Atap kandang kebanyakan terbuat dari rumbia atau nipah. Hal ini dipilih karena biayanya lebih murah dan sesuai dengan keadaan perekonomian peternak tersebut, rumbia
atau nipah tersebut juga tidak begitu menyerap panas matahari sehingga kondisi kandang tidak terlalu panas pada siang hari dan tidak telalu dingin pada malam harinya. Dinding
kandang terbuat dari papan dan kayu ataupun dari bambu, dan dengan adanya ventilasi untuk keluar masuknya udara dalam kandang, lantai kandang ternak tersebut juga masih terbuat
dari tanah. Perkandangan sapi potong dibangun berdekatan dengan rumah penduduk atau
peternak agar para peternak dapat lebih mudah mengawasi usaha ternaknya tersebut. Ukuran dari masing – masing kandang disesuaikan dengan jumlah ternak dari setiap peternak. Tidak
ada peternak yang memiliki dua kandang atau lebih yang berarti tidak ada peternak yang melakukan pemisahan kandang berdasarkan umur ternak sapi potong.
Kandang pemeliharaan ternak sapi potong tersebut tidak dipisahkan sesuai dengan umur ternak sapi potong, tetapi seluruh ternak tersebut dipelihara dalam satu kandang.
Alasan peternak melakukan hal ini karena keterbatasan modal dan lahan untuk usaha ternak sapi potong tersebut, dan hal ini dianggap peternak masih sangat wajar, karena peternak
masih dapat merasakan keuntungan dari hasil ternak sapi potongnya, walaupun hanya dipelihara dalam kandang yang seadanya saja.
b. Penyediaan Bibit
Para peternak di daerah penelitian memilih jenis bibit ternak sapi potong lokal. Cara perkawinan yang dilakukan oleh peternak adalah kawin secara alamiah yaitu proses
pemasukan sperma pada alat kelamin betina yang dilakukan oleh pejantan itu sendiri atau secara kontak langsung dengan sapi betina. Perkawinan antara induk dan pejantan terjadi
Universitas Sumatera Utara
dilokasi pemeliharaan maupun di lokasi penggembalaan tanpa diawasi dan ditangani secara khusus, tetapi ada juga peternak yang mencoba untuk menggunakan Inseminasi Buatan IB
dengan biaya sekali suntuknya yaitu sebesar Rp. 50.000. Umumnya jenis bibit ternak sapi potong sebagai pejantan adalah jenis sapi lokal,
seperti sapi rambon atau sapi aceh. Para peternak ada juga yang memperoleh bibit dari daerah lain, peternak membeli bibit atau bakalan sapi lokal yang berumur 2,5 – 3 tahun,
kemudian setelah berumur 4 – 5 tahun keatas sapi potong telah siap untuk dijual dengan bobot berkisar antara 300 – 400 Kg.
c. Pemberian pakan hijauan
Pakan hijau merupakan makanan pokok bagi ternak sapi potong. Ternak sapi potong dapat memperoleh pakan hijauan di lokasi penggembalaan, ternak sapi potong
digiring dan ditunggui oleh penggembala sampai waktunya pulang sore hari atau setelah matahari terbenam. Biasanya ternak sapi potong diangon atau digembalakan pada siang hari
sampai sore hari sekitar pukul 10.00 wib – 18.00 wib, untuk menghindari penyakit kembung pada sapi potong jika memakan rumput yang masih berembun pada pagi hari, sedangkan
pemberian pakan hijauan di kandang pada sore hari ketika ternak sapi potong baru pulang dari lokasi penggembalaan hingga esok paginya yang diberikan secara bertahap. Jenis pakan
hijauan yang diberikan untuk ternak sapi potong tersebut adalah jenis rumput lapangan dan rumput gajahan King Grass. Banyaknya pakan hijauan yang diberikan tergantung pada
populasi ternak sapi potong yang dipelihara, biasanya sampai 2 – 4 goni dengan harga Rp.20.000goni, tetapi kebanyakan peternak masih mengambil pakan rumput tersebut dari
padang rumput tempat sapi di gembalakan yang dibawa pulang ketika sapi telah siap di angon.
Universitas Sumatera Utara
d. Pemberian pakan konsentrat