6
yang dibaca, tausiah ini disampaikan oleh guru atau siswa dibawah bimbingan guru agama Islam.
Bagi siswa yang beragama Islam wajib mengikuti shalat jum’at di sekolah, sedangkan bagi seluruh siswi wajib mengikuti kegiatan keputrian ketika
shalat jum’at berlangsung. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk
membahasnya dalam skripsi dengan judul “Implementasi Pendidikan Agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 20092010”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan
beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Pentingnya kemampuan dalam memanag waktu yang disediakan untuk pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
2. Pentingnya implementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota
Tangerang Selatan
3. Pentingnya partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan agama
Islam
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut:
“Pentingnya implementasi pendidikan agama Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
”.
D. Perumusan Masalah
Dari beberapa pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis ingin mengungkap bagaimana Implementasi Pendidikan Agama
Islam di SMPN 4 Kota Tangerang Selatan?
7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah: a. Menjelaskan bagaimana implementasi pendidikan agama Islam di
SMPN 4 Kota Tangerang Selatan b. Apa saja kendala yang dihadapi pihak SMPN 4 Kota Tangerang Selatan
dalam mengembangkan pendidikan agama. 2. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu:
a. Secara teoritis Secara teoritis manfaat penelitian ini adalah :
a Dapat mengetahui cara penerapan pendidikan agama Islam di sekolah
b Menambah kahazanah
keilmuan khususnya
untuk mengembangkan pendidikan agama di sekolah umum
b. Secara praktis Secara praktis manfaat penelitian ini adalah :
Dapat memberikan masukan bagi SMPN 4 Kota Tangerang Selatan dalam meningkatkan implementasi pendidikan agama
Islam.
8
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Secara etimologi pendidikan berasal dari kata “didik” yang berarti “proses pengubahan tingkah laku seseorang atau dalam hal usaha
mendewasakan ma nusia melalui upaya pendidikan dan latihan”,
1
istilah pendidikan ini berasal dari bahasa yunani yaitu “paedagogie” yang berarti
bimbingan yang diberikan kepada anak, kemudian istilah ini diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan kata education yang berarti pengembangan
atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini dikenal dengan dengan kata “tarbiyah” yang berarti mengasuh, mendidik dan memelihara.
2
Adapun pengertian pendidikan menurut terminology banyak pakar ilmu yang mengemukakan antara lain:
1. H.M Arifi n mengemukakan bahwa pendidikan adalah “usaha orang
dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 204
2
A. Warson Munawir, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1990, h. 204
9
kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik didalam pendidikan formil maupun non formil”.
3
2. Ramayulis mengatakan bahwa pendidikan adalah “segala usaha orang
dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaannya”.
4
3. Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa “ Pendidikan
adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani siswa menuju
terbentuknya kepribadian yang utama ”.
5
4. Langeveld mengatakan bahwa mendidik adalah “mempengaruhi
anak dalam usaha membim bingnya supaya menjadi dewasa”. Usaha
membimbing adalah usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Pendidikan hanya didapat dalam pergaulan yang sengaja
antara orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.
5. S. A . Brahata, dkk memberikan pengertian pendidikan yaitu usaha yang sengaja diadakan baik langsung maupun dengan cara yang tidak
langsung untuk membantu anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan.
6
Dari pengertian yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan seseorang dengan sengaja
untuk menyiapkan anak didik menuju kedewasaan, berkecakapan utama dan kecerdasan berpikir melalui bimbingan dan latihan.
Mengenai pengertian Islam, berasal dari bahasa Arab aslama
3
M. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Di Lingkungan Sekolah Dan Keluarga, Jakarta: Bulan Bintang, 1978, h. 14
4
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994, cet Ke-1, h. 1
5
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , Bandung: Al Ma’rif, 1986, Cet
Ke-6, h. 21
6
Mahjubah, Pendidikan Anak Sejak Dini Hingga Masa Depan, Jakarta: Firdaus, 1993, h. 4- 5
10
yuslimu, pada mulanya berasal dari kata salima yang berarti selamat, sentosa dan damai. Dari pengertian demikian secara harfiah Islam dapat dikatakan
patuh, tunduk, berserah diri kepada Allah untuk mencapai keselamatan.
7
Pengertian Islam dari segi kebahasaan itu mengacu pada misi Islam yaitu mengajak manusia hidup aman, damai dan selamat dunia akhirat
dengan cara patuh dan tunduk kepada Allah melalui ibadah, sebagaimana dikemukakan dalam Al-
Qur’an sebagai berikut:
Atinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembah-Ku ”QS. Al-Dzariyat ayat 56
Apabila kata pendidikan dan Islam digabungkan maka memberikan pengertian pendidikan Islam. Pendidikan Islam mempunyai dasar, metode
dan batasan-batasan tertentu dalam teori pendidikan menurut konsep Islam dengan ciri khasnya. Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terrwujud dalam amal perbuatan sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.
Menurut Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Departemen Agama RI, mengartikan Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar untuk
menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dengan
memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan
persatuan nasional.
8
Menurut Drs. Burlian Somad Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang bertujuan membentuk individu menjadi makhluk yang
7
Maulana Muhammad Ali, Islamologi Dinul Islam, terj., R. Kaelan dan H.M. Bachrun, Jakarta: PT Ikhtisar Baru
– Van Hoeve, 1980, h. 63
8
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, …, h. 74
11
bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan isi pendidikannya adalah mewujudkan tujuan itu, yaitu ajaran Allah.
9
Sedangkan pendidikan agama Islam menurut Zakiyah Darajat adalah “pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam yaitu berupa
bimbingan dan asuhan terhadap anak didik, agar nanti setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran Islam, yang telah diyakini secara menyeluruh serta menjadikan ajaran-ajaran agama Islam itu suatu pandangan hidupnya demi keselamatan
hidup di dunia dan akhirat kelak.
10
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara sederhana, tujuan mengandung pengertian arah atau maksud yang hendak dicapai lewat upaya atau aktivitas. Dengan adanya tujuan, semua
aktivitas dan gerak manusia menjadi terarah dan bermakna..
11
Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan siswa tentang agama Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
12
Sedangkan menurut Abdul Majid tujuan dari pendidikan agama Islam sendiri di sekolah adalah “menumbuhkan dan meningkatkan keimanan
melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia
muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa
9
Burlian Somad, Beberapa Persoalan Dalam Pendidikan Islam, Bandung: AL- Ma’arif,
1981, h. 21
10
Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, Cet Ke-2, h. 86
11
Samsul Nizar, Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001, h. 105
12
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, …, h. 75
12
dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan agama yang lebih tinggi”.
13
Tujuan sejati pendidikan agama Islam adalah “menghasilkan orang-orang yang beriman dan juga berpengetahuan, yang satu sama lain saling
menopang”.
14
Tujuan pendidikan agama Islam dalam kurikulum SLTP adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, penghayatan pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk melanjutkan pada jenjang yang lebih tinggi.
15
Tujun pendidikan agama Islam di sekolah lanjutan memberi bekal agama Islam lebih lanjut dalam kehidupan. Pendidikan agama Islam diberikan secara
mendalam, disamping itu diberikan pula nilai-nilai agama dalam hubungan manusia dengan alam, serta mulai diberikan dalil Al-
Qur’an dan hadits. Perlu pula diperluas pengetahuan tentang hubungan agama dengan ilmu
pengetahuan dengan kepentingan masyarakat.
16
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia kata fungsi berarti: Peranan, pekerjaan yang dilakukan. Pendidikan agama sangat diharapkan
berperan langsung dalam upaya pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional, karena tanpa melalui pendidikan agama keimanan dan ketakwaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa tidak mungkin dapat diwujudkan, karena itu pendidikan
13
Abdul Majid S. Ag, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005, Cet Ke-2, h. 135
14
Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, Krisis Dalam Pendidikan Islam, Terj. Drs. Fadhlan Mudhafir, Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2000, cet Ke-1, h. 49
15
Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, Cet Ke- 1, h. 135
16
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995, cet. 2, h.96
13
agama termasuk pendidikan Agama Islam mempunyai peran dan kedudukan yang penting dalam Sistem Pendidikan Nasional.
17
Sedangkan fungsi pendidikan agama Islam pada sekolah menengah mempunyai peranan sebagai berikut:
18
a. Pengembangan Pengembangan merupakan peningkatan kadar keimanan dan ketakwaan
siswa kepada Allah SWT, yang telah ditanamkan dalam lingkungan kelurga sehingga nilai keimanan dan ketakwaan terus berkembang secara optimal
sesuai dengan tingkat perkembangan anak. b. Penanaman nilai
Sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat..
c. Penyesuaian mental Untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama Islam.
d. Perbaikan Perbaikan adalah usaha-usaha yang dilaksanakan untuk memperbaiki
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan siswa dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran agama Islam dalam
kehidupan sehari-hari. e.Pencegahan
Pencegahan merupakan upaya menangkal hal-hal negatif yang datang dari lingkungan atau budaya asing yang dapat mebahayakan dirinya dan dapat
menghambat perkembangan menuju manusia Indonesia seutuhnya. f. Pengajaran
Pengajaran merupakan usaha menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dalam kegiatan proses belajar mengajar.
17
Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, …, h. 75
18
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berba sis Kompetens,…,hal 134
14
g. Penyaluran Penyaluran yaitu memberikan kesempatan kepada anak-anak yang memiliki
bakat dan kemampuan khusus dalam bidang agama untuk menyalurkan agar bakat tersebut terus berkembang secara optimal, dan akan bermanfaat baik
untuk dirinya sendiri maupun bagi orang lain, di sekolah, khususnya guru pendidikan agama Islam berperan menyalurkan bakat yang telah dimiliki
agar terus berkembang.
19
Dengan demikian pendidikan agama Islam memiliki fungsi sangat signifikan pada penerapan proses pembelajaran. Pendidikan agama Islam
dapat membentuk karakter pribadi siswa kearah yang lebih baik. Pendidikan agama adalah salah satu unsur wajibnya harus di sampaikan kepada siswa
sesuai dengan keyakinan agama masing-masing. Pendidikan agama yang layak di kembangkan adalah pengajaran agama kontekstual. Nilai agama
dapat dikembangkan melalui pendekatan kultural tanpa harus melakukan doktrin dan dogmatisme agama.
Proses pembelajaran
pendidikan agama
secara kontekstual
mengharuskan guru mampu menginterpretasikan teks agama sesuai dengan perkembangan zaman. Model pembelajaran ini dapat disebut pembelajaran
agama substantif. Agama tidak harus diterjemahkan secara formal legalistik. Tetapi
bagaimana agama dalam proses pengajaran mampu mempengaruhi kepribadian siswa sehingga terbentuk etika personalitas.
Simbolisme agama harus dieliminasi secara proporsional. Disinilah pendidikan agama kepada siswa memainkan peranan utama. Pendidikan
agama dapat dikatakan berhasil apabila anak didik dapat mengenal nilai-nilai humanisme, keadilan, toleransi, penghormatan terhadap orang lain, sehingga
semua nilai kebijakan itu dapat di implementasikan dalam kehidupan sehari- hari.
19
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berba sis Kompetens,…,hal
134-135
15
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara:
1. Hubungan manusia dengan Allah SWT 2. Hubungan manusia dengan sesama manusia
3. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri 4. Hubungan dengan makhluk lain dan lingkungannya.
20
Ruang lingkup materi pendidikan agama Islam mencakup lima unsur pokok yaitu: Al-
Qur’an, keimanan akidah, akhlak, fiqih, bimbingan ibadah, dan tarikh Islam.
21
Dilihat dari sistematika ajaran Islam, maka unsur-unsur pokok itu memiliki kaitan yang erat, sebagaimana dapat dilihat pada skema berikut ini.
Sistematika ajaran Islam.
22
ISLAM
20
Standar Isi Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama SMP, PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, h.2
21
Nurhayati Djamas, Dinamika Pendidikan Islam di Indonesia Pasca Kemerdekaan, Jakarta: Rajawali Pres, 2009, h. 139
22
Muhaimin, et.al, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004, h. 79
Al- Qur’an SunnahHadits
Sistematika Kehidupan Ibadah 1. Politik
Syariah 2. Ekonomi Muamalah 3. Sosial
4. Pendidikan Akidah 5. Kekeluargaan
6. KebudayaanSeni Akhlak 7. Iptek
8. Orkes 9. Lingkungan Hidup
10. Hankam, dll
16
Dari sistematika tersebut, dapat dijelaskan mengenai kedudukan dan kaitan yang erat antara unsur-unsur pokok materi PAI.
Al- Qur’an Hadits merupakan sumber utama ajaran Islam, dalam arti
merupakan sumber akidah, syariah, ibadah, muamalah, dan akhlak sehingga kajiannya berada di setiap unsur tersebut. Akidah merupakan akar atau pokok
agama. Ibadah, Muamalah, dan Akhlak bertitik tolak dari akidah, dalam arti sebagai manifestasi dan konsekuensi dari akidah keimanan dan keyakinan
hidup. Syariah merupakan sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, dengan sesama manusia, dan dengan makhluk lainnya. Dalam
hubungannya dengan Allah diatur dalam ibadah dalam arti Khas, dan dengan hubungannya dengan sesama manusia dengan yang lainnya diatur dalam
muamalah dalam arti luas. Akhlak merupakan aspek sikap hidup atau kepribadian hidup manusia, dalam arti bagaimana sistem norma yang
mengatur hubungan manusia dengsn Allah dan hubungan manusia dengan manusia dan lainnya muamalah itu menjadi sikap hidup dan kepribadian
hidup manusia dalam menjalankan sistem kehidupan politik, ekonomi, sosial, pendidikan, kekeluargaan, kebudayaaanseni, iptek, orkes, dan lain-lain yang
dilandasi oleh akidah yang kokoh. Sedangkan tarikh Islam merupakan perkembangan perjalanan hidup manusia muslim dari masa ke masa dalam
usaha bersyariah dan berakhlak serta dalam mengembangkan sistem kehidupannya yang dilandasi oleh akidah.
23
23
Afifudin dan Irfan Ahmad Zain, Perencanaan Pembelajaran Bahan Ajar Pendidikan dan Latihan Profesi Guru, Bandung: UIN Sunan Gunung jati, hal, 89
17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Sekolah yang dijadikan tempat penelitian adalah SMPN 4 Kota Tangerang Selatan yang beralamat Jl. Pamulang Permai Barat II, Kecamatan Pamulang,
Propinsi Banten, Adapun pelaksanaan penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, mulai tanggal 1 maret 2010 sampai dengan juni 2010.
B. Metode Penelitian