4
integrasi tersebut, penelusuran pada OPAC dan USU-IR dapat ditampilkan dalam satu antarmuka interface yang telah saling terintegrasi dan dikelola oleh suatu
kerangka metadata yang efektif dan cocok untuk penggunaan dalam jangka panjang.
Namun kendala yang sering terjadi adalah format metadata pada interface penelusuran yang tidak seragam sehingga dapat menyulitkan penelusur untuk
mengakses informasi pada database tersebut. Diperlukan adanya keseragaman antara OPAC dan USU-IR yang memungkinkan pengguna untuk mengakses
informasi secara cepat walaupun berbeda format metadata sehingga perlu ditinjau kembali bagaimana sistem database terintegrasi agar tidak ada lagi database yang
terpisah dan penelusuran informasi yang relevan juga tidak memakan waktu yang lama.
Untuk itu penulis akan mendesain struktur metadata dan struktur interface baru yang digunakan untuk integrasi OPAC dan USU-IR sehingga akan
memudahkan pengguna perpustakaan dalam melakukan penelusuran informasi dengan hanya pada satu interface OPAC dapat menjaring publikasi elektronik
yang terdapat pada USU-IR. Jika hal ini diterapkan, maka secara berkelanjutan akan mengakibatkan peningkatan efisiensi dan efektifitas pengguna dalam hal
kemudahan akses serta kepuasan dalam melakukan penelusuranpemanfaatan informasi yang merupakan salah satu tujuan dari keberhasilan layanan
Perpustakaan USU. Berdasarkan hal tersebut, untuk mengetahui penelitian lebih dalam, maka
penulis mengangkat judul “Perancangan Integrasi Metadata Online Public Access Catalog
Perpustakaan dengan Repository Universitas Sumatera Utara”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebutuhan perancangan integrasi metadata Online Public
Access Catalog OPAC perpustakaan dengan Repository USU USU-
IR?
Universitas Sumatera Utara
5
2. Bagaimana desain struktur metadata baru OPAC dan USU-IR setelah
diintegrasikan?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini adalah: 1.
Untuk menganalisis kebutuhan perancangan integrasi metadata Online Public Access Catalog
OPAC perpustakaan dengan Repository USU USU-IR.
2. Untuk membuat desain struktur metadata baru OPAC dan USU-IR hasil
integrasi.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1.
Perpustakaan USU, dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil kebijakan dalam integrasi OPAC dan USU-IR serta rancangan struktur
metadata hasil integrasi tersebut. 2.
Penulis, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis tentang metadata dan perancangannya.
3. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan rujukan untuk melakukan penelitian
yang berkaitan dengan metadata perpustakaan. 4.
Menambah khasanah literatur bidang Ilmu Perpustakaan dan Informasi, khususnya kajian tentang metadata bibliografis perpustakaan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dikhususkan pada struktur metadata dan desain antar muka interface yang digunakan untuk integrasi. Dengan objek yang diteliti adalah
struktur data serta kerangka metadata OPAC dan Repository Perpustakaan USU. Integrasi yang diteliti terbatas pada analisis dan desain struktur metadata untuk
koleksi skripsi yang terdapat pada OPAC dan USU-IR.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1. Database
Basis data atau database merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu sama lain, tersimpan di perangkat keras komputer secara
terstruktur sehingga memberikan kemudahan dalam akses kembali. Database dapat dikatakan sebagai salah satu komponen yang penting dalam sistem
informasi karena merupakan basis data dalam menyediakan informasi bagi para pengguna.
Rainer dan Turban 2009, 412 mendefinisikan “Database adalah sekelompok file yang berhubungan secara logika yang menyimpan data dan saling
berkaitan”. Sedangkan William dan Sawyer 2011, 164 menjelaskan “Database merupakan koleksi data yang disimpan secara elektronik dalam sistem komputer”.
Apabila melihat dari kedua definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa database
merupakan sekelompok file yang berhubungan secara logika dan disimpan secara elektronik dan terkomputerisasi sehingga dapat diakses dengan
mudah dan cepat. Prinsip utama database adalah sebagai pengaturan data dengan tujuan
utama fleksibilitas dan kecepatan pada saat pengambilan data kembali. Aurino 2007 menjabarkan lebih detail lagi mengenai gambaran sebuah database yaitu
Sekumpulan mengenai data yang saling berhubungan. Hubungan antar data dapat ditunjukan dengan adanya fieldkolom kunci dari tiap filetabel
yang ada. Dalam satu file atau tabel terdapat record yang sejenis, sama besar, sama bentuk, yang merupakan satu kumpulan entitas yang
seragam. Satu record umumnya digambarkan sebagai baris data terdiri dari field yang saling berhubungan menunjukan bahwa field tersebut
dalam satu pengertian yang lengkap dan disimpan dalam satu record.
Telah dijelaskan oleh Aurino lebih detail bagaimana bentuk fisik dari sebuah database yang terdiri dari satu baris data record yang sejenis, sama besar
dan sama bentuk yang terdapat dalam satu tabel file yang saling berhubungan. Tabel tersebut memiliki kolom kunci field sebagai hubungan keterkaitan antara
Universitas Sumatera Utara
7
kolom yang satu dengan kolom yang lainnya dan memiliki satu pengertian lengkap yang disimpan dalam satu record.
Berikut merupakan gambaran mengenai lingkup sistem database secara sederhana menurut Elmasri dan Navathe.
Gambar 2.1 Lingkup Sistem Database Secara Sederhana Sumber: Elmasri dan Navathe 2011, 1
Gambar di atas memperlihatkan bahwa sebuah database tidak hanya disimpan begitu saja, tetapi diolah dan dikelola oleh sebuah sistem database yang
disebut Database Management System DBMS. Database ini menggunakan perangkat lunak software tertentu untuk memanipulasinya yang merupakan
bagian dari program aplikasi komputer computer application programs. Jadi meski data yang diolah sangat besar, namun dapat tetap tersusun dan terstruktur
untuk meningkatkan kecepatan dalam akses data. Dan dapat diketahui bahwa
Application ProgramsQueries
Stored Database Definition
Meta-Data Stored Database
UsersProgrammers
Database System
Software to Process QueriesPrograms
Software to Access Stored Data
DBMS Software
Universitas Sumatera Utara
8
metadata-lah yang mengontrol dan menjadikan data terstruktur serta terkendali untuk kepentingan database tersebut.
2.1.1. Tujuan Penggunaan Database
Dalam penerapan suatu sistem pasti mempunyai suatu tujuan tertentu. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, database diorganisasikan sedemikian
rupa untuk menemukan kemudahan dalam mengakses data yang dibutuhkan. Menurut Wardhani 2007 tujuan dari penggunaan database adalah
sebagai berikut: 1.
Kecepatan dan kemudahan speed; dimaksudkan agar user dapat menyimpan, memanipulasi, dan menampilkan kembali data lebih
cepat dan mudah daripada cara biasa. 2.
Efisiensi ruang penyimpanan space; dapat mengurangi redundancy, misalnya dengan pengkodean dan membuat relasi.
3. Keakuratan accuracy; dimaksudkan agar data sesuai dengan aturan
dan batasan tertentu. 4.
Ketersediaan availability; yaitu agar data dapat diakses oleh setiap user
yang membutuhkan. 5.
Kelengkapan completeness; yaitu dengan menambahkan field pada tabel.
6. Keamanan security; yaitu pembedaan hak akses untuk setiap user
terhadap data yang dapat dibaca atau proses yang dapat dilakukan yang bertujuan agar data yang rahasia tidak jatuh ke tangan user yang
tidak berhak, misalnya dengan pengkodean atau membuat akun username dan password.
7. Kebersamaan shareability; yaitu mendukung lingkungan multiuser,
menghindari inkonsistensi data dan deadlock. Dari tujuan yang telah dijabarkan di atas, dapat diketahui bahwa database
memiliki kecepatan, kemudahan, keakuratan dan efisiensi dalam menyimpan data sesuai dengan kebutuhan user; serta memiliki keamanan dan ketersediaan dalam
hal akses dan penyimpanan. Keuntungan yang diperoleh dari penerapan sebuah database untuk
memenuhi tujuan dari suatu sistem seperti dikemukakan oleh Subekti 2004, 7 sebagai berikut:
1. Kontrol terpusat data operasional,
2. Redundansi data dapat dikurangi dan dikontrol,
3. Ketidak konsistenan data dapat dihindarkan,
4. Data dapat dipakai bersama sharing,
Universitas Sumatera Utara
9
5. Penerapan standardisasi,
6. Penerapan pembatasan keamanan data security,
7. Integritas data dapat dipelihara,
8. Kebutuhan yang berbeda dapat diselaraskan, dan
9. Independensi dataprogram.
Dari penerapan database ini diharapkan mampu menghindari atau meminimalisir ketidak konsistenan data, sehingga data dapat terkontrol secara
terpusat dan integritas data juga dapat dipelihara. Kebutuhan pengguna yang berbeda juga dapat diselaraskan, serta keamanan dalam pembatasan pengggunaan
data dapat diterapkan Karyatin 2012, 11. Mengarah kepada integritas yang tertera pada salah satu keuntungan
penerapan database yang dikemukakan oleh Subekti pada penjelasan di atas, dalam penelitian ini penulis memfokuskan untuk membahas masalah integrasi
berdasarkan rancangan struktur metadata pada database bibliografis Perpustakaan USU, yaitu OPAC dan IR.
2.1.2. Struktur pada Database
Sebelum menjabarkan mengenai konten atau komponen metadata dari database
yang diperlukan untuk memulai tahapan integrasi, ada baiknya terlebih dahulu mengetahui akan tingkatan data dalam sebuah struktur database seperti
yang dijelaskan oleh Widiarti sebagai berikut:
Gambar 2.2 HierarkiTingkatan Data dalam Sebuah Struktur Database Sumber: Widiarti 2008, 39
Database File
Record Field
Value
Universitas Sumatera Utara
10
Lebih lanjut, Widiarti 2008, 39 mengemukakan penjelasan mengenai lima tingkatan data dalam sebuah struktur database yang telah diketahui pada
gambar di atas, yaitu: 1. Database
: merupakan kumpulan dari tabel file yang saling berhubungan, database menduduki urutan tertinggi
karena di dalamnya semua data disimpan. 2. File
: sering disebut entitas. File terdiri atas record yang menggambarkan kesatuan data yang sejenis.
3. Record : merupakan kumpulan kolom field yang membentuk
suatu record. Satu record menggambarkan informasi tentang individu tertentu.
4. Field : merupakan atribut dari record yang menunjukan suatu
valueitem data. 5. Value
: jenjang terkecil yang merupakan isi dari field yang berupa karakter, huruf, dan angka.
Dapat dilihat bahwa jenjang dari tingkatan sebuah data pada database, dimulai tingkatan yang paling terkecil adalah value yang berupa karakter,
kemudian menyusul fieldkolom yang berisi dari kumpulan value, kemudian record
yang merupakan kumpulan dari field, serta file yang menggambarkan kesatuan data yang sejenis yang terangkum dalam hierarki struktur database.
Value yang merupakan tingkatan paling terkecil dalam hierarki struktur
database memuat informasi berupa struktur metadata yang digunakan sebagai
formatstandar untuk pengumpulan data. Penyeragaman metadata pada database penting untuk dilakukan agar integrasi dapat berjalan. Pada pembahasan
selanjutnya akan dijelaskan mengenai metadata dan integrasi database.
2.1.3. Relational Database Management System RDMS
“Dalam basis data database, terdapat tiga istilah penting yang berkaitan erat satu sama lain yaitu entitas, atribut, dan relationship
” Connolly 2010, 65; dalam Muliady dkk 2013, 8. Lebih lanjut, Connolly menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan entitas, atribut, dan relationship adalah Entitas merupakan sebuah objek berbeda bisa seseorang, tempat,
sesuatu, konsep, ataupun kejadian dalam suatu organisasi yang harus direpresentasikan ke dalam bentuk database. Sementara atribut adalah
sebuah sifat-sifat property dari sebuah entitas atau tipe relationship yang mendeskripsikan beberapa aspek dari objek yang ingin di record.
Universitas Sumatera Utara
11
Dan relationship adalah asosiasi atau kumpulan keterhubungan yang mempunyai arti meaningful association antar tipe entitas Conolly
2010, 65.
Konstruksi utama untuk merepresentasikan data dalam model relational database
adalah relasi. Relasi terdiri dari contoh relasi yang berupa tabel, dan skema relasi yang berupa deskripsi kepala kolom primary key dari tabel.
Dalam mendesain sebuah relasi relational database perlu dilakukan identifikasi hubungan tiap-tiap entitas. Adapun solusi untuk menganalisa dan
mengidentifikasi hubungan pada entitas database tersebut adalah dengan menggunakan Relational Database Management Systems RDMS. RDMS dapat
mengelola relasi-relasi yang merupakan sekumpulan entitas yang saling berkaitan pada suatu basis data, dan relasi ini juga akan menggambarkan atau menjelaskan
hubungan antara satu entitas dengan entitas lain. Adapun yang dimaksud dengan relational database pada RDMS seperti
yang diungkapkan oleh Jae Jin Koh 2007 dalam International Forum on Strategic Technology IEEE
bahwa “Relational database is a group of tables, also
called relations in the database community ”.
Sejalan dengan definisi di atas, Suri dan Sharma 2011, 116 dalam International Journal of Database Management
Systems juga menambahkan bahwa “A relational database is a database that comforms to the relational model
and could also be defined as a set of relations or a database built in an RDMS ”.
Dari dua pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa relational database merupakan database yang berisi dua atau lebih tabel yang saling berhubungan dan
memungkinkan untuk menjelaskan hubungan antara semua data struktur. Adapun tujuan utama dari desain relational database pada RDMS
menurut Connolly 2010, 418 adalah untuk “mengelompokkan atribut-atribut ke
dalam relasi-relasi sehingga meminimalisasi redundansi data atau mengurangi penggunaan tempat penyimpanan yang dibutuhkan oleh sebuah relasi dasar
”. Menurut Simarmata dan Paryudi 2006, 59
“Relasi entitas entity relational
didasarkan pada persepsi terhadap dunia nyata yang tersusun atas kumpulan objek-objek dasar yang disebut entitas dan hubungan a
ntar objek”.
Universitas Sumatera Utara
12
Setiap relasi entitas pasti memiliki suatu batasan. Batasan utama pada relational entity
disebut multiplicity, yaitu jumlah range dari kejadian yang mungkin terjadi pada suatu entitas yang terhubung ke satu kejadian
dari entitas lain yang berhubungan melalui suatu relationship. Relationship
yang paling umum dikenal adalah binary relationship Connolly 2010, 382.
Adapun macam-macam binary relationship yang dipaparkan Connolly 2010, 382-389 adalah sebagai berikut:
1. One to one relationship
Jika sebuah entitas A berhubungan paling banyak dengan satu entitas B dan sebuah entitas B berhubungan paling banyak dengan satu
entitas A.
Gambar 2.3 Simbol Relasi One to One 2.
One to many dan many to one relationship Jika sebuah entitas A berhubungan dengan lebih dari satu entitas B
dan sebuah entitas B berhubungan dengan paling banyak satu entitas A, atau sebaliknya.
Gambar 2.4 Simbol Relasi One to Many dan Many to One 3.
Many to many relationship Jika sebuah entitas A berhubungan dengan lebih dari satu entitas B
dan sebuah entitas B berhubungan dengan lebih dari satu entitas A.
Gambar 2.5 Simbol Relasi Many to Many
2.2. Metadata
Metadata merupakan istilah baru dan bukan merupakan konsep baru di dunia pengelola informasi. “Istilah metadata awalnya digunakan dalam sistem
Universitas Sumatera Utara
13
manajemen pangkalan data” Haynes 2004. Dalam pengertiannya, metadata sering disebut data tentang data atau informasi tentang suatu informasi.
Perpustakaan sudah lama menciptakan metadata dalam bentuk pengatalogan koleksi yang bertujuan untuk memudahkan pendeskripsian sumber
informasi dari objek data. Metadata merupakan pilar atau dasar dalam membangun database pada perpustakaan digital, dimana metadata bukan hanya
sekedar data melainkan data yang berisikan data ataupun informasi data dan data informasi. Informasi kecil yang cukup representatif dalam suatu metadata akan
memberikan kemudahan dalam pencarian informasi yang dibutuhkan. Menurut National Information Standards Organization NISO 2004, 1
“Metadata is key to ensuring that resources will survive and continue to be accessible into the future
”. Metadata adalah kunci untuk memastikan bahwa sumberdaya akan bertahan dan dapat terus diakses di masa depan.
Dalam hal ini, metadata memberikan kesempatan bagi pustakawan untuk membuat suatu kerangka metadata yang efektif dan cocok untuk penggunaan
jangka panjang sehingga memungkinkan untuk kemudahan penelusuran access dalam melayankan berbagai jenis sumber informasi kepada pengguna
perpustakaan. Munculnya perpustakaan digital dan perkembangan informasi di Intenet
dan WWW World Wide Web semakin memperbesar rasa urgensi untuk membuat standar atau skema metadata metadata scheme yang tidak saja
cocok untuk description dan discovery sumber-sumber digital digital resources
tetapi juga untuk keperluan lain seperti pengelolaan, pelestarian, dan penilaian Aditirto 2006, 2.
Menurut Caplan 2003, 3 dari bagian pengenalan tentang metadata memberikan definisi bahwa “Metadata is here used to mean structured
information about an information resources of any media type of format ”.
Senada dengan pernyataan di atas, National Information Standards Organization NISO 2004, 1 melengkapi bahwa “Metadata is structured
information that describes, explains, locates, or otherwise makes it easier to retrieve, use, or manage an information resource
”.
Universitas Sumatera Utara
14
Dari kedua definisi yang dipaparkan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa metadata adalah bentuk pengidentifikasian, penjelasan suatu data, atau
diartikan sebagai struktur dari sebuah data yang fungsinya untuk mengelola sumberdaya elektronik serta memudahkan dalam penemuan informasi yang
relevan. Lebih lanjut, NISO mengemukakan tiga jenis metadata yang dikutip oleh
Rachmat, yaitu: 1.
Metadata deskriptif Yaitu metadata yang menjelaskan suatu record data dengan tujuan
untuk identifikasi atau pencarian data. Beberapa elemen yang bisa masuk dalam metadata ini adalah judul title, penulis author,
abstraksi abstract, dan kata kunci keywords.
2. Metadata struktural
Yaitu metadata yang memberikan informasi tambahan terhadap suatu obyek lain. Contohnya: halaman pada buku yang membentuk suatu
bab buku.
3. Metadata administratif
Yaitu metadata yang memberikan informasi tambahan terhadap suatu data dengan tujuan untuk pengelolaan record data. Contohnya: kapan
dan bagaimana data itu diciptakan, tipejenis file, serta informasi mengenai pengguna yang diizinkan untuk mengakses. Jadi, tipe
metadata ini tidak langsung berkaitan dengan informasi datanya, melainkan ke pengelolaan. Ada dua tipe metadata administratif, yaitu
rights management
metadata dan preservation metadata NISO 2004, 1; dalam Rachmat 2014, 2-3.
Telah dijelaskan oleh NISO lebih detail bahwa jenis-jenis metadata terbagi atas deskriptif, struktural, dan administratif. Metadata deskriptif digunakan
untuk identifikasi atau pencarian data, metadata struktural digunakan untuk informasi tambahan berupa metode pendukung untuk pencarian data, dan yang
terakhir metadata administratif digunakan untuk informasi lengkap yang digunakan dalam pengelolaan record data.
2.2.1. Fungsi Penggunaan Metadata
Metadata dibuat agar mempermudah pengguna dalam melakukan pencarian data yang relevan, membantu pengguna dalam mengorganisasikan
informasi data, memudahkan interoperabilitas multi sistem operasi sehingga memungkinkan integrasi atau pertukaran data antar database, sebagai identifikasi
Universitas Sumatera Utara
15
digital mirip dengan digital signature, serta membantu dalam pengarsipan archiving dan pelestarian preservation NISO 2004.
Haynes mengemukakan beberapa fungsi metadata seperti yang dikutip oleh Prasetya sebagai berikut:
1. Sumber informasi resources description
Ini merupakan fungsi yang paling fundamental dari sebuah metadata. Karena sebuah data dapat diidentifikasi sebagai satu kesatuan berbeda
dari data lainnya sehingga dapat ditemukan dengan menggunakan suatu pendekatan unik yang ada dalam metadata tersebut.
2. Temu kembali informasi information retrieval
Metadata digunakan untuk memasukkan suatu istilah pada semacam konteks semantik, memberitahukan mesin pencari atau aplikasi lain
bagaimana memperlakukan suatu unsur metadata sehingga suatu sumber informasi dapat ditemukan dengan istilah tersebut.
3. Pengelolaan informasi management of information
Dengan adanya metadata, dapat ditentukan bagaimana melakukan pengelolaan informasi mengenai penyimpanan dan penemuan
kembali sumberdaya informasi.
4. Manajemen hak cipta, kepemilikan dan otentisitas right management,
ownership and authenticity Mendorong perkembangan metadata dalam dunia penerbitan
khususnya media tercetak dan elektronik, menjadi suatu kebutuhan untuk mengelola hak intelektual tersebut dengan baik. Fungsi ini
merupakan salah satu fungsi yang menjadi fokus utama untuk menghindari plagiarisme dan melindungi hak cipta atas suatu sumber
informasi.
5. Interoperabilitas interoperability
Merupakan kemampuan pertukaran data dalam berbagai sistem menggunakan perangkat lunak dan perangkat keras, serta struktur
data. Dengan menggunakan metadata, sebuah sistem dapat mengidentifikasi informasi terstruktur yang kemudian sumber
informasi tersebut menampilkan informasi sesuai dengan ketentuan tertentu Haynes 2004; dalam Prasetya 2010, 10-12.
Dapat dilihat bahwa fungsi metadata seperti yang dijabarkan oleh Haynes, dapat memenuhi berbagai hal yaitu sebagai sumber informasi, temu
kembali informasi, pengelolaan informasi, manajemen hak cipta, kepemilikan dan otentisitas, serta interoperabilitas yang dibutuhkan dalam pertukaran data.
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.2. Standar Metadata di Perpustakaan
Seperti yang telah diketahui pada pembahasan sebelumnya, metadata memiliki standar yang digunakan untuk pengumpulan data.
Beragam standar metadata yang digunakan akan menjadi masalah pada saat integrasi dilakukan. Pada implementasinya, harus digunakan satu
jenis metadata yang dapat menyatukan seluruh metadata yang akan digunakan sebagai format standar untuk pengumpulan data. Pemetaan
metadata dapat digunakan untuk transformasi elemen yang terdapat pada satu jenis metadata ke jenis metadata lainnya Gunawan 2011, 8.
Standar metadata yang umum digunakan di perpustakaan adalah MARC Machine Readable Cataloging, METS Metadata Encoding and Transmission
Standard , MODS Metadata Object Description Standard, dan Dublin Core.
Sesuai dengan ruang lingkup penelitian, pembahasan standar metadata dalam penelitian ini dibatasi pada Dublin Core dan MARC yang merupakan standar dari
struktur konten OPAC dan IR Perpustakaan USU.
2.2.2.1. Standar Metadata MARC dan IndoMARC
MARC merupakan salah satu hasil dan juga sebagai salah satu standar untuk penulisan katalog koleksi bahan perpustakaan, contohnya pada penerapan
struktur data OPAC. Dalam penerapannya, MARC memiliki standar metadata yang memiliki elemen lengkap dibandingkan standar metadata lainnya.
“Dengan menggunakan metadata MARC, sebuah dokumen dapat direpresentasikan secara
mendetail” Gunawan 2011, 9. Dalam situs Library of Congress LC dinyatakan bahwa standar
metadata katalog perpustakaan ini dikembangkan pertama kali oleh mereka pada pertengahan tahun 1960 dan diprakarsai oleh Henriette Avram yang juga seorang
anggota dari LC. Format LC MARC diketahui sangat besar manfaatnya bagi penyebaran data katalogisasi bahan pustaka ke berbagai perpustakaan di Amerika
Serikat. Keberhasilan ini membuat negara lain turut mengembangkan format MARC bagi kepentingan nasionalnya masing-masing.
MARC pada dasarnya merupakan sekumpulan format data yang memungkinkan pertukaran antar katalog atau bentuk data lainnya terkait
sistem perpustakaan yang menggunakan perangkat elektronik berupa komputer. MARC dikembangkan oleh orang-orang yang memiliki latar
Universitas Sumatera Utara
17
pendidikan dan pekerjaan di bidang perpustakaan, sehingga MARC dianggap mampu mewakili kebutuhan dunia perpustakaan terhadap
sebuah standar metadata. Bahasa yang digunakan MARC terdiri atas angka, huruf, dan karakter sehingga MARC terkadang hanya dimengerti
oleh orang-orang yang berada dalam lingkup dunia perpustakaan Primadesi 2012, 7-11.
Menurut Library of Congress LC 2008, 1 “A MARC record is composed of three elements: the record structure, the content designation, and the data
content of the record ”. Rekod MARC terdiri dari 3 unsur, yaitu: struktur rekod,
penunjukan konten, dan konten data dari rekod. Lebih lanjut, LC 2008, 1 menjelaskan lebih detail ketiga unsur yang
merupakan bagian dari rekod MARC diantaranya: 1.
Struktur rekod Merupakan implementasi dari standar internasional Format for
Information Exchange ISO 2709 dari Amerika, dan Bibliographic
Information Interchange ANSINISO Z39.2.
2. Penunjukan konten
Kode dan konvensi yang ditetapkan secara eksplisit untuk mengidentifikasi dan mencirikan elemen data dalam catatan dan
untuk mendukung manipulasi data yang didefinisikan oleh masing- masing format MARC.
3. Konten data atau isi
Isi dari elemen data yang terbentuk dari rekod MARC biasanya diartikan oleh sebuah standar tertentu. Contohnya adalah
International Standard Bibliographic Description ISBD, Anglo-
American Cataloguing Rules AACR, Library of Congress Subject
Headings LCSH, Tesaurus Subjek, atau peraturan katalogisasi
lainnya. Masing-masing negara mengembangkan format MARC sendiri sesuai
dengan kebutuhan spesifik dari negara tersebut, sebagai contoh: Indonesia mengembangkan IndoMARC, Inggris mengembangkan UKMARC, Rusia
mengembangkan RUSMARC, dan Malaysia mengembangkan MALMARC. Menurut Taylor 2004, format MARC menjadi berbeda penerapannya di
beberapa negara karena beberapa hal diantaranya: 1.
MARC merupakan pengembangan sistem katalogisasi, 2.
Adanya perbedaan subject control dan sistem klasifikasi, 3.
Perbedaan bahasa resmi yang digunakan, 4.
Perbedaan script bahasa,
Universitas Sumatera Utara
18
5. Perbedaan set karakter dan kode, dan
6. Beberapa perbedaan teknik yang pada umumnya disesuaikan dengan
kebutuhan pengembang konsep MARC tersebut. IndoMARC merupakan implementasi dari International Standard
Organization ISO 2709 untuk Indonesia, yang merupakan format untuk tukar- menukar informasi bibliografi melalui format digital atau media terbacakan mesin
machine-readable. Informasi bibliografi biasanya mencakup pengarang, judul, subjek, catatan, data penerbitan dan deskripsi fisik Suharyanto 2012, 2.
IndoMARC menguraikan format cantuman bibliografi yang sangat lengkap terdiri dari 700 elemen dan dapat mendeskripsikan dengan baik objek
fisik sumber pengetahuan, seperti monograf BK; manuskrip AM; dan terbitan berseri SE termasuk buku pamflet, lembar tercetak, atlas, skripsi, tesis dan
disertasi baik diterbitkan ataupun tidak, dan jurnal buku langka LC 2008, 2. Lebih lanjut, LC 2008 mengemukakan metadata MARC yang terdiri
atas beberapa ruas dan elemen dengan dilengkapi kode tengara, sebagai berikut: Tabel 2.1 Unsur Metadata MARC
No Ruas dan Kode
Tengara tag Keterangan
1. Ruas nomor dan kode
015 Nomor bibliografi nasional
020 Nomor untuk ISBN
022 Nomor untuk serial ISSN
040 Sumber pengatalogan
041 Kode bahasa
043 Kode wilayah
2. Notasi klasifikasi danatau nomor panggil
082 Nomor DDC Dewey Decimal Classification
084 Nomor klasifikasi lainnya.
Biasanya diisi dengan nomor panggil buku. 3.
Ruas entri utama 100
Entri utama – nama orang
110 Entri utama
– nama badan korporasi 111
Entri utama – nama pertemuan
130 Entri utama
– judul seragam 4.
Ruas judul dan yang berhubungan dengan judul 240
Judul seragam 245
Pernyataan judul, pernyataan bahan umum, anak
Universitas Sumatera Utara
19
judul, judul paralel, pernyataan tanggung jawab 246
Bentuk variasi juduljudul lain 5.
Ruas edisi, impresium, dan sebagainya 250
Pernyataan edisi 255
Data matematik bahan kartografi 256
Karakteristik berkas komputer 260
Publikasi, distribusi, dan sebagainya tempat, penerbit, dan tahun
6. Ruas deskripsi fisik
300 Deskripsi fisik
306 Waktu putar rekaman suara, film, rekaman radio
310 Frekuensi publikasi mutakhir
362 Tanggal publikasi danatau rancangan urutan
7. Ruas pernyataan seri
440 Pernyataan serientri tambahan judul
490 Pernyataan seri tanpa entri tambahan
8. Ruas catatan
500 Catatan umum
502 Catatan disertasi
504 Catatan bibliografi
505 Catatan isi
520 Catatan ringkasan
521 Catatan kelompok pembaca
538 Catatan rincian sistem
9. Ruas akses subjek
600 Entri tambahan subjek
– nama orang 610
Entri tambahan subjek – nama badan korporasi
611 Entri tambahan subjek
– nama pertemuan 630
Entri tambahan subjek – judul seragam
650 Entri tambahan subjek
– topik 651
Entri tambahan subjek – wilayah
10. Ruas entri tambahan 700
Entri tambahan – nama orang
710 Entri tambahan
– nama badan korporasi 711
Entri tambahan – nama pertemuan
740 Entri tambahan
– judul analitik atau judul lain 11. Ruas entri tambahan seri
800 Entri tambahan seri
– nama orang 810
Entri tambahan seri – nama badan korporasi
811 Entri tambahan seri
– nama pertemuan 830
Entri tambahan seri – judul seragam
14. Ruas kepemilikan, lokasi, dan sebagainya 850
Badan yang memiliki 852
Lokasi dan akses elektronik Sumber: LC 2008
Universitas Sumatera Utara
20
Contoh metadata MARC seperti yang dipaparkan oleh Hagen adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6 Contoh Metadata MARC Sumber: Hagen 2013, 9
2.2.2.2. Standar Metadata Dublin Core
Dublin Core Metadata Element Set DCMES atau yang biasa disebut
sebagai Dublin Core merupakan standar metadata yang sangat terkenal dan dipakai secara luas di berbagai bidang ilmu termasuk salah satunya perpustakaan,
yaitu pada USU- IR. “Standar metadata Dublin Core memiliki elemen yang
sederhana, namun efektif untuk merepresentasikan berbagai sumber daya” Gunawan 2011, 6.
000 01619cam a2200361Ia 4500 001 1229839
005 20080326102849.0 006 m d s
007 cr mn--------- 008 050621s2005 wvu bm s000 0 eng d
035__ |a OCoLCocm60695171 040__ |a WVU |c WVU
043__ |a n-us-wv 099__ |a Electronic |a Thesis |a 2005 |a Burns, S.
1001_ |a Burns, Shirley Stewart. 24510 |a Bringing down the mountains |h [electronic resource] : |b the
impact of mountaintop removal surface coal mining on southern West Virginia communities, 1970-2004 |c Shirley L. Stewart
Burns. 24630 |a Impact of mountaintop removal surface coal mining on southern
West Virginia communities, 1970-2004 260__ |a Morgantown, W. Va. : |b [West Virginia University Libraries], |c
c2005. 500__ |a Title from document title page.
500__ |a Document formatted into pages; contains x, 232 p. : ill. some col., maps.
500__ |a Includes abstract. 502__ |a Thesis Ph. D.--West Virginia University, 2005.
504__ |a Includes bibliographical references p. 210-225. 530__ |a WVU users: Also available in print for a fee.
538__ |a System requirements: World Wide Web browser and PDF reader. 650_0 |a Mountaintop removal mining |z West Virginia.
650_0 |a Strip mining |z West Virginia. 650_0 |a Coal trade |z West Virginia.
7102_ |a West Virginia University. |t Theses. History. 85640 |u https:etd.wvu.eduetddocument 994__ |a C0 |b WVU
Universitas Sumatera Utara
21
National Information Standards Organization NISO 2004, 3 menyatakan bahwa Dublin Core muncul sejak tahun 1995 tepatnya di kota
Dublin, Ohio. Dengan dukungan dari Online Computer Library Center OCLC dan National Center for Supercomputing Applications NCSA, metadata Dublin
Core dibangun berdasarkan 15 unsur yang bertujuan untuk mendeskripsikan kumpulan elemen yang dibuat oleh suatu mesin pengendali informasi berbasis
web. Lebih lanjut, NISO mengemukakan metadata Dublin Core yang terdiri
atas 15 unsur tersebut, yaitu sebagai berikut: Tabel 2.2 Unsur Metadata Dublin Core
No Elemen
Keterangan
1. Title
Judul dari sumber informasi 2.
Creator Pencipta sumber informasi
3. Subject
Pokok bahasan sumber informasi, biasanya dinyatakan dalam bentuk kata kunci atau nomor klasifikasi
4. Description
Keterangan suatu isi dari sumber informasi, misalnya berupa abstrak, daftar isi atau uraian
5. Publisher
Orang atau badan yang mempublikasikan sumber informasi
6. Contributor
Orang atau badan yang ikut menciptakan sumber informasi
7. Date
Tanggal penciptaan sumber informasi 8.
Type Jenis sumber informasi, novel, laporan, peta dan
sebagainya 9.
Format Bentuk fisik sumber informasi, format, ukuran, durasi,
sumber informasi 10. Identifier
Nomor atau serangkaian angka dan huruf yang mengidentifikasikan sumber informasi. Contoh: URI
atau alamat situs
11. Source Rujukan ke sumber asal atau suatu sumber informasi
12. Language Bahasa yang intelektual yang digunakan sumber
informasi 13. Relation
Hubungan antara satu sumber informasi dengan sumber informasi lainnya
14. Coverage Cakupan isi ditinjau dari segi geografis atau periode
waktu 15. Rights
Pemilik hak cipta sumber informasi Sumber: NISO 2013, 2
Universitas Sumatera Utara
22
Dublin Core merupakan salah satu skema metadata yang digunakan untuk web resource description and discovery
. Lima belas elemen Dublin Core yang telah dijelaskan dalam standar ini adalah bagian dari metadata kosakata dan
spesifikasi teknis yang dikelola oleh Dublin Core Metadata Initiative DCMI. Seperti yang dikemukakan oleh Ajie 2011, 3 metadata Dublin Core
memiliki beberapa kekhususan sebagai berikut: 1.
Memiliki deskripsi yang sangat sederhana, 2.
Semantic atau arti kata yang mudah dikenali secara umum, dan 3.
Bersifat expandable yang memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut.
Contoh metadata Dublin Core seperti yang dipaparkan oleh Greenberg, yaitu:
Gambar 2.7 Contoh Metadata Dublin Core Sumber: Greenberg 2010, 8
2.3. Database Bibliografis Perpustakaan Perguruan Tinggi
2.3.1. Pengertian dan Konsep Katalog Perpustakaan
Katalog perpustakaan lahir dari konsep sistem temu balik informasi yang merupakan salah satu unsur vital dalam kegiatan penelusuran di perpustakaan.
Dalam perkembangannya katalog perpustakaan telah mengalami perubahan dari segi fisik, pemanfaatan, serta kemudahan akses yang dilakukan oleh pengguna
dalam pencarian sumberdaya informasi di perpustakaan. Zahiruddin dan Ahmed 2007, 4 dalam artikelnya mengatakan bahwa
pengembangan Web OPAC sebagai katalog generasi keempat pada pertengahan tahun 1990 memberikan kenyamanan kepada pengguna, karena dilengkapi dengan
dc:titleGodiva Chocolatierdc:title dcterms:alternativeGodiva storedcterms:alternative
dc:creatorNancy Confectiondc:creator dc:creatorConfection, Nancydc:creator
dc:subjectChocolatedc:subject dc:subject xsi:type=dcterms:lcshTruffles
Confectionerydc:subject
dcterms:created xsi:type=“dcterms.W3CDTF 2008--6--28dcterms:created
dc:identifierhttp:www.godiva.comdc:identifier dcterms:abstractProvides access to
collections, gifts, ….dcterms:abstract
Universitas Sumatera Utara
23
kemampuan untuk menelusur katalog secara online melalui desain antar muka interface yang menarik dan mudah digunakan.
Menurut Supriyanto dan Muhsin 2008, 134 “OPAC Online Public Access Catalog
adalah sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi perpustakaan yang dapat diakses oleh
umum”. Tedd seperti yang dikutip oleh Hasugian 2009, 154 menyatakan hal
yang sama namun lebih mendetail bahwa OPAC adalah Sistem katalog terpasang yang dapat diakses secara umum, dan dapat
dipakai pengguna untuk menelusur pangkalan data katalog, untuk memastikan apakah perpustakaan menyimpan karya tertentu, untuk
mendapatkan informasi tentang lokasinya, dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui
apakah bahan pustaka yang sedang dicari sedang tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa OPAC atau disebut juga sebagai katalog perpustakaan library catalog merupakan sebuah database online
berupa cantuman bibliografi yang dibangun oleh suatu perpustakaan yang ditujukan untuk pengguna perpustakaan dalam menelusur pangkalan data
sumberdaya informasi koleksi yang dimiliki perpustakaan. “Kebutuhan pengguna berkomunikasi dengan sistem komputer dalam
rangka memecahkan suatu pertanyaan atau permintaan query, merupakan aspek paling penting pada OPAC” Hasugian 2003, 4.
Menurut Archives Library Information Center ALIC pada website kelembagaan National Archives and Records Administration NARA 2014,
disebutkan bahwa OPAC memungkinkan pencarian dengan kombinasi penulis author, judul title, subjekkata kunci subjectkeyword, tanggal publikasi
publication date, serta format fisik physical format. Penggunaan OPAC di suatu perpustakaan tentunya memiliki suatu tujuan
tertentu bagi pengguna. Menurut Kusmayadi dan Andriaty 2006, 53 beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam pemanfaatan OPAC adalah:
1. Pengguna dapat mengakses secara langsung ke dalam pangkalan data
yang dimiliki perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
24
2. Mengurangi beban biaya dan waktu yang diperlukan dan yang harus
dikeluarkan oleh pengguna dalam mencari informasi. 3.
Mengurangi beban pekerjaan dalam pengelolaan pangkalan data sehingga dapat meningkatkan efisiensi tenaga kerja.
4. Mempercepat pencarian informasi.
5. Dapat melayani kebutuhan informasi masyarakat dalam jangkauan
yang luas. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan utama dari
pemanfaatan OPAC di perpustakaan adalah untuk membantu pengguna dalam kemudahan penelusuran sumber informasi yang tersedia di perpustakaan. Salah
satu tujuan lainnya dari penggunaan OPAC ini yaitu sebagai sarana temu kembali informasi yang biasa digunakan oleh sejumlah perpustakaan agar dapat saling
bertukar data bibliografis.
2.3.2. Pengertian dan Konsep Repositori Institusi Perguruan Tinggi
Repositori Institusi atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Institusional Repository
disingkat IR merupakan sebuah media penyimpanan data-data digital hasil penelitian akademik dalam suatu lingkungan perguruan
tinggi. Keberadaan IR telah menjadi suatu infrastruktur penting bagi perguruan tinggi dengan menyediakan akses penuh dan terbuka untuk hasil-hasil penelitian
civitas akademikanya. Dalam sejarahnya, keberadaan IR tidak terlepas dari fenomena Open
Archives Initiative OAI yang berkembang di tahun 1990-an.
Pada mulanya hasil karya intelektual di lembaga disimpan secara lokal dan hanya melibatkan ilmuwan di satu jurusan saja. Namun, setelah OAI
muncul dan memperkenalkan protokol untuk harvesting, maka mulai ada kesempatan untuk saling bertukar koleksi antar departemenjurusan yang
kemudian meluas hingga ke seluruh institusi. Dari sinilah lahir konsep dan praktik simpanan kelembagaan untuk hasil karya intelektual institusi
Pendit 2008, 139.
“Simpanan kelembagaan untuk hasil karya intelektual institusi saat ini telah dilayankan kepada publik dalam bentuk database berbasis website
” Ware 2004, 3. Hal ini dilakukan karena adanya tuntutan perkembangan zaman yang
mengharuskan perpustakaan untuk mengolah seluruh koleksi dan aset yang dimilikinya dalam hal pemanfaatan serta kemudahan akses yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
25
pengguna user. Kebutuhan akan pemrosesan data yang cepat dan akurat, secara tidak langsung menuntut perpustakaan untuk melakukan pengembangan dalam
bidang teknologi guna mendukung proses operasional di dalam perpustakaan. Dalam pandangan inilah, akhirnya repositori digital muncul dan mulai
berkembang sejak tahun 2003 pada saat Massachusetts Institute of Technology MIT dan Hewlett Packard Corporation bekerjasama
mengembangkan DSpace yang menjadi program aplikasi dalam pembangunan dan pengelolaan IR Lynch 2003, 1.
Dikutip dalam jurnal Association of Research Library ARL, Lynch 2003, 2 mengemukakan bahwa IR diartikan sebagai “a set of services that a
university offers to the members of its community for the management and dissemination of digital materials created by the institution and its community
members ”.
Dari definisi di atas, dapat dikatakan bahwa IR merupakan serangkaian pelayanan yang disediakan oleh perguruan tinggi kepada pengguna atau civitas
akademika sebagai media pengelolaan dan penyebaran bahan digital yang dihasilkan oleh lembaga maupun civitas akademika itu sendiri.
Hal selaras juga dikemukakan Suprayitno yang dikutip dalam Hasan 2012, 3 disebutkan b
ahwa “Repositori Institusional merupakan sebuah konsep untuk mengumpulkan, mengelola, menyebarkan dan melestarikan karya-karya
ilmiah civitas perguruan tinggi yang hasil karya tersebut dikelola dalam bentuk digital untuk dimanfaatkan kembali dalam menunjan
g kegiatan akademik”. Pada umumnya kegiatan hasil penelitian dinilai akan terus mengalami
perkembangan dan meningkat setiap tahunnya, sehingga mengharuskan perpustakaan untuk beralih menggunakan alternatif lain dalam mengolah dan
menyajikan koleksi karya ilmiah tercetak ke dalam bentukmedia digital yang bertujuan untuk pelestarian jangka panjang sehingga tidak terbatas ruang dan
waktu dalam hal kemudahan akses dan lokasi penyimpanan. Dalam segi bentuk dan pemanfaatannya, Ware 2004, 3 mendefinisikan
IR sebagai berikut Sebuah database berbasis web repository yang menyajikan sekumpulan
bahan ilmiah institusi; bersifat kumulatif dan terus-menerus berkembang yang terdiri dari sekumpulan rekod; akses terbuka dan interoperabilitas;
Universitas Sumatera Utara
26
sehingga dapat mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarkan luaskan yang merupakan bagian dari proses komunikasi ilmiah.
Lain halnya dengan Bailey 2005, yang berfokus pada keragaman bahan digital IR yang mencakup
A variety of materials produced by scholars from many units, such as e- prints, technical reports, theses and dissertations, data sets, and teaching
materials. Some institutional repositories are also being used as electronic presses, publishing e-books and e-journals
. Dari berbagai definisi mengenai IR yang telah dikembangkan
berdasarkan konsep dan maknanya seperti yang terangkum dalam beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa IR merupakan media
penyimpanan data-data digital akademik hasil penelitian seperti disertasi, tesis, skripsi, kertas karya, dan karya ilmiah lainnya yang dihasilkan oleh suatu civitas
akademika mahasiswa, dosen, peneliti dalam sebuah lingkungan perguruan tinggi yang kemudian disebarkan serta dipelihara dalam sistem elektronik
database berbasis website. Adanya IR dalam lingkungan perguruan tinggi memudahkan pengguna
terutama civitas akademika dalam menelusur informasi ilmiah agar dapat dengan mudah ditemukan information retrieval sekaligus juga sebagai sarana promosi
untuk perguruan tinggi dalam hal penyampaian hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh civitas akademika perguruan tinggi tersebut.
2.4. Integrasi Online Public Access Catalog Perpustakaan dengan
Institusional Repository
Dalam perkembangannya sebagai media penyedia informasi, sebuah perpustakaan dituntut untuk lebih dinamis, mudah, cepat, dan akurat dalam segala
hal terutama dari segi pelayanan maupun fasilitas penelusuran sumber informasi yang disajikan kepada penggunanya. Dikatakan demikian agar keberadaan
perpustakaan dapat dipertahankan ditengah banyaknya persaingan global penyedia informasi yang semakin canggih dan tentu saja hal ini menjadi kompetitor bagi
perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
27
Telah diketahui bahwa OPAC dan IR sama-sama memegang peranan penting dalam sistem temu kembali information retrieval system yang menjadi
unsur penting dalam kegiatan penelusuran informasi di perpustakaan. Dewasa ini terlihat bahwa pengguna memiliki keterbatasan waktu dalam melakukan
pencarian dan penelusuran informasi yang tersebar di situs web Perpustakaan OPAC dan IR dalam bentuk publikasi elektronik digital publishing maupun
sumber informasi bibliografis bahan tercetak printed materials. Hal ini terjadi karena para pengguna harus melakukan penelusuran dengan database yang
berbeda untuk mengakses sumber informasi yang dibutuhkan, sehingga akan dapat menyulitkan beberapa pengguna yang memiliki keterbatasan waktu dalam
menelusur dan memanfaatkan informasi. Jika ditinjau lebih jauh lagi, hal ini secara perlahan akan mengakibatkan penurunan efisiensi serta kinerja dari layanan
organisasi perpustakaan. Mannino 2007 menyebutkan bahwa database itu bersifat interrelated
yang artinya saling berhubungan, data yang awalnya disimpan sebagai unit terpisah dapat dikoneksikan satu sama lain sesuai dengan hubungan relationship
yang dibangun. Pernyataan ini didukung oleh Fathansyah 2007 yang menyatakan bahwa sistem database dapat mengintegrasikan sekumpulan data
yang saling berhubungan satu dengan lainnya dan membuatnya ke dalam beberapa aplikasi yang diterapkan dalam suatu organisasi.
Layanan OPAC dan IR di perpustakaan sudah menjadi kebutuhan dalam penelusuran informasi bagi penggunanya, sehingga menuntut perpustakaan untuk
mengolah seluruh koleksi dan aset yang dimilikinya dalam hal pemanfaatan serta kemudahan akses yang dilakukan oleh pengguna user. Kebutuhan akan
pemrosesan data yang cepat dan akurat, secara tidak langsung menuntut perpustakaan untuk melakukan pengembangan dalam bidang teknologi guna
mendukung proses operasional di dalam perpustakaan. Dalam hal inilah integrasi database bibliografis perpustakaan penting
untuk dilakukan karena seringkali pengguna memiliki keterbatasan waktu dalam pencarian informasi yang tersebar di berbagai database perpustakaan dalam
bentuk digital publishing maupun cantuman bibliografi koleksi tercetak.
Universitas Sumatera Utara
28
Diperlukan suatu sistem yang terintegrasi antar database perpustakaan seperti integrasi OPAC dengan IR agar dapat mempermudah pengguna dalam melakukan
penelusuran informasi. Seperti yang diungkapkan oleh Lenzirini 2002 dalam Aisa 2012
bahwa “Integrasi database merupakan suatu proses menggabungkan atau menyatukan data yang berasal dari sumber berbeda agar dapat membantu
pengguna untuk melihat kesatuan data”. Dengan demikian, tujuan integrasi kedua database
bibliografis tersebut diketahui sangat besar manfaatnya pada pelayanan sebuah perpustakaan yang bertujuan untuk efektivitas dan efisiensi pengguna
dalam menelusur sumber informasi atau koleksi yang dimiliki perpustakaan agar tidak lagi berpindah database dalam mencari sumber informasi yang sama.
Adapun manfaat integrasi database adalah untuk efisiensi pengguna, beberapa diantaranya yaitu:
1. Pengguna tidak perlu lagi berpindah antara satu situs ke situs lainnya saat
menelusur informasi. 2.
Pengguna tidak perlu mengetikan query yang sama sebanyak dua kali dalam penelusuran di situsdatabase yang dituju.
3. Pengguna dapat melihat dan memperoleh hasil pencarian sekaligus dalam
satu interface. 4.
Menghemat waktu dalam menelusur informasi terkait sehingga penelusuran informasi yang relevan tidak memakan waktu yang lama.
5. Meningkatkan kepuasan pengguna dalam memanfaatkan layanan
informasi perpustakaan. Tse 2004 menyebutkan bahwa setidaknya terdapat 3 model dalam
integrasi, yaitu: 1.
Integrasi presentasi Merupakan suatu user interface yang menyediakan akses pada suatu
aplikasi. Adapun model integrasi presentasi ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
29
Gambar 2.8 Integrasi Presentasi Keuntungan dari model integrasi presentasi adalah resiko dan biaya
rendah, teknologi yang tersedia relatif stabil, mudah untuk dilakukan, cepat untuk diimplementasikan, dan tidak perlu merubah data sumber.
Sedangkan kelemahan ada pada performan, persepsi, dan tidak adanya interkoneksi antara aplikasi dan data.
2. Integrasi data
Merupakan suatu model integrasi data yang dilakukan langsung pada database
atau struktur data dari aplikasi dengan mengabaikan presentasi dan bisnis logic ketika membuat integrasi. Model integrasi
data dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 2.9 Integrasi Data Keunggulan dari model integrasi data ada pada fleksibilitas yang lebih
baik dari model presentasi dan memungkinkan data dapat digunakan oleh aplikasi lain. Namun jika ada perubahan model data, maka
integrasi tidak dapat berfungsi lagi.
Data Data
Common Presentation
Presentation
Package Aplication
Presentation
Legacy Aplication
User Interface
integras Data
Data User Interface
Logic Logic
Universitas Sumatera Utara
30
3. Integrasi fungsional
Merupakan suatu model yang melakukan integrasi pada level business logic
dengan memanfaatkan distributed processing middleware. Model integrasi fungsional dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.10 Integrasi Fungsional Keunggulan dari integrasi fungsional ada pada kemampuan integrasi
yang kuat diantara model integrasi yang lain. Selain itu, model integrasi fungsional menggunakan true code reuse infrastructure
untuk beberapa aplikasi pada enterprise.
Penelitian ini menggunakan model integrasi presentasi sesuai dengan tema penelitian yaitu membahas tentang perancangan struktur metadata konten
dan user interface untuk integrasi OPAC dan USU-IR. Namun kendala yang sering terjadi adalah format metadata pada interface penelusuran yang tidak
seragam sehingga dapat menyulitkan penelusur untuk mengakses informasi pada database
tersebut. Diperlukan adanya keseragaman antara OPAC dan USU-IR yang memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi secara cepat walaupun
berbeda format metadata sehingga perlu ditinjau kembali bagaimana sistem terintegrasi agar tidak ada lagi database yang terpisah dan penelusuran informasi
yang relevan juga tidak memakan waktu yang lama.
Middleware Package
Aplication
Data Data
Presentation
Package Aplication
Aplication Logic
Universitas Sumatera Utara
31
2.4.1. Pengalaman Perpustakaan dalam Integrasi OPAC Perpustakaan dengan
Repository
Pengalaman perpustakaan atau rangkuman penelitian terdahulu yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya sangat penting untuk dipelajari dan dipahami
sebagai bahan acuan dan referensi bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. “Seorang peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya” Masyhuri dan Zainuddin 2008, 100.
Adapun pengalaman peneliti sebelumnya yang telah melakukan dan menerapkan pengintegrasian kedua database bibliografis perpustakaan perguruan
tinggi katalog koleksi dengan repositorykonten lokal akan dijelaskan melalui tabel di bawah ini.
Tabel 2.3 Informasi Penelitian Terdahulu Tahun Nama Peneliti Judul Penelitian
Hasil Penelitian 2007
Mutsikiwa Admire
sebagai ICT Projects
Manager, University of
Zimbabwe Integrating UZ
ETD with Web OPAC
Dari hasil penelitian, terbukti bahwa ETD dapat terintegrasi dengan web
OPAC dalam satu tampilan antar muka interface. Penelusuran
terintegrasi diterapkan pada situs web OPAC Perpustakaan UZ untuk
mengakses data fulltext publikasi elektronik yang terdapat dalam UZ
ETD. Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa Admire 2007 melakukan
penelitian dengan judul “Integrating UZ ETD with Web OPAC” studi kasus pada Perpustakaan University of Zimbabwe UZ, South Africa. Dalam penelitian yang
disampaikan pada Innopac Users Group South Africa Conference di Pretoria tersebut, Admire memberi gagasan untuk mengintegrasikan ETD Electronic
Theses and Dissertations dengan web OPAC, sehingga web OPAC dapat
mengakses data fulltext dari publikasi elektronik yang terdapat pada ETD.
Universitas Sumatera Utara
32
Dalam laporan tersebut diketahui bahwa ETD untuk publikasi bahan elektronik di Perpustakaan UZ mengalami statistik penelusuran yang cukup
rendah, namun untuk akses katalog koleksi perpustakaan statistiknya cenderung tinggi. Berbeda jauh jika kita lihat pada Perpustakaan USU dengan statistik
penelusuran bahan publikasi elektronik yang cukup tinggi dan untuk statistik penelusuran katalog koleksi perpustakaan cenderung rendah. Namun kedua hal ini
bukan menjadi pertimbangan atau inti dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, mengingat bahwa integrasi itu penting dilakukan agar pengguna
dapat lebih mudah untuk mengakses sumber informasi atau koleksi yang dimiliki perpustakaan secara efektif dan efisien.
Lebih lanjut, Admire memaparkan desain akhir struktur metadata web OPAC yang akan digunakan untuk integrasi kedua database. Admire mengekspor
metadata yang terdapat pada UZ ETD menggunakan software Millennium Server untuk mengubah format metadata Dublin Core sehingga menghasilkan format
rekod MARC untuk diimplementasikan ke dalam struktur web OPAC. Berikut adalah hasil akhir struktur data konten yang terdapat dalam web
OPAC yang telah terintegrasi dengan ETD pada situs web Perpustakaan UZ. Tabel 2.4 Struktur Data Integrasi OPAC dengan UZ-ETD
Sumber: Situs web Perpustakaan UZ Adapun struktur metadata seperti yang dipaparkan pada menu MARC
Display situs web integrasi OPAC UZ adalah sebagai berikut:
LEADER 00000ntm 2200205uu 4500
No Kategori OPAC
Struktur DataKonten Kode Tag Metadata MARC
Kode Tag Keterangan
1. Author
100 Entri utama untuk nama orang
2. Title
245 Area judul
3. Publication Info
260 Keterangan publikasi
4. Connect to Fulltext Article
856 Lokasi file dan akses informasi
5. Call Number
090 Nomor panggil koleksi
6. Thesis
502 Catatan disertasi
7. Bibliography
504 Catatan bibliografi
8. Subject
650 Entri tambahan subjek
– topik 9.
Add Author 700
Entri tambahan – nama orang
Universitas Sumatera Utara
33
090 TD195.W295 MAS
100 1 Masocha, Mhosisi.
245 10 Solid Waste Disposal in Victoria Falls Town: |bSpatial Dynamics, Environmental Impacts, Health Threats and
Socioeconomic Benefits. |cMhosisi Masocha. -2004. 260
Not Published. 502
Thesis MPHIL - - University of Zimbabwe, 2004. 504
Includes bibliographical references. 650 0
Waste disposal. 650 0
Environmental management. 700 1
Tevera, Daniel S Prof. |eSupervisor. 710 2
Geography |bUniversity of Zimbabwe. 856 40 |zFull-Text Article Accessible Only On Campus
|uhttp:ethesis.uz.ac.zwthesesavailableetd-09242004-113058 Berikut adalah tampilan user interface konten struktur web OPAC
setelah diintegrasikan dengan data fulltext UZ ETD yang dapat diakses melalui situs web uzlibsys.uz.ac.zw.
Gambar 2.11 User Interface Konten Web Integrasi OPAC dengan UZ-ETD Sumber: Situs web Perpustakaan UZ
Dengan demikian, hasil penelitian Admire menunjukkan bahwa perencanaan integrasi ETD dengan web OPAC berhasil diimplementasikan.
Universitas Sumatera Utara
34
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, yaitu:
1. Persamaan Penelitian:
a. Sama-sama melakukan penelitian mengenai integrasi database
bibliografis perguruan tinggi, yaitu katalog koleksi dan konten lokal repository.
b. Data primer penelitian sama-sama menggunakan metadata Dublin
Core dan MARC, karena pada dasarnya semua perpustakaan di dunia telah menerapkan standar metadata tersebut untuk
pengidentifikasian sumber
informasi database
bibliografis perpustakaan. Seperti layaknya Perpustakaan UZ, IR pada
Perpustakaan USU juga menggunakan standar metadata Dublin Core dan pada web OPAC-nya menggunakan standar metadata
MARC. 2.
Perbedaan Penelitian: a.
Jika pada penelitian Admire 2007 dilakukan pada database Perpustakaan UZ Afrika Selatan, pada penelitian ini dilakukan pada
database Perpustakaan Universitas Sumatera Utara USU
Indonesia. b.
Jika pada penelitian Admire 2007 Perpustakaan UZ menggunakan ETD untuk penyimpanan konten lokalnya, dalam penelitian ini
Perpustakaan USU menggunakan IR untuk penyimpanan konten lokalnya.
c. Penelitian Admire 2007 dilatarbelakangi oleh laporan atau data
statistik penelusuran yang cukup rendah untuk akses publikasi bahan elektronik pada database ETD, namun untuk akses informasi
bibliografi bahan tercetak pada database katalog koleksi terlihat cukup tinggi, sehingga perpustakaan perlu menggunakan alternatif
lain dalam meningkatkan statistik penelusuran database ETD tersebut salah satunya adalah dengan melakukan integrasi database
ETD dengan web OPAC. Sedangkan dalam penelitian ini, penulis
Universitas Sumatera Utara
35
membangun latar belakang penelitian berdasarkan peningkatan pelayanan kepada pengguna agar lebih efektif dan efisien dalam
melakukan penelusuran dengan kedua database OPAC dan USU- IR sehingga dapat membantu beberapa pengguna yang memiliki
keterbatasan waktu dalam menelusur dan memanfaatkan informasi yang dibutuhkan.
2.4.2. Perbandingan Metadata OPAC Perpustakaan dengan Repository
Dalam penerapannya, OPAC dan IR menggunakan format metadata yang berbeda. IR menggunakan format metadata Dublin Core sedangkan katalog
koleksi OPAC menggunakan format metadata MARC. Berikut akan dijabarkan mengenai perbedaan format metadata pada
struktur database IR dan OPAC. Tabel 2.5 Pemetaan Format Metadata IR dan OPAC
Metadata Format Bibliografis IR Dublin Core
OPAC MARC
dc.title 245a pernyataan judul
dc.title.alternative 246 judul alternatif
dc.title.translated 242 judul terjemahan
dc.creator 100a pengarangentri utama nama orang
dc.subject 650a topik judulentri tambahan subjek
dc.subject 653a subjek kosakata terkendali
dc.description.abstract 520a abstrak
dc.description.note 504 catatan bibliografi
dc.publisher 260a+b tempat publikasi dan nama institusi
dc.contributor 720a nama penanggung jawab
dc.contributor role 720e penunjukan: pemandupengawas
dc.date 008 tanggal penyerahan
dc.type 655 tipe dokumen
dc.identifier 856u lokasi file dan akses informasi
dc.language 008 bahasa
thesis.degree.name 502a catatan disertasi
thesis.degree.level 502a gelar DoctoralMaster
thesis.degree.discipline 710b entri tambahan nama subjek
thesis.degree.granter 502a nama institusi
Sumber: Sarkar dan Mukhopadhyay 2011, 12
Universitas Sumatera Utara
36
Lebih detail lagi, Gunawan menjabarkan mengenai pemetaan metadata MARC dan Dublin Core seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.6 Pemetaan Format Metadata IR dan OPAC
IR Dublin Core
OPAC MARC
Contributor 100, 110, 111, 700, 710, 711, 720
Coverage 651, 662
Creator 751, 752
Date 00807-10 260cg
Description 500-599, except 506, 530, 540, 546
Format 340, 856q
Identifier 020a, 022a, 024a, 856u
Language 00835-37, 041abdefghj, 546
Publisher 260ab
Relation 530, 760-787ot
Rights 506, 540
Source 534t, 786ot
Subject 050, 060, 080, 082, 600, 610, 611, 630, 650, 653
Title 245, 246
Type Leader06, Leader07, 655
Sumber: Gunawan 2011, 7 Pemetaan metadata ini akan digunakan sebagai dasar perancangan
struktur data cantuman data bibliografi spesifik pada OPAC dan IR untuk memasukkan item data. Kerangka struktur data yang telah dijabarkan pada tabel
di atas telah disesuaikan menurut daftar dan nomor kode bidang yang terdapat pada elemen metadata Dublin Core dan kode tengara tag pada metadata MARC.
Universitas Sumatera Utara
37
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan analisis konten. Menurut Sugiyono 2012, 86 “Metode deskriptif
adalah metode yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri atau lebih tanpa membuat perbandingan antara variabel satu dengan
yang lain”. Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan analisis konten.
Dalam penelitian ini penulis memaparkan desain akhir struktur metadata yang digunakan untuk integrasi kedua database bibliografis perpustakaan
perguruan tinggi yang diketahui berbeda jenis namun memiliki fungsi sama sebagai sarana penelusuran dalam sistem temu kembali informasi information
retrieval system . Database yang dimaksud adalah katalog koleksi OPAC dan
repositori USU-IR. Penulis akan melihat dari struktur data konten dan format metadata yang terdapat pada masing-masing database, kemudian mendesain
struktur baru yang merupakan gabungan dari metadata keduanya untuk digunakan dalam integrasi.
3.2. Lokasi Penelitian