagian kecil mengatakan kurang santai 11,7 dan terburu-buru tidak ada sama sekali 21,3.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.11. Dari uji regresi berganda diperoleh nilai p lebih besar dari nilai
g, yaitu sebesar 0,292. Dengan demikian waktu penyampaian informasi tidak berpengaruh
terhadap tingkat pemahaman pemberi persetujuan tentang Persetujuan Tindakan Medis di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan. Hal ini mungkin disebabkan
sebagian besar pelaksanaan tindakan operasi adalah yang direncanakan dan sebagian kecil tindakan operasi segera.
76
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Guwandi 2004, faktor penyebab ketidak pahaman pasien bervariasi. Bisa karena informasi yang disampaikan dokter tentang
tindakan medik kurang sempurna karena penyampaiannya terkesan tergesa-gesa, sementara pasien yang dalam keadaan cemas dengan kondisi kesehatannya ketika
ditanya apakah setuju dengan tindakan yang akan dilakukan langsung akan menjawab setuju walaupun tidak paham dengan penjelasan dokter tersebut. Jadi disini faktor
emosional atau psikis seseorang dapat mempengaruhi ketidak pahaman seseorang. Hal demikian juga tercantum dalam Konsil Kedokteran Indonesia 2006,
sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang- bincang dengan pasiennya, hanya bertanya seperlunya. Akibatnya pasien takut
bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja akibatnya pasien tidak memahami dampak yang menjadi konsekuensi dari penyakit yang
dideritanya.
5.8. Pengaruh Menjelaskan dan Memberikan Surat Persetujuan terhadap Pemahaman Tentang Surat Persetujuan
Dalam tata laksana Persetujuan Tindakan Medis pertama kali sumber
informasi mengungkapkan dan menjelasan kepada pasien atau keluarga dalam bahasa yang dapat dimengerti tentang tindakan medis yang akan dilakukan.
Selanjutnya memastikan pasien atau keluarga mengerti apa yang telah dijelaskan kepadanya harus diperhitungkan tingkat kapasitas intelektualnya, bahwa pasien atau
keluarga telah menerima risiko-risiko tersebut, bahwa pasien mengizinkan dilakukan
77
prosedur tindakan medik tersebut, dan akhirnya proses tersebut kemudian didokumentasikan sebagai tanda bukti telah terjadi persetujuan setelah penjelasan.
Dari tata laksana Persetujuan Tindakan Medis diatas dapat dimengerti bahwa proses Persetujuan Tindakan Medis merupakan satu kesatuan yang tak bisa dipisah-
pisahkan. Dari hasil penelitian terhadap pemberi persetujuan tidak satupun tata laksana
Persetujuan Tindakan Medis dilaksanakan, terlihat dari keseluruhan lembaran surat persetujuan dijelaskan dan diberikan oleh paramedis. Dari hasil pemahaman lembaran
surat persetujuan sebagian besar mengatakan lembaran surat persetujuan sebagai pernyataan setuju atau memberikan izin dilakukan tindakan operasi dan bukti tidak
ada tuntutan di kemudian hari 58,5, dan hanya 1,1 yang mengatakan surat persetujuan sebagai menyatakan setuju atau memberi izin dilakukan tindakan operasi,
bukti tidak ada tuntutan di kemudian hari, dan bukti telah diberi penjelasan tentang tindakan medis.
Dari hasil penelitian pemahaman pemberi persetujuan mengenai lembaran surat persetujuan masih sangat sederhana, sebagaimana yang dikatakan Guwandi
1994, Informed Consent adalah suatu izin consent atau pernyataan setuju dari pasien yang diberikan dengan bebas dan rasional sesudah mendapat informasi dari
dokter dan yang sudah dimengertinya, dan lanjutan ungkapan Guwandi 1995, setelah mendapat penjelasan pernyataan tanda setuju dengan penandatangan formulir
hanya untuk memudahkan pembuktian jika pasien kelak menyangkal telah
78
memberikan persetujuannya . Jadi tanda setuju diberikan oleh pasien setelah ia mendapat penjelasan langsung dari dokter .
5.9. Keterbatasan Penelitian
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan, tidak lepas dari kekurangan- kekurangan yang dihadapi oleh seorang peneliti.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain : -
Ketersedian waktu, yaitu waktu yang tersedia untuk menyelesaikan sebuah penelitian dirasakan sangat sempit, dimulai dari pengesahan judul sampai
pelaksanaan penelitian memerlukan rentang waktu yang tidak sedikit. Ditambah lagi dengan keterbatasan waktu yang diberikan oleh pemerintah daerah.
- Ketersedian dana, yaitu dalam sebuah penelitian mau tak mau harus mempunyai
dana yang cukup, disini peneliti dalam melakukan penelitiannya dana yang tersedia masih kurang.
- Instrumen penelitian, disini peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat untuk
mengumpulkan data, dari kuesioner yang digunakan masih jauh dari kesempurnaan, karena untuk penelitian tentang informed consent belum ada
kuesioner yang baku.
79
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN