manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan persaingan, pertikaian dan sejenisnya Basrowi, 2005 : 138.
Dalam hal ini ada pola interaksi sosial, untuk mempertahankan hidup di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan masyarakat normal. Menurut Soerjono
Soekanto, dalam Tri Dayaksini dan Hudaniah 2009 : 119 ada empat pola interaksi sosial, yaitu kerjasama cooperation, persaingan competition,
pertentangan conflict, dan akomodasi accommodation. Dengan demikian interaksi sosial akan menjadi dasar bagi perilaku sosial yang lebih mendalam
dengan berbagai bentuknya.
2.2.2 Bentuk-Bentuk Dasar Interaksi Sosial
Beberapa bentuk interaksi sosial yang terjadi seperti dikemukakan oleh beberapa tokoh dan dirangkum sebagi berikut:
2.2.2.1 Imitasi
Menurut Gabriel Tarde dalam Tri Dayaksini dan Hudaniah 2009 : 120 menyatakan bahwa seluruh kehidupan sosial manusia didasari oleh faktor-
faktor imitasi. Imitasi dapat mendorong individu atau kelompok untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan yang baik. Dalam lapangan pendidikan dan
perkembangan kepribadian individu, imitasi mempunyai peranan yang sangat penting karena dengan mengikuti suatu contoh yang baik akan merangsang
seseorang untuk melakukan perilaku yang baik pula. Dampak negatif dari pola imitasi dalam interaksi sosial adalah apabila
perilaku yang diimitasi adalah perilaku yang salah, baik secara moral maupun
hukum, sehingga diperlukan upaya yang kuat untuk menolaknya. Adapun syarat-syarat terjadi imitasi adalah sebagai berikut:
1. Terdapatnya minat, perhatian yang cukup besar terhadap sesuatu yang ingin diimitasi,
2. Adanya sikap yang menunjang tinggi atau mengagumi hal-hal yang hendak diimitasi,
3. Individu yang melakukan imitasi suatu pandangan atau tingkah laku, biasanya karena hal tersebut mempunyai penghargaan sosial yang tinggi.
2.2.2.2 Sugesti
Sugesti dan imitasi dalam hubunganya dengan interaksi sosial mempunyai arti yang sama. Keduanya merupakan suatu proses saling pengaruh
antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya. Perbedaannya, imitasi merupakan suatu proses peniruan terhadap sesuatu yang berasal dari
luar dirinya, sedangkan sugesti merupakan suatu proses pemberian pandangan atau sikap diri seseorang kepada orang lain di luar dirinya Gerungan, dalam
Tri Dayaksini dan Hudaniah 2009 : 121. Artinya sugesti dapat dilakukan dan diterima oleh individu lain tanpa adanya kritik terlebih dahulu. Hal ini
didukung oleh Soerjono Soekanto, dalam Tri Dayaksini dan Hudaniah 2009 : 121, yang menyatakan bahwa proses sugesti dapat terjadi apabila individu
yang memberikan pandangan tersebut adalah orang yang berwibawa atau karena sifatnya yang otoriter.
2.2.2.3 Identifikasi