LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Islam memandang bumi dengan segala isinya merupakan amanah Allah swt kepada manusia agar dipergunakan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan bersama. Hal ini didasarkan atas tugas kekhalifahan manusia dalam mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupan. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang harus dipenuhi demi menjaga fitrahnya, seorang muslim memandang kebutuhan untuk mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat serta mementingkan kesejahteraan sosial kemaslahatan. Menurut al-Ghazali, kesejahteraan dari suatu masyarakat tergantung kepada pencarian dan pemeliharaan lima tujuan dasar yaitu: agamaAd-din, jiwaNafs, keturunanNasl, kekayaan Maal dan AkalAql. 1 Secara observatif, manusia dalam kehidupannya tidak dapat dilepaskan dari konsepsi dan persepsi keagamaan yang dianutnya. Agama telah dipahami secara populer mengarah ke suatu kondisi pemahaman yang menempatkan eksistensi superioritas tuhan yang begitu menentukan. 2 Kurang lebih 12 tahun Bank yang didasarkan atas prinsip non ribawi telah 1 Adiwarman Karim,Ekonomi Mikro Islami,Jakarta :III,2003.h.98. 2 Arifin,M, Hamid, Mh. Membumikan ekonomi syariah Di Indonesia, eLSAS, cet 1. jakrta, februari, 2007 h.289 1 berjalan di Indonesia. Ia telah membawa angin segar kepada umat Islam. Masyarkat telah bertransaksi secara halal. Disamping itu ia telah memberikan kontribusi kepada masyarakat sehingga sudah banyak masyarakat Islam dapat menikmati pembiayaan yang disalurkan oleh Bank-bank syariah. 3 Nabi Muhammad SAW yang membawa Risalah islam sebagai petunjuk bagi umat manusia, telah memberikan rambu-rambu tentang bentuk-bentuk usaha atau perdagangan mana yang berlaku dan dapat dikembangkan pada masa berikutnya, serta bentuk-bentuk usaha yang dilarang dalam ajaran Islam. salah satu larangan dalam Islam adalah usaha yang mengandung riba. 4 sebagaimana yang diterangkan dalam al- Qur’an. Larangan Riba Dalam Al-Qur’an Albaqarah: 275 ☺⌧ ☺ ☺ ☺ Artinya : orang-orang yang Makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata 3 Murasa Sarkaniputra, AL-iqtishadiyyah, jurnal ekonomi ialam.P3EI.2004. HAL.53-54 4 Sunarto Zulkifli, panduan praktis transaksi syariah.Jakarta:zikrul hakim,2003,h.4. berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. Annisa’ ayat “ 29 ⌧ ☺ Arinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Larangan Riba dalam Hadits “Nabi bersabda : Emas untuk emas, perak untuk perak, gandum untuk gandum, anggur untuk anggur, kurma untuk kurma, dan garam untuk garam harus saling ditukarkan semisal untuk semisal, yang sama untuk yang sama, dan dari tangan ketangan, kontan ditempat. Jika jenis komoditas yang saling ditukarkan berbeda, maka silahkan menjual komoditas itu sesuka kalian, jika mereka saling ditukarkan berdasarkan transaksi dari tangan ketangan.” 5 “Pengharaman jual beli dua macam uang emas dan perak dan beberapa bahan makanan pokok, kecuali bila berdasarkan pembayaran kontan nilai-nilai imbangan, misalnya, bukanlah suatu penjelasan mengenai riba, yang diharamkan dalam al-Qur’an, maupun suatu pembatasan cakupan riba pada jual beli”. 6 Ayat Al-Qur’an dan Hadits di atas mengutuk praktek riba, yang esensinya menambah tanggungan debitur yang mengalami problem dalam melunasi hutangnya yang selanjutnya turut meningkatkan kesengsaraan hidup debitor pihak yang mendapat pinjaman atau berhutang, akibatnya hutang tersebut menjadi berlipat 5 Muslim, Shahih, V, h.44 6 Ridla, riba,h.11 ganda dan terus meningkat setelah melampaui batas yang ditentukan. Melihat realitas ini Al-Qur’an menganjurkan untuk menolong orang-orang tersebut. Lembaga keuangan syariah pertama diindonesia adalah Bank Muamalat Indonesia yang langkah awal berdirinya pada MUNAS IV MUI tanggal 22-25 Agustus 1990 di Hotel Syahid dan mulai beroperasi pada bulan mei 1992. 7 Dalam beberapa tahun ini perbankan syariah mengalami perkembangan yang pesat dan menggembirakan. Indikator perkembangan ini dapat dilihat dengan makin meluasnya jaringan kantor cabang perbankan syariah baik yang merupakan jaringan kantor yang sepenuhnya merupakan bank umum syariah maupun dari kantor unit usaha syariah dari bank umum konvensional. Pesatnya perkembangan lembaga keuangan syariah ini terutama di dunia perbankan dikarenakan di antaranya terdapat produk-produk syariah yang ditawarkan tidak kalah menariknya dengan produk- produk Bank konvensional. Lembaga keuangan syariah diindonesia mencapai puncaknya dan tergolong cepat dalam proses perkembangannya, alasannya karena adanya keyakinan kuat di kalangan masyarakat muslim bahwa perbankan konvensional itu mengandung unsur riba yang dilarang oleh agama Islam. Perbankan Islam memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga riba. Pelarangan inilah yang 7 Syafii Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam,yogyakarta:PT Dfhana BAhakti Prima Yaa .1992. h.84 membedakan sistem perbankan konvensional. Peranan dunia perbankan dewasa ini cukup penting, karena sektor perbankan merupakan jantung perekonomian suatu negara. Sebagai lembaga keuangan perbankan, kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali serta salah satunya memberikan jasa-jasa bank lainnya kepada masyarakat. Disisi lain pemerintah memiliki tugas untuk mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, salah satunya adalah melaksanakan pembangunan perumahan dengan jumlah yang makin meningkat, dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat terutama golongan yang berpenghasilan rendah dengan tetap memperhatikan persyaratan minimum bagi perumahan dan pemukiman yang layak, sehat, dan aman. Oleh karena itu pemerintah melalui perbankan melaksanakan pemberian pembiayaan kredit, Bentuk pembiayaan kredit yang di berikan adalah pembiayaan kredit kepemilikan rumah dan kredit kepemilikan Rumah Syariah Bersubsidi, dan salah satu Bank yang melayani pembiayaan kredit pemilikan rumah adalah pada BTN Syariah. Pembiayaan atau financing merupakan pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung infestasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaaan yang dilakukan untuk mendukung investasi yang telah di rencanakan. Dalam kaitannya dengan pembiayaan pada perbankan syariah atau istilah teknisnya disebut sebagai aktiva produktif. Menurut ketentuan Bank indonesia aktiva produktif adalah penanaman dana Bank syariah baik dalam rupiah maupun dalam valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, surat berharga syariah, penemparan, penyertaaan modal, penyertaaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi. 8 Salah satu cara yang mengatur hak seseorang dengan orang lain dalam hal kepemilikan rumah adalah melalui transaksi jual beli, dalam transaksi ini dapat menggunakan dengan cara jual beli tunai dan jual beli kredit . Dalam memberikan pembiayaan perbankan syariah perlu memperhatikan beberapa hal agar investasi dan pembiayaan berhasil dengan baik. Setiap pembiayaan menginginkan keuntungan dan tidak mengandung resiko, karenanya dalam mengelola perbankan khususnya dalam melakukan pembiayaan atau investasi berupa pemberian pembiayaan KPR syariah bersubsidi subsidi untuk meringankan beban masyarakat. Orientasi pembiayaan yang diberikan bank syariah adalah untuk mengembangkan dan meningkatkan pendapatan dari pihak-pihak. Pemberian pembiayaan produktif tanpa dianalisa terlebih dahulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga pembiayaan tersebut sebenarnya tidak layak untuk diberikan, akibatnya jika salah menganalisis, maka pembiayaan yang disalurkan akan sulit untuk ditagih alias kredit macet. Terdorong dari pemikiran inilah, penulis terpanggil untuk mengetahui lebih 8 Muhammad, Manajemen pembiayaan Bank Syariah, yogyakarta:UUP AMP YKPN,2005h.16-17. jauh Kelayakan nasabah dalam pengajuan pembiayaan KPR Syariah bersubsidi pada BTN Syariah tentang bagaimana konsep kelayakan nasabah dalam pengajuan pembiayaan KPR Syariah bersubsidi yang dilakukan perbankan syariah dalam memberikan pembiayaan KPR syariah bersubsidi pada nasabah. Penulis mencoba menyusun sebuah tulisan dalam bentuk skripsi

B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH