Kontribusi pendidikan agama islam dalam membina perilaku siswa SMPN 11 Tangerang Ciledug larangan Selatan

(1)

MEMBINA PERILAKU SISWA SMPN 11 TANGERANG

CILEDUG LARANGAN SELATAN

Oleh:

AHMAD 203011001525

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008


(2)

MEMBINA PERILAKU SISWA SMPN 11 TANGERANG

CILEDUG LARANGAN SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan Islam

Oleh AHMAD NIM. 203011001525

Di Bawah Bimbingan

Prof. Dr. H. Moh. Ardani NIP. 150 011 680

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008


(3)

Skripsi berjudul: “Kontribusi Pendidikan Agama Islam dalam membina perilaku siswa SMPN 11 Tangerang Ciledug Larangan Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasyah pada, 19 Maret 2008 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama.

Jakarta, 24 Maret 2008 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA ...……… ..……….

NIP. : 150 236 009

Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ....……… ....………

NIP.: 150 299 477 Penguji I

Drs. Sapiuddin Shidiq, MA ....……… ...………….

NIP.: 150 299 477 Penguji II

Dra. Hj. Siti Salmiah, M.A ……… ...…………

NIP.: 150 020004

Mengetahui: Dekan,

Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP.: 150 231 356


(4)

Ahmad. Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Peilaku Siswa SMP Negeri 11 Tangerang Ciledug Larangan Selatan,Skripsi program studi Pendidikan Agama Islam, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana Kontribusi/Sumbangan Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Perilaku Siswa SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan Selatan. Metode yang digunakan adalah Metode Penelitian Kepustakaan dan Penelitian Lapangan dengan teknik analisa deskriptif (prosentase).

Penelitian ini di lakukan di SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan Selatan Jl. Inpres 18 pada bulan Oktober dan November, sampel di ambil secara Random Sampling, sampel yang di ambil sebanyak 20 % dari Siswa , teknik pengumpulan data dengan menyebarkan angket Pendidikan Agama Islam dan tentang perilaku siswa, yang telah di ujikan sebanyak 84 item.

Kesimpulannya bahwa Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Perilaku Siswa yang ada di SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug, sudah mencapai suatu keberhasilan yang dilakukan dari pihak sekolah maupun dari pihak guru walaupun sebagian kecil tidak ada jawaban yang mempengaruhinya. Yatu dapat dilihat dari jawaban siswa yang yang menjawab positif hasilnya 80 % yang terpengaruh dari sumbangan pendidikan agama Islam dan 20 % jawaban siswa yang tidak ada pengaruhnya (negatif).


(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiblakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 26 Maret 2008

Ahmad


(6)

Segala puji serta syukur hanya bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam Yang Maha Mulia lagi Maha perkasa. Di tangan-Nya Dia memegang kekuasaan di langit dan di bumi. Yang selalu melimpahkan rahmat, hidayah serta kemudahan-kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat akhir di dalam menyelesaikan Program Sarjana (S.1) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada manusia pilihan, yang membawa manusia kepada peradaban yang Islami yaitu Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam.

Dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kendala ataupun kesulitan yang penulis hadapi, akan tetapi atas izin Allah SWT dan berkat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak skripsi ini dapat terselesaikan, sesuai batas waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu penulis sampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Prof. Dr. H. Moh. Ardani., dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran serta keikhlasan telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan arahan dan bimbingan, dari awal proses penulisan hingga akhir penulisan skripsi ini.

4. Seluruh stap pengajar Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ayahanda tercintaH. Maknun, yang telah banyak memberikan semangat, do’a

dalam belajar, dan selalu memberikan arahan-arahan dalam mengejar cita-cita yang diharapkan. Ibunda tercinta Hj. Nasuroh yang mana beliau telah banyak


(7)

dan ikhlas dari Ibunda tercinta dalam setiap ananda menuntu ilmu.

6. Adik tercinta Nasrulloh yang selalu memberi warna suka maupun duka dalam kehidupan sehari-hari dalam belajar.

7. Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staf-stafnya.

8. Keluarga besar SMPN 11 Tangerang-Ciledug, di bawah pimpinan Gino, S.lp., yang telah memberikan izin, waktu serta tempatnya kepada penulis yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat tercinta Zaenal Muttaqien, Siskarno Binjay, Muh Sanusi, Idham, Tahamim, Yoyoh, Murod, Fentih, Dedeh, Yusri serta teman-teman semuanya angkatan 2003 yang selalu menemani suka maupun duka semoga persahabatan kita jangan sampai pudar selamanya dan tetap terkenang selalu, dan Saudari Widiani (ani) yang mana sudah membantu menemani penulis dalam tugas penelitian kesekolah.

Tidak ada sesuatupun yang dapat penulis berikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis, selain ungkapan do’a semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas jasa, bantuan serta pengorbanan yang telah diberikan.

Jakarta, 26 Maret 2008

Penulis


(8)

ABSTRAK... iv

LEMBAR PERNYATAAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan Masalah ... 5

C.Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. KegunaanPenelitian ... 7

F. Metodologi Penelitian ... 7

BAB II : KERANGKA TEORI A. Pengertian Kontribusi ... 9

B. Pendidikan agama Islam ... 9

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 9

2. Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam ... 14

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 20

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 21

C. Perilaku ... 24

1. Pengertian Perilaku ... 24

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Perilaku ... 25

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Pengertian Metodologi Penelitian ... 31

B. Tujuan Penelitian ... 32

C. Tempat dan waktu Penelitian ... 32

D. Populasi dan Sampel ... 32 viii


(9)

F. Teknik Analisa Data ... 34

G. Instrumen Penelitian ... 35

BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 37

1. Sejarah Berdirinya SMPN 11 Tangerang ... 37

2. Keadaan Geografis ... 38

3. Visi dan Misi ... 39

4. Keadaan Guru ... 39

5. Keadaan Siswa ... 44

6. Upaya sekolah dalam memberikan kontribusi PAI ... 48

B. Deskripsi Data ... 49

C. Analisis Data ... 49

D. Analisa Data Tabel ... 66

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA... 70

[

LAMPIRAN-LAMPIRAN BIODATA PENULIS


(10)

1. Tabel 1 Kisi-kisi Instrumen Kontribusi Pendidikan Agama Islam ... 35

2. Tabel 2 Pengajar SMPN 11 Tangerang ... 39

3. Tabel 3 Tenaga Administrasi ... 42

4. Tabel 4 Perangkat Kepala sekolah SMPN 11 Tangerang ... 42

5. Tabel 5 Daftar wali kelas ... 43

6. Tabel 6 Rombongan belajar/jumlah siswa ... 45

7. Tabel 7 Siswa menurut tingkat agama ... 45

8. Tabel 8 Kondisi lapangan ... 45

9. Tabel 9 Sarana dan prasarana kegiatan belajar mengajar ... 46

10. Tabel 10 Siswa yang suka dengan pendidikan agama Islam ... 49

11. Tabel 11 Tingkat kesulitan siswa belajar pendidikan agama Islam ... 50

12. Tabel 12 Pengaruh pendidikan agama Islam terhadap prestasi belajar siswa .50 13. Tabel 13 Perilaku Siswa ketika guru sedang menerangkan ... 51

14. Tabel 14 Perilaku Siswa ketika guru sedang menasehati ... 52

15. Tabel 15 Perilaku Siswa ketika berpapasan dengan guru ... 52

16. Tabel 16 Perilaku Siswa yang tertidur ketika sedang belajar ... 53

17. Tabel 17 Perilaku Siswa yang menyontek ketika sedang ujian/ulangan ... 53

18. Tabel 18 Perrilaku Siswa yang mengerjakan tugas yang diberikan guru ... 54

19. Tabel 19 Perilaku Siswa ketika guru memberikan PR ... 54

20. Tabel 20 Perilaku Siswa yang menasehati teman ketika berbuat salah... 55

21. Tabel 21 Perilaku Siswa yang membantu pekerjaan orang tua di rumah ... 55

22. Tabel 22 Perilaku Siswa yang mendengarkan nasehat orang tuanya ... 56

23. Tabel 23 Perilaku Siswa yang mencium tangan kedua orang tuanya ... 56

24. Tabel 24 Perilaku Siswa berpamitan ketika hendak berpergian ... 57

25. Tabel 25 Kebiasaan Siswa yang membolos pada jam-jam pelajaran ... 58

26. Tabel 26 Perilaku Siswa ketika mendengar guru sedang sakit ... 58

27. Tabel 27 Perilaku Siswa ketika pulang sekolah memberi salam ... 59

28. Tabel 28 Perilaku Siswa ketika berjalan didepan orang tua yang Sedang duduk... 59

29. Tabel 29 Perilaku Siswa ketika memulai pelajaran dengan berdo’a ... 60

30. Tabel 30 Kebiasaan Siswa membuat keributan dalam kelas ... 60

31. Tabel 31 Perilaku Siswa ketika mendapat suatu musibah dengan bersabar.. 61

32. Tabel 32 Perilaku Siswa ketika mempunyai salah kepada guru Meminta maaf... 62

33. Tabel 33 Perilaku Siswa ketika berbuat salah meminta maaf ... 62

34. Tabel 34 Perilaku Siswa ketika temannya mendapat musibah ... 63

35. Tabel 35 Perilaku Siswa bergaul dengan temannya ... 63

36. Tabel 36 Perilaku Siswa meminta izin menggunakan barang milik temannya ... 64

37. Tabel 37 Perilaku siswa ketika melihat temannya berkelahi ... 65

38. Tabel 38 Perilaku Siswa ketika kesal kepada seseorang memakinya ... 65

39. Tabel 39 Perilaku Siswa ketika melakukan suatu usaha mengalami kegagalan ... 66


(11)

1. Angket Penelitian

2. Hasil Wawancara Kepala Sekolah

3. Hasil Wawancara Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

4. Struktur Organisasi SMP Negeri 11 Tangerang-Ciledug Larangan Selatan 5. Denah Gedung/Denah Ruang Belajar Siswa

6. Surat Izin/Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah 7. Surat Keterangan Observasi

8. Surat Keterangan Bimbingan Skripsi 9. Surat Keterangan Riset/Wawancara 10. Biodata Penulis


(12)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pengaruhnya terhadap anak-anak untuk memimpin perkembangan rohani dan jasmaninya kearah kedewasaan. Hal ini sejalan dengan pendidikan Islam yang berupa bimbingan terhadap pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani yang berdasarkan pada ajaran Islam. Pendidikan juga merupakan suatu hal yang penting dalam menentukan maju tidaknya suatu bangsa karena pendidikan merupakan alat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.1

Yang kita ketahui juga bahwa yang menjadi dasar perbuatan anak itu baik yaitu karena pendidikannya yang baik dan didukung pula oleh lingkungannya yang baik pula. Pendidikan agama juga merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian anak didik. Pendidikan agama yang berlangsung dengan baik dalam keluarga, sekolah dan masyarakat akan merupakan unsur penting dalam pembentukan dan pembinaan kepribadian anak didik.2

Sedangkan pengertian pendidikan itu sendiri, menurut Poerbakawatja dan Harahap pendidikan adalah usaha sengaja dari orang dewasa untuk

1

M. Ngalim Purwanto,Ilmu Pengetahuan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1991), h. 11

2

Asmaran As., M.A., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1994), h. 44


(13)

dengan pengaruhnya meningkatkan anak kearah kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Sementara itu istilah tanggung jawab moril menurut Undang-undang tentang sistem pendidikan Nasional tahun 1989 bab: II pasal 4 adalah untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri, serta tanggung jawab masyarakat dan kebangsaan.3

Pengertian pendidikan menurut Islam adalah suatu usaha dalam menciptakan manusia beriman, bertakwa, beramal saleh dan bermental sehat dalam mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat. Semua ini dapat terwujud dengan pendidikan yang diberikan kepada manusia itu sendiri baik melalui lembaga formal atau non formal baik orang tua dan masyarakat.

Sesuai kehendak Allah menciptakan manusia dengan tujuan menjadi khalifah dimuka bumi melalui ketaatan kepadanya. Untuk mewujudkan tujuan itu Allah memberi hidayah dan berbagai fasilitas alam semesta ini sebagai sarana merenungi kebesaran penciptanya. Hasil perenungan ini memotivasi manusia untuk lebih mentaati dan mencintai Allah. Disisi lain Allah memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih pekerjaan yang akan dipilih olehnya, kebaikan atau keburukan. Namun melalui para Rasul, Allah memberikan kebebasan kepada manusia agar memahami tujuan hidup yang semata-mata untuk beribadah kepada Allah.4

Dalam problema umum pendidikan agama di sekolah berbagai upaya para ilmuwan yang banyak memeperhatikan tentang pelaksanaan pendidikan agama di lembaga-lembaga pendidikan formal kita, namun dalam pelaksanaan program pendidikan agama banyak sekolah kita belum berjalan seperti diharapkan oleh masyarakat, karena berbagai kendala dalam bidang kemampuan pelaksanaanya, metodenya, sarana fisik dan non fisiknya,

3

Muhibbin Syah,Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1995), h. 11

4

Abdurrahman an Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: PT. Gema Insani Press, 1997), Cet.1, h. 117


(14)

disamping suasana lingkungan pendidikan kurang menunjang suksesnya pendidikan mental-spiritual-moral ini.

Ada berbagai faktor yang di identifikasikan sebagai penghambat yaitu:

1. Faktor-faktor Eksternal

a). Timbulnya sikap masyarakat atau orang tua di berbagai lingkungan sekitar sekolah yang kurang concerned kepada pentingnya pendidikan agama, tidak mengacuhkan akan pentingnya pemantapan pendidikan agama di sekolah yang berlanjut di rumah.

b). Situasi lingkungan sekitar sekolah disubversi oleh godaan-godaan setan yang bersosok berbagai ragam bentuknya, antara lain seperti tontonan yang bernada menyenangkan nafsu (seperti blue film, permainan ketangkasan berhadiah dan lain-lain). Situasi demikian melemahkan daya konsentrasi berfikir dan berakhlak mulia, serta mengurangi gairah belajar, bahkan mengurangi daya bersaing dalam meraih kemajuan.

c). Timbulnya sikap prustasi di kalangan orang tua atau masyarakat bahwa ketinggian tingkat pendidikan yang dengan susah payah diraih, tidak akan menjamin anaknya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak, disebabkan perluasan lapangan kerja tidak dapat mengimbangi pembengkakan penuntut kerja.

2. Faktor-faktor Internal sekolah

a). guru kurang kompeten untuk menjadi tenaga professional pendidikan atau jabatan guru yang disandangnya hanya merupakan pekerjaan alternative terakhir, tanpa menekuni tugas sebernanya sebagai guru yang berkualitas baik, atau tanpa ada rasa dedikasi sesuai tuntutan pendidikan.

b). penyalahgunaan manajemen penempatan yang mengalih tugaskan guru agama ke bagian administrasi seperti perpustakaan atau pekerjaan non-guru. Akibatnya pendidikan agama tidak dilaksanakan secara programatis.


(15)

c). Pendekatan metodologi guru masih terpaku kepada orientasi tradisional sehingga tidak mampu menaraik minat murid kepada pelajaran agama. d). Kurangnya rasa solidaritas antara guru agama dengan guru-guru bidang

studi umum, sehingga timbul sikap memecilkan guru agama yang mengakibatkan pelaksanaan pendidikan agama tersendat-sendat dan kurang terpadu.

e). Hubungan guru agama dengan murid hanya bersifat formal, tanpa berkelanjutan dalam situasi informal di luar kelas. Wibawah guru juga hanya terbatas di dalam didnding kelas, tanpa berpengaruh di luar kelas/sekolah.5

Dalam problema di atas dapat kita hindari apabila diantaranya saling kerja sama yaitu antara guru, murid, orang tua murid maupun masyaraka. Sehingga permasalahan diatas dapat terbenahi dengan baik dan lancar.

Kita mengetahui juga bahwa tujuan penting dari pendidikan Islam adalah membentuk atau mencapai suatu akhlak atau budi pekerti yang mulia dan sempurna karena ruh dari pendidikan Islam adalah pendidikan akhlak.

Secara sederhana dapat kita katakan bahwa akhlak yang baik itu bukan terletak pada segi perbuatan yang lahir, akan tetapi terletak pada segi dorongan hati nurani yang ikhlas, jika akhlak yang dimiliki baik, maka baik pula perbuatan akhlak itu, dan jika perbuatan akhlak itu buruk , maka lahirlah perbuatan yang buruk pula.

Di jaman sekarang ini kita dapat banyak mengetahui bahwa anak-anak sekolah itu banyak melakukan prilaku tidak terpuji baik itu di sekolah maupun di luar sekolah, misalnya didalam sekolah itu sendiri para siswa terkadang tidak mematuhi peraturan yang sudah diberikan oleh pihak sekolah, apakah itu berupa dari segi berpakaian atau sopan santun terhadap guru, sedangkan yang diluar itu sendiri para siswa setelah pulang dari sekolah kebanyakan siswa duduk-duduk dipinggir jalan bahkan terkadang

5


(16)

melakukan perkelahian antara pelajar bahkan ada juga antara teman sendiri melakukan keributan, yang sehingga dapat meresakan masyarakat sekitar.

Dalam masalah kasus di atas ini apakah pendidikan yang diberikan dari sekolah itu kurang diterima oleh siswa atau metodenya yang salah dalam memberikan pembelajaran kepribadian akhlak terhadap siswa atau juga siswanya yang malas dalam belajar atau bisa juga karena faktor lingkungannya yang mempengaruhinya.

Kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan. Jika manusia membiasakan perbuatan jahat, maka ia akan menjadi orang yang jahat. Oleh karena itu akhlak harus diajarkan, yaitu dengan melatih jiwa kepada pekerjaan, sikap atau tingkah laku yang mulia.

Pentingnya pendidikan itu diberikan sejak dini, orang tua harus dapat membimbing anak sejak kecil kepada hal-hal yang baik dan benar. Pendidikan akhlak terhadap anak didik akan mempengaruhi dan mewarnai watak, pribadi, pola pikir, sikap dan perilaku serta tutur katanya setelah dewasa kelak.

Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk menulis judul tentang “Kontribusi Pendidikan Agama

Islam Dalam Membina Perilaku Siswa”.

B. Pembatasam Masalah

Dalam pembatasan masalah ini penulis hanya membatasi permasalahan mengenai pendidikan Agama Islam dalam membina Perilaku siswa di sekolah Yakni usaha-usaha sekolah dalam membimbing dan mendidik siswa di bidang Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan perilaku kehidupanya sehari-hari sesuai dengan ajaran agama Islam.

Oleh sebab itu penulis membatasi permasalahan yang ada di atas yaitu:


(17)

a. Pendidikan agama Islam yang dimaksud yaitu peranan guru agama pendidikan Islam dengan menanamkan ajaran agama Islam kepada siswa dan sumbangsi pendidikan agama Islam itu terhadap perilaku siswa itu sendiri yaitu bagaimana carannya membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, ikhlas dan jujur. Dimana pola pendidikannya lebih menekankan pada pembinaan perilaku.

b.Yang menjadi objek penelitian dalam hal ini adalah Siswa-siswi khusus pada kelas II (dua) SMPN 11 Tangerang-Ciledug tahun ajaran 2006-2007.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan masalah di atas maka penulis merumuskan permasalahannya sebagai berikut :

a. Apakah guru Agama Islam itu mempunyai peranan dalam membina perilaku Siswa SMPN 11 Tangerang - Ciledug ?

b. Upaya apa saja yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam peranan pendidikan Agama Islam pada siswa di lingkungan sekolah dan dalam kehidupannya sehari-hari di masyarakat?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui sejauh mana guru agama Islam itu berperan dalam kehidupan Siswa SMPN 11 Tangerang - Ciledug.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam memberikan sumbangan pendidikan agama Islam dalam kehidupan Siswa SMPN 11 Tangerang - Ciledug yang lebih baik.

3. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan siswa dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam.


(18)

E. Kegunaan Penelitian

Dalam kegunaan penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk:

a. Meningkatkan kesadaran anak didik akan pentingnya pendidikan Islam untuk mempersiapkan generasi yang berakhlak mulia.

b. Dapat memberikan pemikiran baru bagi para guru untuk meningkatkan proses belajar mengajar di sekolah.

c. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai peranan pendidikan Islam dalam pembinaan perilaku akhlak siswa

F. Metodologi Penelitian

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam pembahasan proposal ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal penelitian ini penulis memerlukan data yang valid agar dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Salah satu teknik yang digunakan penulis adalah:

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tertulis dengan cara membaca buku-buku, mengkaji, membahas dan menelaah yang berhubungan dengan pokok permasalahan skripsi, sehingga didapat teori-teori yang relevan dan mendukung dalam pembahasannya.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat dengan cara mendatangi langsung objek penelitian. Untuk memperoleh data dari lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut ini:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.6

6

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), Cet. IX, h. 102


(19)

b. Angket

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi yang diberikan kepada responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, dengan bentuk pilihan ganda, dimana responden diminta untuk memilih salah satu jawaban.

c. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari responden.7 Atau metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab langsung yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.

Berkaitan dengan masalah ini, maka wawancara dilakukan dengan kepala sekolah dan guru bidang studi pendidikan Islam dengan tujuan memperoleh data yang akurat yang berkaitan dengan penelitian.

7

Koentjara Ningrat,Metode-metode Penelitian Dalam Masyarakat, (Jakarta: Gramedia, 1993), Cet. X, h. 129


(20)

KERANGKA TEORI

A. Pengertian Kontribusi

Menurut kamus ilmiah karangan Indrawan WS bahwa kontribusi berarti “Sumbangan”.1 Sedangkan menurut kamus Bahasa Inggris karangan John Echols dan Hasan Shadily kata kontribusi disadur dari Bahasa Inggris yang berasal dari kata “Contribution” yang berarti sumbangan atau iuran.2 Dengan demikian dari kedua kamus tersebut dapatlah penulis menyimpulkan bahwa kontribusi adalah Sumbangan atau iuran.

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum kita tinjau lebih lanjut tentang pengertian pendidikan agama Islam, terlebih dahulu perlu kiranya penulis jelaskan pengertian pendidikan, pendidikan agama, dan agama Islam secara terpisah.

Secara etimologi, pendidikan berarti pemeliharaan, asuhan, pimpinan atau bimbingan.3 Pendidikan dilihat dari segi hahasa Arab merupakan

1

Indrawan WS,Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Cipta Media, Edisi Terbaru), h. 146 2

John Echols dan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1996), Cet. XXIII, h. 145

3

MJS. Poerwadarminta,Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), Cet, VII, h. 250


(21)

terjemahan dari kata “

ﺔﯿﺑﺮﺗ

” berasal dari kata dasar “

ﻰﺑ

ر

” (rabba) yang berarti mengasuh, memimpin atau mendidik4

Adapun pengertian pendidikan secara terminologi yaitu pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani ke arah kedewasaan / lebih jelasnya pendidikan adalah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi dirinya dan masyarakat.5

Dalam memberikan jawaban tentang apa yang disebut pendidikan, maka banyak diantara para ahli yang mengemukakan pendapat mereka, yang dapat dikemukakan disini antara lain:

a. Menurut Dr. MJ. Langeveld.

Yang disebut pendidikan yaitu pemberian bimbingan bantuan rohani bagi yang masih memerlukan. Selanjutnya ditegaskan bahwa belum tentu semua pengaruh dari seseorang yang telah dewasa kepada orang yang belum dewasa dapat disebut mendidik, sebab mungkin pengaruhnya itu tidak mengandung unsur-unsur mendidik sama sekali. b. Menurut Syekh Musthofa al Ghulayani.

Pendidikan ialah menanamkan akhlak yang baik dalam jiwa angkatan/ generasi muda dan memberikan siramana air petunjuk dan nasehat, sehingga menjadi suatu sifat dalam jiwa yang kemudian membuahkan sifat utama dan baik serta cinta bekerja untuk berbakti kepada Tanah Air.

c. Menurut Sumidi Adi Sasmita.

Pendidikan adalah pimpinan dengan sengaja pada masa pertumbuhan manusia mengenai jasmani dan rohaninya.6

Di antara sekian definisi yang tersebut di atas sebenarnya tidaklah terdapat perbedaan-perbedaan yang prinsip hanya disana-sini terdapat variasi dalam pengungkapannya atau berbeda segi peninjauannya. Maka

4 10

Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1989), Cet. VIII, h. 136

5

Ngalim Purwanto,Ilmu Teoritis dan Praktis, (Bandung: Rosda Karya, 2000), Cet. III, h. 11

6


(22)

dari itu dapatlah disimpulkan bahwa pendidikan itu mengandung inti-inti sebagai berikut:

a). Bahwa pendidikan merupakan suatu usaha b). Usaha itu dilakukan secara sadar

c). Usaha itu dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab kepada masa depan anak.

d). Usaha itu mempunyai dasar dan tujuan tertentu

e). Usaha itu perlu dilaksanakan secara teratur dan sistematis f). Usaha itu memerlukan alat-alat yang diperlukan.

Berdasarkan inti-inti persoalan dalam masalah pendidikan sebagaimana tersebut di atas, maka dapatlah diambil kesimpulan bahwa pendidikan dapat didefinisikan secara sederhana ialah: “Yang disebut pendidikan ialah Usaha yang sadar, teratur, dan sistematis di dalam memberikan bimbingan/bantuan kepada orang lain (anak) yang sedang berproses menuju kedewasaan.”7

Makna pendidikan secara sederhana yang lain juga dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian bagaimanapun sederhananya peradaban suatu masyarakat didalamnya terjadi atau berlangsung karena suatu proses pendidikan. Karena itulah sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu usaha melestarikan hidupnya.8

Dari definisi diatas ini dapat disimpulkan bahwa pendidikan memberikan bimbingan dan bantuan rohaniah kepada seseorang dalam upaya mengembangkan segala potensi yang ada pada dirinya agar menjadi berkualitas. Pendidikan tidak terbatas pada masalah rohani saja, tetapi juga jasmani, sebab keberhasilan pendidikan rohani dapat dilihat dalam kegiatan-kegiatan jasmani.9

7

Hafi Anshari,Pengantar Ilmu..., h. 28-29 8

Tim Dosen FIP IKIP Malang,Pengantar Dasar-dasar Kependidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), h. 2

9


(23)

Sedangkan pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah keimanan, amaliah, dan budi pekerti atau akhlak yang terpuji untuk menjadikan manusia yang taqwa kepada Allah SWT.10

Menurut Ahmad Tafsir pendidikan agama dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan melalui bimbingan yang diberikan dengan sengaja dari orang dewasa kepada anak didik menuju kearah kedewasaan11

Kemudian pendidikan Islam itu sendiri menurut para ahli pendidikan Islam adalah sebagai berikut, yaitu:

a. Menurut al-Syaibani

Pendidikan Islam adalah proses mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya. b. Menurut Muhammad Fadhlil al-Jamaly

Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tiggi dan kehidupan yang mulia

c. Menurut Ahmad Tafsir

Mendefinisikan pendidikan Islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksima lsesuai dengan ajaran Islam.12

Pendidikan Islam secara sederhana dapat di artikan sebagai proses bimbingan, pembelajaran dan atau pelatihan terhadap manusia (anak, generasi muda) agar nantinya menjadi orang Islam yang berkehidupan serta mampu melaksanakan peranan dan tugas-tugas hidup sebagai muslim. Dengan singkat pendidikan Islam dapat dikatakan sebagai proses

10

M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h. 4

11

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. IV, h. 32

12


(24)

pembimbingan, pembelajaran atau pelatihan agar manusia menjadi seorang muslim.13

Pendidikan Islam diartikan juga sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.14

Dengan memperhatikan definisi diatas penulis menyimpulkan bahwa bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada pembentukan akhlak atau kepribadian. Kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian muslim, yaitu pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Kemudian dalam penjabarannya, pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI, 3:2002).

d. Menurut Zakiyah Daradjat

Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Kemudian menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Dari pandangan-pandangan dan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang

13

Tim Dosen IAIN Sunan Ampel-Malang,Dasar-dasar Kependidikan Islam, (Surabaya: Karya Abditama, 1996), Cet. I, h. 6

14

Abd. Rochman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. I, h. 31


(25)

dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam itu sendiri.15

2. Dasar Pendidikan Agama Islam

Setiap aktifitas yang dilaksanakan manusia haruslah mempunyai dasar dan tujuan agar semua aktifitasnya itu dapat tercapai dengan baik. Begitu juga dengan pelaksanaan Pendidikan Agama Islam adalah Al-quran dan As-Sunah, kalau pendidikan diibaratkan sebagai bangunan, maka isi Al-Quran dan Hadislah yang menjadi Fundamennya.16

Menetapkan al-Quran dan Hadis sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dapat dibuktikan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Sebagai pedoman, al-Quran tidak ada keraguan padanya, ini tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 2 yang berbunyi:

ﻚﻟﹶﺫ

ﻦﻴﻘﺘﻤﹾﻠﱠﻟ ﻯﺪﻫ ﻪﻴﻓ ﺐﻳﺭ ﹶﻻ ﺐﺘﻜﹾﻟﺍ

.

Artinya: Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa.(QS. Al Baqarah: 2).

Dalam hal ini ia tetap terpelihara kesucian dan kebenarannya, baik dalam pembinaan aspek kehidupan spiritual maupun aspek sosial budaya dan pendidikan.demikian pula dengan kebenaran hadis sebagai dasar kedua bagi pendidikan Islam. Secara umum, hadis dipahami sebagai segala sesuatu yang didasarkan kepada Nabi SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, serta ketetapannya. Kepribadian Rasul sebagai uswat al-hasanah yaitu contoh tauladan yang baik.

Dalam Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

15

Abdul Majid dan Diah Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja Rosdakarya: 2004), h. 130

16

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bndung: Al-Ma’arif, 1989), Cet. VII, h. 41


(26)

ﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻤﱢﻟ ﹲﺔﻨﺴﺣ ﹲﺓﻮﺳﹸﺃ ِﷲﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻰﻓ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ﺍﺮﻴﺸﹶﻛ َﷲﺍ ﺮﹶﻛﹶﺫﻭ ﺮﺧَﻷﹾﺍ ﻡﻮﻴﹾﻟﺍﻭ َﷲﺍ ﺍﻮﺟﺮ

.

Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al Ahzab: 21).

Oleh karena itu, perilakunya senantiasa terpelihara dan dikontrol oleh Allah SWT. Dalam pendidikan Islam, sunah Rasul mempunyai dua fungsi, yaitu: (1). Menjelaskan sistem pendidikan Islam yang terdapat dalam al-Quran dan menjelaskan hal-hal yang tidak terdapat didalamnya. (2). Menyimpulkan metode pendidikan dari hehidupan Rasulullah bersama sahabat, perlakuannya terhadap anak-anak, dan pendidikan keimanan yang pernah dilakukannya.17

Prof. Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany menyatakan bahwa dasar pendidikan Islam identik dengan dasar tujuan Islam. Keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadist. Atas dasar pemikiran tersebut, maka para ahli didik dan pemikir pendidikan Muslim mengembangkan pemikiran mengenai pendidikan Islam dengan merujuk kedua sumber utama ini, dengan bantuan berbagai metode dan pendekatan seperti qiyas, ijma, ijtihad, dan tafsir. Berangkat dari sini kemudian diperoleh suatu rumusan pemahaman yang komprehensif tentang alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa, pengetahuan kemanusiaan dan akhlak. Hasil pemikiran tersebut kemudian menjadi titik awal dari kajian tentang pendidikan dalam Islam. Sebab dalam pandangan filsafat pendidikan Islam, kelima unsur tersebut berkaitan erat dengan permasalahan pendidikan

Adapun pendidikan Islam seperti yang dikemukakan al-Syaibany merujuk kepada sumber wahyu. Kebenaran wahyu secara hakiki memang sejalan dengan yang dapat diterima nalar manusia sebagai makhluk ciptaan. Oleh karena itu, pemikiran pendidikan Islam beranjak dari

17


(27)

pemahaman bahwa manusia sebagai sosok pribadi yang unik dan terikat pada ketentuan penciptanya.

Dalam konteks ini dapat dilihat bagaimana rangkaian hubungan antara tujuan manusia diciptakan dengan tujuan wahyu diturunkan. Manusia menginginkan kebahagiaan hidup, sedangkan wahyu diturunkan sebagai pedoman untuk membimbing manusia kearah pencapaian kebahagiaan hidup tersebut. Adapun kebenaran wahyu bersifat hakiki, di tegaskan dalam pernyataan Allah: inilah Kitab (al-Quran) yang tidak ada keraguan padanya, petunjuk bagai yang bertakwa (QS. Al Baqarah: 2) itu merupakan tampilan dari sikap dan perilaku seorang hamba yang bertakwa.18

Mengenai dasar ideal dan dasar oprasional pendidikan agama Islam adalah identik dengan ajaran Islam itu sendiri keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu Al-Quran dan Hadits.19

a. Al-Quran

Al-Quran merupakan kalam Allah yang telah diwahyukan-nya kepada Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia yang juga merupakan petunjuk yang lengkap, pedoman bagi manusia meliputi seluruh aspek mencangkup ilmu pengetahuan yang tinggi sekali gus mulia, baik esensinya tidak dapat dimengerti kecuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas.

Adapun dalil yang berkaitan dengan dasar pendidikan Islam adalah tercantum dalam surat Al-Imran: 104

ﻦُﹰﻜﺘَﹶﻟﻭ

ٌﹲﺔﻣُﹰﺃ ﻢُﹰﻜﻨﻣ

ﻋﺪﻳ

ﹾﺄﻳﻭ ﺮﻴﺨﹾﻟﺍ ﻰﹶﻟﺍ ﹶﻥﻮ

ﹺﺮﹶﻜﻨُﻤﹾﻟﺍ ﹺﻦﻋ ﹶﻥﻮﻬﻨﻳﻭ ﻑﻭﺮﻌﻤﹾﻟﺎﹺﺑ ﹶﻥﻭﺮﻣ

ُﹰﺍﻭ

ﹶﻥﻮﺤﻠﹾﻔﻤﹾﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌَﹶﻟﻭ

.

Artinya: ”Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. Al-Imran:104).

18

Jalaludin,Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), Cet. II, h. 84 19


(28)

Seperti dalam hadis juga dijelaskan bahwa:

ُﺀﺎﻨﺑﹶﺍ ﻢﻫﻭ ﻢﻫﻮﺑﹺﺮﺿﺍﻭ ﻦﻴﹺﻨﺳ ﹺﻊﺒﺳُﺀﺎﻨﺑﹶﺍ ﻢﻫﻭ ﺓﹶﻼﺼﻟﺎﹺﺑ ﻢﹸﻛﺩﹶﻻﻭﹶﺍ ﺍﻭﺮﻣ

ﹺﺮﺸﻋ

ﹺﻊﹺﺟﺎﻀﻤﹾﻟﺍ ﻰﻓﺍﻮﹸﻗﺮﹶﻓﻭ ﻦﻴﹺﻨﺳ

)

ﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ

.(

Artinya: “Surulah anak-anakmu untuk mengerjakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah bila ia membangkang (meninggalkan salat) jika mereka telah berusia 10 tahun serta pisahkan tempat tidurnya”.(HR. Abu Daud).

Al-Quran merupakan kitab Allah SWT yang memiliki pembendaharaan luas dan besar bagi pengembangan kebudayaan umat manusia. Al-Quran merupakan sumber pendidikan yang terlengkap, baik itu pendidikan kemasyarakatan atau social, moral atau akhlak, maupun spiritual atau kerohanian serta material atau kejasmanian dan alam semesta.20

Beberapa rujukan diatas memberikan kesimpulan yang jelas akan orientasi yang dimuat dan dikembangkan Al-Quran bagi kepentingan manusia dalam melaksanakan amanat yang diberikan Allah SWT. Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan Islam harus senantiasa mengacu pada sumber yang termuat dalam Al-Quran.

Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik pertama pada masa awal pertumbuhan Islam telah menjadikan Al-Quran sebagai dasar pendidikan Islam disamping sunnah beliau sendiri. Mengenai kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri. Allah SWT berfiman :

ﹺﺐﺒﹾﻟَﻷﹾﺍ ﺍﻮﹸﻟﻭﹸﺃ ﺮﱠﻛﹶﺬﺘﻴﻟﻭ ﻪﺘﻳﺍَﺀﺍﻭﺮﺑﺪﻴﱢﻟ ﻙﺮﺒﻣ ﻚﻴﹶﻟﹺﺇ ﻪﻨﹾﻟﺰﻧﹶﺃ ﺐﺘﻛ

.

Artinya “Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran”.(QS. Shaad/ 38:29).21

Dan firman-Nya pula dalam QS. At-Tahrim ayat 6 menjelaskan:

20

Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), h. 96

21


(29)

ﱠﻟﺍﺎﻬﻳﹶﺎﻳ

ﻭﺍﺮﻧ ﻢﹸﻜﻴﻠﻫﹶﺍﻭ ﻢﹸﻜﺴﹸﻔﻧﹶﺍ ﺍﻮﹸﻗﺍﻮﻨﻣﹶﺍ ﻦﻳ ﺬ

ﺤﹾﻟﺍﻭ ﺱﺎﻨﻟﺍﺎﻫﺩﻮﹸﻗ

ﹲﻅﹶﻼﻏ ﹲﺔﹶﻜﺌﹶﻠﻣﺎﻬﻴﹶﻠﻋ ﹸﺓﺭﺎﺠ

ﹶﻥﻭﺮﻣﺆﻳﺎﻣ ﹶﻥﻮﹸﻠﻌﹾﻔﻳﻭ ﻢﻫﺮﻣﹶﺍﺎﻣ َﷲﺍ ﹶﻥﻮﺼﻌﻳﱠﻻ ﺩﺍﺪﺷ

).

ﱘﺮﺤﺘﻟﺍ

٦

(

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(QS. At-Tahrim:6).

Dalam hal ini penulis mengemukakan pula bahwa Al-Quran itu Sebagai wahyu, Al-Quran bukan pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad Saw. Oleh karena itu, mereka yang mengatakan bahwa Al-Qurn itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad Saw, tidak benar dan tidak dapat dipertanggung jawabkan. Demikianlah kedudukan Al-Quran sebagai firman Allah, berdasarkan substansinya, Al-Al-Quran bukanlah ciptaan Nabi Muhammad, ia dipelihara oleh Allah yang mewahyukannya.

b. (As-Sunnah)

Dasar kedua setelah Al-Quran adalah Sunnah Rasulullah SAW. Amalan yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dalam proses perubahan hidup sehari-hari menjadi sumber utama pendidikan Islam Karena Allah menjadikan Sebagai teladan bagi umatnya. Rasulullah SAW mengajarkan dan mempraktekan sikap dan amal baik kepada istri dan sahabatnya, dan seterusnya mereka mempraktekan pula seperti apa yang dipraktekan Rasulullah SAW, kemudian mereka mengajarkan pula kepada orang lain perkataan, perbuatan dan ketetapan Rasul inilah yang disebut Hadits atau sunnah.22

dan hadits Nabi SAW

ًُﷲﺍ ﻰﻴﺿﺭ ﹶﺓﺮﻳﺮﻫ ﻰﹺﺑﹶﺃ ﻦﻋ

ﻪﻨﻋ

ﹶﻝﺎﹶﻗ

:

ﻢﱠﻠﺳﻭ ﻪﻴﹶﻠﻋ ًُﷲﺍ ﻰﱠﻠﺻ ِﷲﺍ ُﹰﻝﻮﺳﺭ ﹶﻝﺎﹶﻗ

:

ﻪﹺﻧﺎﺴﺠﻤﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺮﺼﻨﻳﻭﹶﺍ ﻪﹺﻧﺍﺩﻮﻬﻳ ﻩﺍﻮﺑﹶﺎﹶﻓ ﺓﺮﹾﻄﻔﹾﻟﺍ ﻰﱠﻠﻋ ﺪﹶﻟ ﻮﻳ ﱠﻻﺍ ﺩﻮُﹰﻟﻮﻣ ﻦﻣﺎﻣ

) .

ﻯﺭﺎﺨﺒﻟﺍ ﻩﺍﻭﺭ

.(

Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia menceritakan: Sesungguhnya Nabi SAW bersabda: “setiap bayi yang dilahirkan, dalam 22


(30)

keadaan fitrah (suci) maka kedua orang tualah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”.(HR. Bukhari) Berdsasarkan ayat dan hadits diatas, dapat diberikan pengertian bahwa dalam ajaran Islam terdapat perintah untuk mendidik, baik itu yang dilakukan orang tua sendiri atau orang lain sesuai dengan kemampuannya.

Oleh karena itu Sunnah mencerminkan prinsip manifestasi wahyu dalam segala perbuatan, perkataan dan taqrir Nabi, maka beliau menjadi teladan yang harus diukuti. Dalam keteladanan Nabi terkandung unsur-unsur pendidikan yang sangat besar artinya, karena dalam dataran pendidikan Islam Sunnah dapat menjadi acuan yaitu; Pertama, acuan syari’ah yang meliputi muatan-muatan pokok ajaran Islam secara teoritis. Kedua, dalam oprasional aplikatif yang menjadi cara Nabi memainkan peranannya sebagai pendidik dan sekaligus sebagai evalator yang professional, adil dan tetap menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran Islam. Semuanya dapat dilihat dari bagaimana cara Nabi melaksanakan proses belajar mengajar, metode yang di gunakan sehingga dalam waktu singkat mampu diserap oleh para sahabat.23

Al-Quran dan Sunah merupakan sumber dasar yang tidak usah diragukan lagi dan kita berpegang kepada keduanya maka tidak akan tersesat sebagaimana di jelaskan dalam sabdah Nabi:

ﻪﻟﻮﺳﺭ ﹶﺔﻨﺳﻭ ِﷲﺍ ﺏﺎﺘﻛ ﺎﻤﹺﻬﹺﺑ ﻢﺘﹾﻜﺴﻤﺗ ﹾﻥﹺﺇﺎﻣ ﺍﺪﺑﹶﺃ ﺍﻮﱡﻠﻀﺗ ﻦﹶﻟ ﹺﻦﻳﺮﻣﹶﺃ ﻢﹸﻜﻴﻓ ﺖﹾﻛﺮﺗ

.

)

ﻢﻛﺎﳊﺍ ﻩﺍﻭﺭ

.(

Artinya: “Aku tinggal dua pusaka pada kalian jika kita berpegang kepada kuanya , niscaya nicaya tidak akan tersesat, yaitu kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. (HR. Al-Hakim). Dan dalam Qur’an Surat Al Ahzab ayat 21 yang berbunyi:

23


(31)

ﺮﺧَﻷﹾﺍ ﻡﻮﻴﹾﻟﺍﻭ َﷲﺍ ﺍﻮﺟﺮﻳ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﻦﻤﱢﻟ ﹲﺔﻨﺴﺣ ﹲﺓﻮﺳﹸﺃ ِﷲﺍ ﹺﻝﻮﺳﺭ ﻰﻓ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺪﹶﻘﹶﻟ

ﺍﺮﻴﺸﹶﻛ َﷲﺍ ﺮﹶﻛﹶﺫﻭ

.

Artinya: ”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al Ahzab: 21).

Dalam hal ini penulis memberi kesimpulan bahwa hal di atas itu, memberikan pengertian tentang kewajiban berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah Nabi sebagai pedoman hidup manusia dunia dan akhirat serta sekaligus menjalankan apa yang dibawa oleh Rasul,. Yaitu hadis. Dengan demikian hadis menempati posisi kedua setelah Quran. Keberadaan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Quran

3. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Pada hakikatnya, pendidikan Islam adalah suatu proses yang berlangsung secara kontiniu dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini, maka tugas dan fungsi yang perlu diemban oleh pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang hayat. Konsep ini bermakna bahwa tugas dan fungsi pendidikan memiliki sasaran pada peserta didik yang senantiasa tumbuh dan berkembang secara dinamis, mulai dari kandungan sampai akhit hayatnya.

Secara umum tugas pendidikan Islam adalah membimbing dan mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik Dari tahap ke tahap kehidupannya sampai mencapai titik kemampuan optimal Sementara fungsinya adalah menyediakan fasilitas yang dapat memungkinkan tugas pendidikan berjalan dengan lancar.

Secara struktural, pendidikan Islam menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan, baik pada dimensi vertical maupun horizontal. Sementara secara institusional, ia mengandung implikasi bahwa proses pendidikan yang berjalan hendaknya dapat


(32)

memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan zaman yang berkembang. Untuk itu, diperlukan kerjasama berbagai jalur dan jenis pendidikan, mulai dari sistem pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah.

Bila dilihat secara operasional, fungsi pendidikan dapat dilihat dari dua bentuk, yaitu:

a. Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungkan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat dan nasional.

b. Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembagan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skil yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis.24

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam pandangan al-Quran, bahwa tujuan pendidikan Islam itu ialah menjadikan hambanya itu beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sebagai mana Allah SWT berfirman dalam al-Quran yang berbunyi:

ﹶﻥﻮﻤﻠﺴﻣ ﻢﺘﻧﹶﺃﻭ ﱠﻻﹺﺇ ﻦﺗﻮﻤﺗﹶﻻﻭ ﻪﺗﺎﹶﻘﺗ ﻖﺣ َﷲﺍ ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻮﻨﻣﺍَﺀ ﻦﻳﺬﱠﻟﺍﺎﻬﻳﹶﺄﻳ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali Imran:102).

Tujuan ini tampaknya didasarkan pada salah satu sifat dasar yang terdapat dalam diri manusia, yakni sifat dasar yang cenderung menjadi orang yang baik, yakni kecenderungan untuk melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, di samping kecenderungan untuk menjadi orang yang jahat.25

Menurut para ulama muslim tujuan pendidikan Islam yaitu:

24

Samsul Nizar,Filsafat Pendidikan ...,h. 33-34 25

Abudin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an, (Jakarta:UIN Jakarta Press, 2005), Cet. 1, h. 166


(33)

a. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah

Dalam bukunya “Educational Theory a Qur’anic Outlook”, bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah Swt atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada tujuan akhir.

b. Menurut Imam al-Ghazali

Menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan kepada:

1). Membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.

2). Membentuk insan purna untuk memperoleh kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun di akhirat.

Dari kedua tujuan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan versi Al-Ghazali tidak hanya bersifat ukhrawi (mendekatkan diri kepada Allah), yang dikenal dengan kesufiannya, tetapi juga bersifat duniawi.26 c. Menurut al-Syaibani

Mengemukakan bahwa tujuan tertinggi pendidikan Islam adalah mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. Pendekatan tujuan ini memiliki makna, bahwa upaya pendidikan Islam adalah pembinaan pribadi muslim sejati yang mengabdi dan merealisasikan “kehendak” Tuhan sesuai dengan syariat Islam, serta mengisi tugas kehidupannya di dunia dan menjadikan kehidupan akhirat sebagai tujuan utama pendidikannya.

d. Menurut Muhammad Fadhil al-Jamaly

Tujuan pendidikan Islam menurut al-Quran meliputi; (1). Menjelaskan posisi peserta didik sebagai manusia di antara makhluk Allah lainya dan tanggung jawabnya dalam kehidupan ini. (2). Menjelaskan hubungannya sebagai makhluk sosial dan tanggung jawabnya dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. (3). Menjelaskan hubungan manusia dengan alam dan tugasnya untuk mengetahui hikmah penciptaan dengan cara memakmurkan alam semesta. (4). Menjelaskan hubungannya dengan khaliq sebagai pencipta alam semesta.

e. Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi

Menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas lima sasaran, yaitu: (1). Membentuk akhlak mulia. (2). Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat. (3). Mempersiapkan untuk mencari rizki 26

Armai Arief,Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Cet. 1, h, 19-22


(34)

dan memelihara segi kemanfaatannya. (4). Menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan peserta didik. (5). Mempersiakan tenaga professional yang terampil.

f. Menurut Muhammad Munir Mursi

Tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya akhlak mulia yang dengannya dapat tercapai kebahagiaan hidup manusi di dunia dan akhirat.27

Berdasarkan rumusan di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan Islam merupakan proses membimbing dan membina fitrah peserta didik secara maksimal dan bermuara pada terciptanya pribadi peserta didik yang demikian, peserta didik diharapkan akan mampu memadukan fungsi iman, ilmu, dan amal, secara integral bagi terbinanya kehidupan yang harmonis, baik dunia maupun akhrat.28

Timbulnya rumusan pendidikn Islam yang diarahkan pada upaya membentuk manusia yang beribadah kepada Allah ini berdasarkan pada tuga pokok manusia dalam kehidupannya di dunia, yakni sebagai makhluk yang harus beribadah kepada Allah sebagaimana yang diamanatkan tersebut di atas, hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang tidak memisahkan antara urusan dunia dan akhirat.

Selanjutnya dijumpai pula rumusan tujuan pendidikan Islam yang diarahkan pada upaya menyempurnakan akhlak manusia atau membentuk akhlak yang mulia, sebagaimana akhlak yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Hal ini dipahami dari firman Allah yang berbunyi:

ﹴﻢﻴﻈﻋ ﹴﻖﹸﻠﺧ ﻰﹶﻠﻌﹶﻟ ﻚﻧﹺﺇﻭ

Artinya: “Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(QS.Qalam:4).

Selanjutnya di dalam hadisnya, Rasulullah SAW menyatakan bahwasanya aku diutus semata-mata untuk menyempurnakan akhlak.

Dengan demikian tujuan pendidikan Islam ini muncul didasarkan pada tugas kerasulan Nabi Muhammad SAW, yakni menyempurnakan

27

Abudin Nata,Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. IV, h. 53

28


(35)

akhlak. Hal ini dapat dipahami, karena Akhlaklah yang menentukan maju mundurnya suatu bangsa tersebut mulia, sebaliknya suatu bangsaakan hancur dan terhina jika akhlak bangsa tersebut buruk dan hancur.

Dikalangan para ahli pendidikan Islam, banyak dijumpai pendapat yang merumuskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia agar memiliki akhlak yang mulia.29

Penulis simpulkan bahwa inti dari tujuan pendidikan Islam tersebut berfokus kepada:

a). Terbentuknya kesadaran terhadap hakikat dirinya sebagai manusia hamba Allah yang diwajibkan menyembah kepadanya. Melalui kesadaran ini pada akhirnya ia akan berusaha agar potensi dasar keagamaan (fitrah) yang ia miliki dapat tetap terjaga kesuciannya sampai akhir hayatnya, sehingga ia hidup dalam keadaan beriman dan meninggal juga dalam keadaan beriman (muslim).

b). Terbentuknya kesadaran akan fungsi dan tugasnya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan selanjutnya dapat ia wujudkan dalam kehidupannya sehari-hari. Melalui kesadaran ini seseorang akan termotivasi untuk mengembangkan potensi yang ia miliki, meningkatkan sumber daya manusia, mengelola lingkungannya dengan baik , sehingga pada akhirnya ia akan mampu memimpin diri dan keluarganya, masyarakat dan alam sekitarnya.

c). Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

d). Mengarahkan manusia untuk berakhlak mulia.

C. Perilaku

1. Pengertian perilaku

Perilaku dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dapat dikatakan juga dengan kata tingkah laku. Secara terminologi perilaku artinya apa yang dilakukan seseorang. Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa mengatakan bahwa: “Perilaku adalah setiap cara reaksi atau respon manusia, makhluk hidup terhadap lingkungannya. Perilaku adalah aksi, reaksi terhadap rangsangan dari luar”.30

29

Abudin Nata,Pendidikan Dalam ...., h. 179 30

Singgih D. Gunarsa, Psikologis Praktis Anak, Remaja dan Keluarga, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995), h. 5


(36)

Dari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa; perilaku adalah tingkah laku, suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang yang nyata dapat dilihat atau bersifat kongrit, dan tanpa melalui pembinaan dalam jiwa terlebih dahulu.

Para ahli psikologi membedakan dua macam tingkah laku:

1. Tingkah laku intelektualitas atau tinggi, maksudnya adalah sejumlah perbuatan yang dikerjakan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan jiwa dan intelektual. Ciri utamanya adalah berusaha mencapai tujuan tertentu.

2. Tingkah laku mekanistik atau refleksi, maksudnya adalah respon-respon yang timbul pada manusia secara mekanistik dan tetap, seperti kedipan mata sebab kena cahaya dan gerakan-gerakan rambang pada anak-anak, seperti menggerakan kedua tangan dan kaki secara terus-menerus tanpa aturan.31

Dari uraian diatas tentang arti perilaku, dapat dipahami bahwa perilaku itu adalah perbuatan atau tingkah laku baik secara reflek maupun secara sadar, baik jasmaniah ataupun rohaniah. Contoh, ketika ia menemukan anak yang jatuh dari pohon maka ia akan segera berperilaku atau bertindak dengan menggotong dan memberitahukan kepada orang tuanya.

Dalam kesempatan ini penulis menyimpulkan bahwa perilaku itu ialah usaha sadar yang dimiliki oleh seseorang dalam melakukan sesuatu secara refleksi yang ditimbulkan dari dorongan dirinya maupun dari orang lain.

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembinaan Perilaku

Dalam hal ini faktor yang mempengaruhi pembinaan perilaku yaitu faktor lingkungan, dan faktor lingkungan ini dibagi menjadi tiga bagian: a. Lingkungan Keluarga

Para ahli berpendapat bahwa perilaku orang dewasa banyak dipengaruhi oleh kondisi dalam rumah tangga dimana ia hidup pada

31

Hasan Langgulung,Azas-azas Pendidikan Islam,(Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1998), h. 274


(37)

waktu kecil. Bahkan ada pula ahli mengatakan bahwa kepribadian seseorang telah terbentuk ketika masih berada dalam kandungan sang ibu. lebih lanjut pembentukan kepribadian ditentukan dalam kehidupan keluarga. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola perilaku seseorang akan bersifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti, ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerja sama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik.

Sebaliknya jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia; sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Sebaliknya kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat tolerannya rendah, memandang dunia disekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang anti pati.32

Keluarga menurut para pendidik merupakan lapangan pendidikan yang pertama dan pendidikannya adalah kedua orang tua. Orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidikan kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrati ibu dan bapak diberikan anugrah oleh tuhan pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini, timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, sehingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, melindungi serta membimbing keturunan mereka.

Menurut Rasul Allah Saw., fungsi dan peran orang tua bahkan mampu untuk membentuk arah keyakinan anak-anak mereka. Menurut beliau, setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama, namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan, pemeliharaan, dan pengaruh kedua orang tua mereka.33

32

Slamet, Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Bumi Aksara, 1988), Cet. 1, h. 192

33


(38)

Oleh karena itu peran orang tua penting sekali dimana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperlihatkan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap hari dan melarang terhadap perbuatan-perbuatan yang tidak baik atau menganjurkan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik secara terus-menerus sehingga akan terwujud keluarga yang bahagia dan harmonis.

b. Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah juga merupakan pengaruh perkembangan perilaku anak. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai-nilai moral yang masih mengalami perubahan.

Ajaran Islam secara tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. sebagaimana telah diterangkan dalam firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi:

ﺭﺎﺼﺑ َﻷﹾﺍﻭ ﻊﻤﺴﻟﺍ ﻢﹸﻜﹶﻟ ﹶﻞﻌﺟﻭ ﺎﹰﺌﻴﺷ ﹶﻥﻮﻤﹶﻠﻌﺗ ﺎﹶﻟ ﻢﹸﻜﺗﺎﻬﻣﹸﺃ ﻥﻮﹸﻄﺑ ﻦﻣ ﻢﹸﻜﺟﺮﺧﹶﺃ ُﷲﺍﻭ

ﹶﻥﻭﺮﹸﻜﺸﺗ ﻢﹸﻜﱠﻠﻌﹶﻟ ﹶﺓﺪﺌﹾﻓَﻷﹾﺍﻭ

)

ﻞﺤﻨﻟﺍ

:

۷۸

:

١٦

.(

Artinya: “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.34 Fungsi sekolah itu sendiri dalam kaitannya dengan pembentukan jiwa keagamaan pada anak, antara lain sebagai pelanjut pendidikan agama di lingkungan keluarga atau membentuk jiwa keagamaan pada diri anak yang tidak menerima pendidikan agama dalam keluarga. Dalam konteks

34


(39)

ini guru agama harus mampu mengubah sikap anak didiknya agar menerima pendidikan agama yang diberikannya.

Dengan demikian, pengaruh kelembagaan pada anak sangat tergantung dari kemampuan para pendidik untuk menimbulkan adanya perhatian, pemahaman, dan penerimaan. Dalam hal ini pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik dan para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya.35

Sebab sekolah adalah suatu masyarakat atau kelompok ilmiah yang mampu berkembang dari berbagai kelompok asal dan dari segala macam jenis. Jika si anak, pada periode yang menentukan ini, di bawa pada kehidupan social seperti sekarang ini, kemungkinan besar ia akan tetap berorientasi dalam cara seperti ini sepanjang hidupnya. Jika ia mengembangkan kebiasaan untuk mengekspresikan minat dan aktivitasnya dalam berbagai kelompok, ia akan tetap mempunyai kebiasaan ini dalam kehidupan selanjutnya setelah tamat sekolah.36

Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya sebagai tempat untuk menambah ilmu guna dipergunakan sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan perilaku sosial yang baik.

c. Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan lapangan pendidikan yang ketiga. Para pendidik umumnya sependapat bahwa lapangan pendidikan yang ikut mempengaruhi perkembangan anak didik adalah keluarga, Kelembagaan pendidikan (sekolah), dan lingkungan masyarakat. Keserasian antara ketiga lapangan pendidikan ini akan memberi dampak yang positif bagi

35

Jalaludin,Psikolog ...,h. 232-233 36

Lukas Ginting, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 173


(40)

perkembangan anak, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan mereka.37

Lingkungan masyarakat turut pula mempengaruhi proses perkembangan perilaku anak. Oleh Karenanya fungsi dan peranan lingkungan ini dalam proses perkembangan dikatakan sebagai faktor ajar, yaitu faktor yang akan mempengaruhi perwujudan suatu potensi secara baik atautidak baik. Sebab pengaruh ligkungan dalam hal ini dapat bersifat positif yang berarti pengaruhnya baiki, dan sangat menunjang perkembangan suatu potensi. atau bersifat negatif yaitu pengaruh lingkungan itu tidak baik dan akan menghambat atau merusak perkembanagan anak. Oleh karena itu tugas orang tua/guru untuk menciptakan atau menyediakan lingkungan yang positif agar dapat menunjang perkembangan anak.

Beberapa hal yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku seseorang adalah:

1. Lingkungan yang tentram, dalam arti penuh kedamaian dan bebasa dari kehidupan yang curiga dan mencurigai

2. Lingkungan yang rukun dimana sesama warga tidak saling mencampuri urusan orang lain, tanpa disertai oleh sikap acuh tak acuh

3. Tersedianya pasilitas bergaul yang memadai seperti untuk berolah raga, maka dari situ akan timbul suatu interaksi diantara sesamanya.38

Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan anak-anak menjelma dalam beberapa perkara dan cara yang dipandang merupakan metode pendidikan masyarakat yang utama. Cara yang terpenting adalah: 1. Allah menjadikan masyarakat sebagai penyuruh kebaikan dan melarang

kemungkaran

2. Pendidikan kemasyarakatan dapat juga dilakukan melalui kerja sama yang utuh

3. Pendidikan kemasyarakatan bertumpu pada landasan afeksi masyaraka, khususnya rasa saling mencintai. Dalam diri generasi muda, perasaan cinta tumbuh seiring dengan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anak-anaknya sehingga mereka memilikikesiapan untuk mencintai orang lain.

37

Jalaludin,Psikolog ....,h. 233-234 38


(41)

4. Pendidikan masyarakat harus mampu mengajak generasi muda untuk memilih teman dengan baik dan berdasarkan ketakwaan kepada Allah. 39

Karena masyarakat merupakan arena pergaulan yang dihadapi setiap hari, maka jelas pengaruhnya terhadap pembentukan perilaku anak akan sangat besar arinya. Apabila seorang anak selalu melihat dan bahkan mungkin juga terlibat dalam gaya hidup tentram, damai, penuh toleransi dan menyenangkan, perilakunya pun bertumbuh menjadi perilaku yang positif. Sebaliknya dalam suasana curiga mencurigai, tidak aman dan kotor, maka sukar bertumbuhnya perilaku yang positif meskipun para orang tua dan para pendidik berusaha keras kearah itu.

39

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Perss, 1996), Cet. II, h. 176-185


(42)

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pengertian Metodologi Penelitian

Metode Penelitian sering juga disebut sebagai metodologi penelitiaan. Sedangkan maksud dari kata metodologi itu sendiri adalah “Cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang terpercaya dan kemudian dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu”.1 Dengan demikian metode penelitian sangat diperlukan dan dibutuhkan dalam melakukan suatu penelitian untuk mengumpulkan dan memperoleh data, serta untuk mencari kebenaran terhadap masalah yang sedang akan diteliti.

1

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kwantitatif Dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), Cet. II, h. 10


(43)

kebenaran yang dipandang ilmiah dan dilakukan dengan melalui metode penyelidikan”.2 Penggunaan metode penyelidikan dalam melakukan penelitian diperlukan dengan maksud untuk menemukan dan memperoleh data yang valid, akurat dan signifikan terhadap permasalahan. Penelitian yang dilakukan , sehingga dapat mengungkapkan masalah yang diteliti.

Sutrisno Hadi menerangkan bahwa “Suatu riset khususnya dalam ilmu pengetahuan empirik, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran suatu pengetahuan.3

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka kegiatan penelitian yang penulis lakukan mempunyai tujuan, yaitu :

1. Untuk mengetahui sejauh mana guru agama Islam itu berperan dalam kehidupan siswa SMPN 11 Tangerang Ciledug.

2. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan sekolah dalam meningkatkan pendidikan Islam dalam kehidupan siswa SLTPN 11 Tangerang-Ciledug yang lebih baik.

3. Untuk mengetahui tingkat pelaksanaan siswa dalam menjalankan ajaran-ajaran agama Islam.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMPN 11 Tangerang Jl. Inpres 18 Larangan Selatan. Alasan penulis memilih SMPN ini adalah karena jaraknya yang tidak begitu jauh dari tempat tinggal penulis. Adapun waktu pelaksanaan dari penelitian ini, adalah dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober sampai 22 November 2007.

D. Populasi dan Sampel 2

Winarno Surahmad,Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 26

3

Sutrisno Hadi,Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1990), Cet. 22, h. 3 31


(44)

manusia, benda, tumbuh-tumbuhan. Peristiwa sebagai sumber data yang mempunyai karakteristik tentunya dalam sebuah penelitian. Dan meneurut Suharsimin Arikunto, “populasi adalah keseluruhan objek yang dijadikan sumber sasaran penelitian. Adapun populasi yang menjadikan objek penelitian ini adalah kepala sekolah, guru bidang studi pendidikan agama Islam, dan siswa-siswi kelas II SMPN 11 Tangerang tahun ajaran 2007-2008.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi, atau secara umumnya adalah suatu himpunan bagian yang ditarik dari populasi. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik Random Sampling ( sistim acak ) dimana penulis berketetapan untuk mengangkat sample 20 % dari siswa-siswi kelas II SMPN 11 Tangerang tahun ajaran 2007-2008 yang populasinya berjumlah 422 siswa. Dengan memperhatikan prosentase diatas, maka jumlah siswa secara keseluruhan adalah 84 siswa, yaitu :

20

X 422 = 84 100

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut, yaitu :

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.

c. Wawancara

Wawancara merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari responden. Atau metode pengumpulan data dengan jalan Tanya jawab langsung yang digunakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.


(45)

dengan kepala sekolah dan guru bidang studi pendidikan akhlak dengan tujuan memperoleh data yang akurat yang berkaitan dengan penelitian. b. Angket

Angket yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan memperoleh informasi yang diberikan kepada responden. Bentuk angket yang penulis gunakan adalah angket langsung dan bersifat tertutup, dengan bentuk pilihan ganda, dimana responden diminta untuk memilih salah satu jawaban.

F. Tekhnik Analisa Data

Setelah data yang penulis butuhkan berhasil dihimpun atau dikumpulkan penulis menjabarkannya dengan memberikan uraian dan interprestasi untuk kemudian diambil kesimpulan akhir.

Setelah data yang ada diklasifikasikan lalu dilakukan analisis data. Diantara teknis analisis data yang dipandang cepat untuk mencapai tujuan penelitian disini adalah teknik analisis deskriptif ( Prosentase ) dengan rumus:

f

Rumus: P = x 100 % N

Ket :

P = Prosentase

f = frekuensi yang dihasilkan

N = Jumlah populasi yang ada ( responden )

Data yang didapat setiap item pertanyaan akan dibuat satu tabel yang didalamya langsung dibuat frekuensi dan prosentase.

N = Number Of Cases (Jumlah responden)

Untuk menginterprestasikan data, penulis menggunakan skala sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya

90 % - 99 % : Sebagian besar

51 % - 90 % : Lebih dari setengahnya


(46)

40 % - 49 % : Hampir setengahnya 10 % - 39 % : Sebagian kecil 1 % - 9 % : Sedikit sekali 0 % : Tidak sama sekali

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini dalam bentuk non-tes yaitu menggunkan angket. Angket ini dalam bentuk quesioner yang diperuntukan kepada siswa., untuk mendapatkan informasi mengenai Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Perilaku Siswa.

Tabel 1

Kisi-kisi Instrumen Kontribusi Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Perilaku Siswa

No. Variabel Indikator No. Item Jumlah

1.

2.

Kontribusi PAI

Perilaku Siswa

a. Sebagai mata pelajaran agamayang memberikan nilai-nilai ajaran agama b.- Mengarahkan,membimbing,

membina

- Mengubah tingkah laku

Siswa dan pembinaan

sikap

a. Pembinaan sikap b. Disiplin

c. Saling menolong antar sesama

d. Berbuat baik kepada kedua 1

2,3

4,5,6 7,8,9,10

11

12

1

2

3 4 1

1 35


(47)

e. Melanggar tata tertib f. Mendo’akan

g. Menghormati orang tua h. Memberi salam

i. Memulai sesuatu dengan berdo’a

j. bersabar

k. Memberikan sifat jujur l. Berbuat baik antar sesama j. Saling tolong-menolong k. Mempunyai sifat buruk

antar sesama l. Berperilaku ikhlas

16,21 17,25 18 19 20

22 23,24,27

26 28 29

30

2 2 1 1 1

1 3 1 1 1

1 36


(48)

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMPN 11 Tangerang

SMPN 11 didirikan pada tahun Ajaran 1982/1983 dengan SK kanwil Depdikbud propinsi jawa barat No. 2761 a/1.02.1/83 tanggal 26 Mei 1983 dan SK Mendikbud RI No. 0557/0/1984 tanggal 20 Nopember 1984 dan mulai menerima siswa baru tahun pelajaran 1982/1983. Untuk pertama kali SMPN 11 berdiri dengan nama SMP Negeri 2 Ciledug dan menumpang di SMP Negeri 1 Ciledug dengan formasi kelas 1 sebanyak tiga kelas dan belajar pada siang hari. Pertama kali kepala sekolah dijabat oleh bapak popo Tarmana dari tahun 1985 kemudian pada tahun 1994 jabatan kepala sekolah di pegang oleh Drs. Nurhadi, setelah jabatan kepala sekolah dipengang oleh Drs. Nurhadi, kemudian pada tahun 1997 jabatan kepala sekolah berpindah kepada Drs. Ngadiyat, dan setelah Drs. Ngadiyat memimpin sebagai kepala sekolah SMPN 11 Tangerang, kemudian pada


(49)

S.Ip.

Melalui perjuangan yang sangat gigih dan berliku-liku serta didukung oleh kemauan keras dari seluruh guru dan karyawan. Alhamdulillah pada tahun 1991/1992 Gedung SMPN 2 Ciledug sudah berdiri cukup megah di areal tanah + 5500 m2 yang terletak di desa Larangan Selatan Jl. Inpres 18 Ciledug Tangerang. Pada tahun 1998/1999 dalam menyongsong Wajib Belajar 9 tahun, mengentaskan kemiskinan serta mengikuti arus reformasi SMPN 11 menerima siswa semaksimal mungkin serta memberikan beasiswa kepada yang berprestasi maupun bagi siswa yang tidak mampu/miskin. Dilihat dari sejarahnya sekolah ini pada tahun 2000 nama SMPN 11 Tangerang berubah lagi menjadi SLTPN 11 Tangerang yang propinsinya masih Jawa Barat dan atas keputusan dari pemerintah pusat pada tahun 2003 maka nama SLTPN berubah lagi menjadi SMPN 11 Tangerang yang propinsinya sudah berubah menjadi Banten.

2. Letak Geografis

SMPN 11 Tangerang Terletak di jalan Inpres 18 Larangan Selatan Kecamatan Larangan Kota Tangerang. Kecamatan Larangan merupakan daerah yang penyangga Ibukota Jakarta, sehingga tidak mustahil bahwa daerah ini dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang timbul. Daerah ini merupakan daerah pemukiman penduduk yang jenis masyarakatnya sangat heterogen artinya berbagai bentuk dan corak masyarakat termasuk kelas sosialya.

Letak Desa Larangan Selatan berbatasan dengan DKI Jakarta sebelah barat dan selatan yang mempunyai suhu udara cukup panas sehingga berpengaruh juga kepada semangat belajar siswa yang cepat jenuh dan lelah , ini termasuk juga tenaga kependidikannya.

Posisi sekolah juga kurang menguntungkan hal ini disebabkan letak tanah berdirinya gedung sekolah berada didaerah bekas persawahan

37


(1)

HASIL WAWANCARA KEPALA SEKOLAH

Nama Responden : Gino, S.lp

Jabatan : Kepala Sekolah

Hari / Tanggal : Kamis / 29 November 2007 Tempat : Ruang Kepala Sekolah

1. Bisakah Bapak ceritakan sedikit sejarah berdirinya SMPN 11 Tangerang ? Jawab: SMPN 11 Tangerang berdiri pada tahun 1983 dengan Nama SMP

Negeri 2 Ciledug, ketika Tangerang masih kabupaten dan masuk propinsi Jawa Barat. Gedung SMPN 11 Tangerang baru berdiri pada tahun 1992 di jalan Inpres 18 Larangan Selatan, sebelumnya menumpang di SDN 3 Larangan, SMPN I Ciledug, dan SMP YPPUI Ciledug. Dan SMPN ini kepala sekolahnya sudah beberapa kali mengalami pergantian.

2. Menurut Bapak apa tujuan di adakannya pengajaran pendidikan agama Islam di sekolah ini ?

Jawab: Tujuan pendidikan agama Islam di sekolah ini yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan.

3. Bagaimana bentuk pergaulan siswa di sekolah ?

Jawab: Pergaulan siswa di SMPN ini masih relatif baik, artinya bentuk pergaulannya masih dalam batas-batas norma yang berlaku.

4. Bagaiman bentuk pergaulan guru, baik guru dengan pimpinan, guru dengan guru dan guru dengan siswa ?

Jawab: bentuk pergaulan guru di sini cukup baik dan kekeluargaanserta budaya mencium tangan guru merupakan budaya yang terus di kembangkan,

IX.5 IX.4

IX.3 IX.1 IX.2

PARKIR SEPEDA SISWA G. PLN

Kantin Sekolah Kantin Sekolah

Lantai Bawah Lantai Atas Ket:


(2)

baik dengan aktifitas sehari-hari maupun momen menjelang Ramadhan dan hari raya.

5. Usaha-usaha apa yang dilakukan sekolah dalam memberikan sumbangan pendidikan agama Islam dalam membina perilaku siswa ?

Jawab: 1. Memberikan pelayanan agama sesuai kurikulum yang berlaku dengan afektif dan efisien.

a. Menambah waktu pelajaran 2 jam menjadi 3 jam dengan memberikan pelajaran baca tulis Al-Quran

b. Kegiatan Ekskul Rohis

c. Tadarus Al-Quran setiap hari sebelum belajar selama 15 menit d. Melaksanakan shalat jum’at berjamaah di sekolah

e. Mengadakan pesantren kilat

f. Melaksanakan perayaan-perayaan hari besar agama Islam di sekolah

g. Membuat buku monitoring Ibadah siswa yang di awasi guru agama h. Melakukan pergantian awal jum’at

i. Melakukan ta’jiah jika ada kematian

6. Bagaimana cara Bapak memberi pengawasan kepada guru-guru terutama berkenaan dengan perilaku mereka ?

Jawab:1. Melakukan pembinaan melalui Rapat sebagai tindakan prepentif 2. Menegur dan memberi peringatan jika ada hal yang kurang berkenan

3. Mengadakan pendekatan secara kekeluargaan

Tangerang, 29 November 2007 Interviewee Interviewer

( Gino, S.lp) ( Ahmad )


(3)

HASIL WAWANCARA GURU BIDANG STUDI AGAMA ISLAM

Nama Responden : Nasution, S.Ag

Jabatan : Guru Mata Pelajaran PAI Hari / Tanggal : Jum’at, 9 November 2007

Tempat : Ruang Guru

1. Tujuan apa yang Bapak harapkan dengan pengajaran pendidikan agama Islam? Jawab:Harapan kami agar para siswa benar-benar memahami apa itu agama Islam sehingga mereka dapat mengerti mengapa ada perintah, larangan, ada kewajiban, ada hak, ada hukum wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Juga agar mereka memahami mengapa ada balasan kebaikan (pahala) dan balasan atas kejahatan (siksa). Dengan demikian harapan terakhir kami adalah agar para siswa dapat melaksanakan ajaran-ajaran Islam atas dasar pemahaman, kesadaran, dan keyakinan sehingga muncul rasa ikhlas dalam beribadah kepada Allah SWT.

2. Berapa jam pelajaran pendidikan agama Islam dalam seminggu ? Jawab:Ada tiga jam pelajaran dalam seminggu

3. Bagaimana peran pelajaran pendidikan agama Islam ?

Jawab: Perannya adalah sebagai pemberi penjelasan tentang status manusia di muka bumi ini sehingga diharapkan hendaknya para siswa memahami betul apa tugas, hak, dan kewajiban mereka, baik sebagai hamba Allah maupun sebagai makhluk sosial.

4. Menurut pengawasan Bapak apakah anak-anak suka terhadap pelajaran pendidikan agama Islam ?


(4)

Jawab:Menurut kami, sepanjang kami mengajar mereka cukup antusias, dan respon mereka cukup tinggi.

5. Metode apa saja yang digunakan dalam mengajarkan pendidikan agama Islam Jawab: Metode yang kami gunakan antara lain: Metode ceramah, diskusi, penugasan, demonstrasi, praktek langsung, dan metode kedekatan emosi, yaitu dengan cara mengadakan pendekatan kepada para siswa sehingga mereka memiliki kesan bahwa pelajaran agama bukanlah pelajaran yang membatasi dan mengekang kehidupan para siswa.

6. Bagaimana perilaku dan tindakan Bapak ketika menghadapi siswa yang ribut saat Bapak memberi pelajaran ?

Jawab:Memberikan peringatan atau teguran dengan cara yang arif, bijaksana, dan sabar, tidak dengan emosi.

7. Bagaiman perilaku siswa di SMPN 11 Tangerang ini sebelum dan sesudah mendapat pelajaran pendidikan agama Islam ?

Jawab:Pada hakikatnya perilaku para siswa SMP Negeri 11 Tangerang baik semua atau boleh dikatakan mereka memiliki akhlakul karimah. Sebagai contoh setiap mereka berjumpa dengan seorang guru, baik yang mengajar di kelas mereka maupun tidak, mereka selalu mengucapkan salam dan mencium tangan guru tersebut, selanjutnya mereka menanyakan kabar dan keadaan guru itu.

8. Kendala atau kesulitan apa saja yang di hadapi Bapak dalam membina (membentuk) perilaku siswa ?

Jawab: Kendala atau kesulitan yang paling berat dalam membina perilaku siswa adalah menghadapi pengaruh lingkungan luar sekolah. Sering terjadi perilaku-perilaku baik yang sudah ditanamkan di sekolah kembali memudar atau mengalami degradasi setelah mereka kembali ke lingkungan mereka masing-masing. Terlebih lagi apabila lingkungan keluarga mereka juga tidak mendukung, sebagai contoh; kami selalu mengontrol kegiatan shalat lima waktu dan tadarus para siswa. Ada siswa yang tidak melaksanakan shalat Isya atau subuh, orang tua mereka tidak menegur, begitu juga tentang tadarus.


(5)

Tangerang, 9 November 2007 Guru Bidang Studi Pendidikan Agama Islam

( Nasution, S.Ag ) NIP. 150 331 318

Tentang Penulis

Nama Penulis Ahmad dengan asli orang Betawi, lahir di Tangerang pada tanggal 02 Februari 1984, yang beralamat di Kp. Peninggilan Rt. 02/ 06 Kelurahan Larangan Selatan, Kecamatan Larangan Ciledug dengan Propinsi Banten dengan Dua bersaudara anak dari H. Maknun dan Ibu

Hj. Nasuroh. Pada tahun 1991/1992 penulis masuk ke Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 di desa Larangan Selatan, kemudian tamat pada tahun 1996/1997, setelah tamat dari SDN 02 penulis ragu untuk masuk sekolah Umum atau Islam, kemudian orang tua penulis dengan keinginan yang kuat memerintahkan untuk masuk sekolah Islam dan setelah itu penulis mengikuti apa kemauan dari kedua orang tua dan akhirnya melanjutkan ke Sekolah Islam yaitu Madrasah Tsanawiyah Al-Munawwaroh Kp. Gaga Larangan pada tahun ajaran baru yaitu tahun 1997/1998, kegiatan ekstrakurikuler yang penulis lakukan di sekolah ini adalah dengan mengikuti kegiatan kepramukaan dan muhadoroh dan kemudian tamat Sekolah tersebut pada tahun 1999/2000. Setelah tamat dari sekolah tersebut kemudian penulis melanjutkan pada jenjang pendidikan berikutnya yaitu masuk ke Sekolah Madrasah Aliyah Suwasta yang bernama Darunnajah yang letaknya di Petukangan Jakarta Selatan Jl. Hos Cokroaminoto dekat balai desa petukangan.

Pada tahun 2000 sampai dengan tahun 2003 penulis belajar pada Madrasah Aliyah tersebut, selama belajar di Aliyah tersebut penulis banyak mengikuti ekstrakurikuler seperti PMR, Pramuka, serta muhadoroh yang diadakan di sekolah tersebut. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah terbut pada tahun 2003.

Kemudian pada tahun 2003 penulis melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi yaitu masuk pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dengan mengambil Jurusan


(6)

Pendidikan Agama Islam, sebelum masuk dari Fakultas ini mendaftar ujian masuk untuk diterima sebagai mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, setelah melakukan seleksi ternyata penulis tidak di diterima sebagai mahasiswa pagi, dan setelah tidak diterima sebagai mahasiswa pagi penulis terus bersemangat mendaftarkan lagi ikut ujian untuk mahasiswa siang/kelas Ekstensi dan di terima sebagai mahasiswa dari Fakultas tersebut penulis menjadi Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampai sekarang. Walaupun tidak diterima masuk sebagai mahasiswa pagi, dengan dorongan tulus dan iklas serta dorongan dari orang tua penulis tetap semangat dalam menuntut ilmu, bagi penulis kelas pagi ataupun siang intinya adalah sama-sama menuntut ilmu.

Kegiatan-kegiatan lain penulis, di samping sebagai Mahasiswa juga pernah aktif di bidang LDK walaupun tidak begitu lama, seminar-seminar yang diadakan pada fakultas tersebut pada semester-semester awal, setelah itu tidak aktif lagi pada pertengahan semester karena banyaknya kesibukan penugasan-penugasan dari Dosen pada mata kuliah yang diambil, sehingga penulis tidak aktif lagi mengikuti organisasi tersebut. sampai sekarang.

Dalam hal ini penulis sangat beterima kasi kepada kedua orang tua kami, serta Kakek dan Nenek kami yang telah memberikan pendidikan kepada penulis sampai jenjang yang lebih tinggi dari SD s/d Perguruan tinggi. Walaupun kedua orang tua kami hanya tamatan SD dan hanya seorang pekerja Buruh yang tidak menentu hasil yang didapat dari bekerjanya, tetapi atas keihlasan dan kasih sayang mereka penulis bisa sampai menjadi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang megah ini.