2.4 Konsep Kreativitas Guru 2.4.1 Pengertian Kreativitas
Pengertian Kreativitas menurut Clark Moustakis dalam Munandar 2009:18 adalah pengalaman mengekspresikan dan mengaktualisasikan identitas individu
dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain. Rogers dalam Munandar 2009:18 menekankan bahwa
sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme. Kreativitas menurut Munandar 2009:45 adalah ungkapan ekspresi
dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak
lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukan
kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir Munandar, 2009:168. Setiap orang pada dasarnya memiliki potensi kreatif dan kemampuan
mengungkapkan dirinya secara kreatif dalam bidang dan kadar yang berbeda- beda. Dalam pendidikan yang terpenting adalah bahwa bakat kreatif dapat dan
perlu ditingkatkan dan dikembangkan. Beberapa pengertian kreativitas berdasarkan empat P Pribadi, Proses, Produk, Press menurut para pakar adalah
sebagai berikut :
1. Definisi Pribadi Kreativitas adalah ungkapan keunikan individu dalam interaksi dengan
lingkungan. Dari pribadi yang unik inilah diharapkan timbul ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Menurut Hulbeck 1945 dalam Munandar
2009:20 “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an unique and characteristic way”. Tindakan kreatif
muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.
Definisi teori yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “three- facet model of creatifity” oleh Sternberg 1988, yaitu kreativitas merupakan
titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis, yaitu intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian atau motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam
pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang kreatif.
Intelegensi meliputi kemampuan verbal, pemikiran lancar, pengetahuan, perencanaan, perumusan masalah, penyusunan strategi, representasi mental,
keterampilan pengambilan keputusan, dan keseimbangan serta integrasi intelektual secara umum.
Gaya kognitif atau intektual dari pribadi yang kreatif menunjukan kelonggaran dari keterikatan pada konvensi menciptakan aturan sendiri,
melakukan hal-hal dengan caranya sendiri, menyukai masalah yang tidak terlalu terstruktur, senang menulis, merancang, lebih tertarik pada jabatan
yang kreatif, seperti pengarang, saintis, artis atau arsitek.
Dimensi kepribadian atau motivasi meliputi ciri-ciri seperti fleksibilitas, toleransi terhadap ke-dwiartian, dorongan untuk berprestasi dan mendapat
pengakuan, keuletan dalam menghadapi rintangan, dan pengambilan resiko yang moderat.
2. Definisi Proses Definisi proses yang terkenal adalah definisi Torrance 1988 tentang
kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu :
“….the process of 1 sensing difficulties, problems, gaps in information, missing element, something ask; 2 making guesses and formulating
hypotheses about these deficienies; 3 evaluating and testing thes geusses and hypotheses; 4 possibly revising and retesting them; and finally 5
communicating the result”. Definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari
menemukan masalah sampai dengan menemukan hasil. 3. Definisi Produk
Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi dari Barron 1969 yang menyatakan bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan sesuatu yang baru. Begitu pula menurut Haefele 1962 kreativitas adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial. Definisi Haefele ini menunjukan bahwa tidak keseluruhan produk ini harus baru, tetapi
kombinasinya, serta suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.
4. Definisi “Press”
Kategori keempat dari definisi dan pendekatan terhadap kreativitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal dari diri
sendiri berupa keinginan dan hasrat untuk mencipta atau bersibuk diri secara kreatif maupun dorongan secara eksternal dari lingkungan sosial dan
psikologis. Definisi kreativitas sangat beragam, sebab pengertian kreativitas itu
tergantung pada cara kita mendefinisikannya. Tidak ada satupun definisi yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini
disebabkan karena dua alasan, yaitu : 1. Kreativitas merupakan ranah psikologi yang kompleks dan multidimensional,
yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam. 2. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda,
tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi. Supriadi dalam Nawarti 2011:4 menyimpulkan bahwa pada intinya
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya. Jadi, kunci dari kreativitas adalah sesuatu yang baru. Berdasarkan uraian tentang kreativitas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
kreativitas guru adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal-hal yang sudah ada untuk memberikan
sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah.
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Menurut Cece Wijaya dalam Khotimah 2007 kreativitas secara umum kemunculannya dipengaruhi oleh adanya berbagai kemampuan yang dimiliki,
sikap dan minat yang positif dan tinggi terhadap bidang pekerjaan yang ditekuni, serta kecakapan melaksanakan tugas-tugas. Tumbuhnya kreativitas di kalangan
guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya : 1. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan
kecakapan dalam melaksanakan tugas. 2. Kerjasama yang cukup baik antara berbagai personel pendidikan dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. 3. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang
bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 4. Perbedaan status yang tidak terlalu tajam diantara personel sekolah sehingga
memungkinkan terjalinnya hubungan manusiawi yang lebih harmonis. 5. Pemberian kepercayaan kepada para guru untuk meningkatkan diri dan
mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya. 6. Menimpakan kewenangan yang cukup besar kepada para guru dalam
melaksanakan tugas dan memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas.
7. Pemberian kesempatan kepada para guru untuk ambil bagian dalam merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang merupakan bagian dalam
merumuskan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan
di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan peningkatan hasil belajar.
2.4.3 Ciri-ciri Guru Kreatif
Ciri-ciri guru yang kreatif menurut Andi Yudha dalam Nawarti 2011:11 diungkapkan dalam kata “FOR CHILDREN” yaitu Fleksibel, Optimis, Respek,
Cekatan, Humoris, Inspiratif, Lembut, Disiplin, Responsif, Empatik, Ngefriend. Selain ciri-ciri tersebut, sesungguhnya guru kreatif haruslah penuh semangat,
komunikatif, pemaaf, dan sanggup menjadi teladan. 1. Fleksibel
Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan karakter siswa menuntut guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi segala
perbedaan ini agar mampu menumbuhkan segala potensi siswa. 2. Optimis
Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki potensi dan setiap anak adalah pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang
menyenangkan dalam pembelajaran akan mampu memfasilitasi siswa berubah menajadi lebih baik dan akan berdampak pada perkembangan
karakter siswa yang positif. 3. Respek
Seorang guru tidak bisa meminta siswa berlaku hormat, tetapi guru tidak memperlakukan siswa dengan hormat pula. Guru hendaknya senantiasa
menumbuhkan rasa hormat di depan siswa sehingga mampu memacu siswa
lebih mudah memahami materi pembelajaran sekaligus hal-hal lain yang dipelajari.
4. Cekatan Guru yang cekatan adalah guru yang cepat tanggap dalam bertindak serta
dapat menemukan solusi secara cepat jika menemukan suatu masalah. Anak- anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh guru yang aktif dan
dinamis, sehingga bisa muncul saling pemahaman yang kuat akan berdampak positif bagi proses dan hasil pembelajaran.
5. Humoris Humor-humor yang dimunculkan guru disela-sela pembelajaran tentunya
akan menyegarkan suasana belajar yang membosankan. Dengan humor- humor yang segar akan membuat suasana pembelajaran menjadi lebih
menyenangkan. 6. Inspiratif
Fasilitasilah setiap siswa agar mampu menemukan hal-hal baru yang bermanfaat. Jadikanlah setiap siswa menajadi pribadi yang bermakna dengan
menemukan sesuatu yang positif untuk perkembangan kepribadiannya. 7. Lembut
Kelembutan akan menumbuhkan cinta, dan cinta akan merekatkan hubungan guru dengan para siswanya. Jika siswa merasakan kelembutan setiap kali
berinteraksi dengan guru maka hal ini akan membuat pembelajaran menjadi lebih efektif.
8. Disiplin Ketika seorang guru membuat kebijakan kedisiplinan, maka ingatlah tujuan
awal yang diharapkan terhadap perubahan sikap siswa kearah yang lebih positif. Disiplin tidak harus selalu identik dengan hukuman. Metode hukuman
mungkin dapat mengubah perilaku siswa sementara waktu, tetapi tidak mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas perbutan mereka.
9. Responsif Guru hendaknya cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan yang terjadi,
baik pada anak didik, sosial budaya, ilmu pengetahuan maupun teknologi. Misalnya ketika muncul demam facebook, maka guru harus kreatif
memanfaatkannya untuk mendukung pembelajaran. 10. Empatik
Guru yang empatik bisa memahami bahwa siswa yang beragam memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang berbeda. Dengan empati guru harus
mampu membantu siswa yang mungkin kurang cepat dalam menerima pembelajaran.
11. Nge-friend dengan siswa Kedekatan menguatkan ikatan. Siswa jangan hanya dijadikan sebagai teman
dinas, tetapi jadikanlah siswa sebagai teman sejati baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Hubungan yang nyaman antara guru
dengan siswa tentunya akan membuat anak lebih mudah menerima pembelajaran dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
12. Penuh Semangat Aneh rasanya ketika guru mengharapkan siswa belajar dengan aktif, tetapi
gurunya terlihat tidak semangat dan malas-malasan. Maka, sebelum memotivasi siswa hendaknya guru pun memancarkan semangat saat
berinteraksi dengan siswa. 13. Komunikatif
Guru kreatif tentunya tidak sekedar menjalin komunikasi dengan siswa yang hanya ada kaitannya dengan profesi, menegur masalah kedisiplinan, kerapian,
dan tugas-tugas. Sapalah siswa dengan bahan komunikasi yang ringan untuk bisa memecah kebekuan dan semakin mendekatkan hubungan guru dan
siswa. 14. Pemaaf
Menghadapi siswa tidak selalu manis, terkadang banyak sekali ditemui siswa yang bersikap menjengkelkan. Dalam situasi seperti ini, guru tidak boleh
hanyut dalm emosi negatif, apalagi sampai memberikan klaim negatif terhadap siswa tertentu. Hal tersebut akan menyebabkan hubungan antara
guru dan murid menjadi tersekat, tidak netral, bahkan penuh dengan pra konsepsi negatif. Untuk menghindari hal tersebut, guru harus menjadi sosok
yang pemaaf. 15. Sanggup Menjadi Teladan
Sudah menjadi suatu hal yang wajar bahwa guru sering diartikan sebagai seseorang yang digugu dan ditiru. Tidak mudah mengharapkan siswa bisa
tepat waktu, tetapi guru tidak memberi contoh untuk tepat waktu. Guru
merupakan orang kedua setelah orang tua yang bisa manjadi contoh dan panutan seorang anak. Tidak peduli betapa luar biasanya rencana seorang
guru, rencana itu tidak akan berjalan kalau guru tidak memberikan contohnya.
Menurut Budi Purwanto dalam Khatimah 2007, tahapan dalam kegiatan belajar mengajar pada dasarnya mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru
dalam mengadakan evaluasi. 1. Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar
Seorang guru di dalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan mampu berkreasi dalam hal :
a. Merumuskan tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional dengan baik dalam perencanaan proses belajar mengajar, perumusan tujuan pembelajaran
merupakan unsur terpenting, sehingga perlu dituntut kreativitas guru dalam menentukan tujuan-tujuan yang dipandang memiliki tingkatan yang lebih
tinggi. Di bidang kognitif siswa diharapkan mampu memahami secara analisa, sintesa, dan mampu mengadakan evaluasi tidak hanya sekedar
ingatan atau pemahaman saja. Di samping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis yang akhirnya digunakan untuk
mengembangkan kreativitas. b. Memilih buku pendamping bagi siswa selain buku paket yang ada yang
benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai kurikulum yang berlaku. Untuk menentukan buku-buku pendamping di luar buku paket
yang diperuntukkan siswa menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar berorientasi kepada banyaknya buku yang harus dimiliki siswa, melainkan
buku yang digunakan benar-benar mempunyai bobot materi yang menunjang pencapaian kurikulum bahkan mampu mengembangkan
wawasan bagi siswa dimasa yang akan datang. c. Memilih metode mengajar yang baik yang selalu menyesuaikan dengan
materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya proses belajar
mengajar, dan menentukan tercapainya tujuan dengan baik. Untuk itu diusahakan
dalam memilih
metode yang
menuntut kreativitas
pengembangan nalar siswa dan membangkitkan semangat siswa dalam belajar. Suatu contoh penggunaan metode diskusi akan lebih efektif
dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena siswa akan dituntut lebih aktif dalam pelaksanaan proses belajar mengajar nantinya.
d. Menciptakan media atau alat peraga yang sesuai dan menarik minat siswa. Penggunaan alat peraga atau media pendidikan akan memperlancar
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga akan lebih menarik
perhatian siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Penggunaan media atau alat peraga yang menarik akan membangkitkan motivasi belajar
siswa. Seorang guru diharuskan mampu menciptakan alat peraga sendiri yang lebih menarik dibandingkan dengan alat peraga yang dibeli dari toko
walaupun bentuknya lebih sederhana.
2. Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah
bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi yang baik akan membawa siswa memasuki materi pokok atau inti pembelajaran
dengan lancar dan jelas. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, bahasan yang akan diajarkan dibahas dengan bermacam-macam metode dan teknik
mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan metode dan teknik yang mendukung berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan
bertanya sangat memegang peranan penting. Guru yang kreatif akan mengutamakan pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa
dalam suasana belajar aktif. Dalam hal ini guru harus memperhatikan cara-cara mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap
jawaban siswa. Jadi guru melakukan teknik ”brainstorming”. Diskusi dalam
belajar kecil memegang peranan di dalam mengembangkan sikap kerjasama dan kemampuan menganalisa jawaban-jawaban siswa, setelah dikelompokkan akan
didapatkan beberapa hipotesa terhadap masalah. Selanjutnya guru boleh menggugah inisiatif siswa untuk melakukan
eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan
pendapatnya, termasuk di dalam hal ini daya imajinasinya. Seandainya tidak ada satupun cara yang sesuai atau memadai yang dikemukakan oleh para siswa, maka
guru boleh membimbing cara-cara melaksanakan eksperimennya. Tentu saja guru
tersebut harus menguasai seluruh langkah-langkah pelaksanannya. Dianjurkan supaya guru mengutamakan metode penemuan.
Pendayagunaan alat-alat sederhana atau barang bekas dalam kegiatan belajar mengajar sangat dianjurkan, guru yang kreatif akan melakukannya, ia dapat
memodifikasi atau menciptakan alat sederhana untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
dituntut kreativitasnya dalam mengadakan apersepsi, penggunaan teknik dan metode pembelajaran sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar
pelaksanaan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 3. Cara guru dalam mengadakan evaluasi
Proses belajar mengajar senantiasa disertai oleh pelaksanaan evaluasi. Namun demikian, di dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang kreatif
tidak akan cepat memberi penilaian terhadap ide-ide atau pertanyaan dan jawaban anak didiknya meskipun kelihatan aneh atau tidak biasa. Hal ini sangat penting di
dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan bahwa untuk mengembangkan kreativitas, maka salah satu caranya adalah dengan menggunakan keterampilan
proses dalam arti pengembangan dan penguasaan konsep melalui bagaimana belajar konsep. Maka, dengan sendirinya evaluasi harus ditujukan kepada
keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan penguasaan materi pelajaran. Adapun kecenderungan melakukan penilaian hanya
menggunakan tes pilihan berganda, ataupun pertanyaan yang hanya menuntut satu jawaban benar, merupakan tantangan atau hambatan bagi pengembangan,
sehingga perlu kiranya diperlukan penilaian seperti yang dikembangkan dalam
pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup penilaian dari segi kognitif, penilaian yang menyangkut
perilaku siswa afektif, dan penilaian yang menyangkut keterampilan motorik siswa psikomotorik, sehingga guru mempunyai perangkat penilaian yang
lengkap dari masing-masing siswa yang nantinya akan dijadikan penentu akhir dari keberhasilan siswa tersebut.
Berbagai definisi tentang kreativitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan
seorang guru untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal- hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik
di sekolah demi tercapainya prestasi belajar yang optimal. Penelitian ini memfokuskan kreativitas guru dalam pembelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Purwanto 2004:36-41 bahwa tahapan dalam kegiatan belajar mengajar mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru dalam mengadakan
evaluasi. Ketiga kreativitas guru dalam proses belajar mengajar inilah yang akan diambil sebagai indikator variabel kreativitas guru dalam penelitian ini.
2.5 Kerangka Berpikir