Kapasitas Pengaliran pada JembatanGorong-gorong

Kapasitas penampang adalah, Q = 1n F R 23 S 12 = 10,05 x 8,02 x 0,98 23 x 0,0013 12 = 5,71 m 3 det Kecepatan aliran perkiraan adalah: V = QA = 5,71 m 3 det 8,02 m 2 = 0,71 mdet Standar kecepatan rencana saluran adalah 0,2 sd 1,0 mdet. Perhitungan keseluruhan kapasitas drainase pada titik pengamatan dapat dilihat pada Tabel A.6 yang ada di Lampiran A.

4.1.8 Kapasitas Pengaliran pada JembatanGorong-gorong

Titik-titik pengamatan pada jembatan atau gorong-gorong adalah Jemabtangorong- gorong Sei Batuan, Sei Selayang, Sei Putih dan Sei Sikambing pada jalan-jalan utama seperti Jalan Ngumban Surbakti, Jl. Plamboyan, Jl. Bunga Asoka, Jl. Dr. Manshyur, Jl. Setia Budi, Jl. Sei Batanghari, Jl. Gatot Subroto, Jl. Karya, Jl. Pabrik Tenun dan Jl. Pembangunan. Total titik pengamatan adalah 14 titik. Kapasitas pengaliran debit Jembatangorong-gorong dihitung pada kondisi maksimum dan setelah dikurang tinggi jagaan free board. Sebagai contoh diambil titik pengamatan sebagai berikut: a. Jembatan Sei Batuan pada Jl. Flamboyan 1 Kondisi saluran ditumbuhi oleh tumbuhan, tanah berbutir lepas pasir berlanau; 2 Struktur saluran adalah saluran tanah berbentuk trapesium; 3 Outlet drainase dan konstruksi pelengkap lainnya meliputi outlet drainase sekunder saluran jalan flamboyan pada sisi selatan dan utara jembatan; 4 Dimensi Jembatan - Lebar bukaan atas saluran, A : 5,00 m - Lebar dasar saluran, B : 5,00 m - Tinggi saluran, h : 3,75 m - Kemiringan talud, m : - - Panjang miring talud, X : - 5 Panjang saluran : 1,209 m Dominggo Pasaribu: Konsep Pengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu, 2007. USU e-Repository © 2008 Menghitung kapasitas maksimum debit saluran jembatan: Luas tampang saluran, F = Ax h = 5,00 x 3,75 = 18,75 m 2 Keliling basah saluran, P = B+2h = 5 +2 x 3,75 = 12,5 m’ Jari-jari hidrolis saluran, R = FP = 18,7512,5 = 1,50 Kemiringan dasar saluran S diambil 0,0013 sesuai dengan kondisi topografi dan literatur. Saluran tanah agak berumput dan terdapat cekungan Standar PU mensyaratkan koefisien kekasaran adalah 0,05 Kapasitas penampang adalah, Q = 1n F R 23 S 12 = 10,05 x 18,75 x 1,50 23 x 0,0013 12 = 17,72 m 3 det Kecepatan aliran perkiraan adalah: V = QA = 17,72 m 3 det 18,75 m 2 = 0.94 mdet Standar kecepatan rencana saluran adalah 0,2 sd 1,0 mdet Menghitung kapasitas standar dengan tinggi jagaan free board sebesar 0,5 m sehingga: Luas tampang saluran, F = A x h = 5,00 x 3,25 = 16,25 m 2 Keliling basah saluran, P = B+2h = 5 +2 x 3,25 = 11,5 m’ Jari-jari hidrolis saluran, R = FP = 16,2511,5 = 1,41 Kemiringan dasar saluran S diambil 0,0013 sesuai dengan kondisi topografi dan literatur. Dominggo Pasaribu: Konsep Pengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu, 2007. USU e-Repository © 2008 Saluran tanah agak berumput dan terdapat cekungan Standar PU mensyaratkan koefisien kekasaran adalah 0,05 Kapasitas penampang adalah, Q = 1n F R 23 S 12 = 10,05 x 16,25 x 1,41 23 x 0,0013 12 = 14,76 m3det Kecepatan aliran perkiraan adalah: V = QA = 14,76 m 3 det 16,25 m 2 = 0,94 mdet Standar kecepatan rencana saluran adalah 0,2 sd 1,0 mdet b. Gorong-Gorong Selayang pada Jl. Ngumban Surbakti 1 Struktur gorong-gorong adalah beton bertulang berbentuk persegi; 2 Outlet drainase dan konstruksi pelengkap lainnya meliputi outlet drainase sekunder saluran jalan flamboyan pada sisi selatan dan utara gorong-gorong; 3 Dimensi Gorong-gorong - Lebar bukaan atas saluran, A : 2,50 m - Lebar dasar saluran, B : 2,50 m - Tinggi saluran, h : 1,50 m 4 Panjang gorong-gorong : 10,00 m Rumusan untuk menghitung kapasitas gorong-gorong menggunakan persamaan 2.32 sebagai berikut : Q = m.F g 2g Δh total 12 m = 1 k in + k g + k ex ½ Δh total = k in + k g + k ex V 2 g 2g a. Kehilangan tekanan saat masuk Δh in Δh in = k in V 2 g 2g Nilai koef. k in untuk gorong-gorong tenggelam persegi 0.2 Δh in = 0,2 0,8 2 2x9,8 = 0,0065 m b. Kehilangan tekanan dalam gorong-gorong Δh g Dominggo Pasaribu: Konsep Pengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu, 2007. USU e-Repository © 2008 Δh g = k g V 2 g 2g k g = X.L4R ; X = 8gC 2 ; C = R 16 n R = 2,5 x 1,52 x 2,5 +2 x 1,50,022 = 0,47 C = 0,47 16 0,022 = 40,06 Koefisien kekasaran n untuk beton semen gorong-gorong diambil 0,22 X = 8 x 9,840,06 2 = 0,05 k g = 0,05 x 10 4 x 0,47 = 0,05 Δh g = 0,05 0,8 2 2x9,8 = 0,01 c. Kehilangan tekanan saat keluar dari gorong-gorong Δh ex Δh ex = k ex V 2 g 2g Δh ex = 0,16 0,8 2 2x9,8 = 0,0052 Nilai k ex untuk perbandingan antara FsFg = 1,4 adalah 0,16 m = 1 0,26 + 0,05 + 0,16 ½ = 0,79 Δh total = 0,26 + 0,05 + 0,16 0,8 2 2x9,8 = 0,0203 m Q = 0,79 x 3,75 2 x 9,8 x 0,0203 12 = 1,862 m 3 det Perhitungan keseluruhan kapasitas drainase pada titik pengamatan dapat dilihat pada Tabel A.3 dan Tabel A.4 yang ada di Lampiran A. Dari data tersebut di atas pada umumnya kapasitas jembatangorong-gorong direncanakan lebih besar dari kapasitas drainase inletnya yang artinya direncanakan berdasarkan periode ulang yang lebih lama. Berdasarkan kapasitas penampang jembatangorong-gorong diperkirakan periode ulang banjir rencana untuk desain tingkat layanan saluran dan jembatangorong-gorong pada masing-masing titik pengamatan adalah seperti yang tampak pada Tabel 4.7. Dominggo Pasaribu: Konsep Pengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu, 2007. USU e-Repository © 2008 Tabel 4.7: Perkiraan periode ulang rencana saluran dan jembatan Saluran JembatanGorong-gorong No. Uraian Debit m 3 det Periode Ulang th Debit m 3 det Periode Ulang th 1. Sei Batuan a. Jl. Plamboyan 5,1 5 14,6 25 b. Jl. Bunga Asoka 10,7 5 17,2 25 2. Sei Selayang a. Jl. Ngumban Surbakti 0,6 5 1,6 25 b. Jl. Dr. Mansyur 4,1 5 5,9 25 3. Sei Sikambing a. Jl. Setia Budi 21,03 5 33,6 25 b. Jl. Gatot Subroto 22,1 5 36,4 25 c. Jl. Pembangunan 35,4 5 42,1 25 d. Jl. Karya 91,9 5 86,5 50 4. Sei Putih a. Jl. Dr. Mansyur 25,3 50 20,2 50 b. Jl. Sei Batang Hari 22,81 50 25,63 50 c. Jl. Gatot Subroto 11,9 5 36,8 50 d. Jl. Pabrik Tenun 8,2 5 27,6 50 e. Jl. Pembangunan 23,1 5 56,0 50

4.2 Analisis Pelaksanaan Pembangunan

Analisis tahap pelaksanaan pembangunan sistem drainase sub sistem Sei Sikambing dilakukan dengan menganalisis data teknis sistem dibadingkan dengan kondisi pelaksanaan pekerjaan yang sejenis. Pada tahap pelaksanaan yang merupakan implementasi dari tahap perencanaan terdiri dari 3 tiga sub tahapan yaitu tahap pra pelaksanaan, tahap pelaksanaan dan tahap penyerahan peekerjaan.

4.2.1 Tahap Pra Pelaksanaan

Sub tahap penting dalam tahap pra pelaksanaan yang sangat berpengaruh terhadap hasil akhir rencana pekerjaan adalah proses pelelangan dan penyusunan dokumen kontrak. Proses pelelangan untuk pemilihan pelaksana pekerjaan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir pekerjaan sedangkan dokumen kontrak akan mengatur kewajiban dan hak para pihak selama kontrak berlangsung. Kealfaan dalam pelaksanaan kedua sub tahap ini akan berpotensi mengakibatkan proses pelaksanaan pekerjaan berjalan tidak normal. Proses yang tidak normal berpotensi akan menghasilkan suatu produk yang kurang berkualitas dan membutuhkan sumber daya yang lebih besar untuk mengembalikannya kepada kondisi yang dipersyaratkan. Kontraktor Dominggo Pasaribu: Konsep Pengelolaan Drainase Kota Medan Secara Terpadu, 2007. USU e-Repository © 2008