pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup penilaian dari segi kognitif, penilaian yang menyangkut
perilaku siswa afektif, dan penilaian yang menyangkut keterampilan motorik siswa psikomotorik, sehingga guru mempunyai perangkat penilaian yang
lengkap dari masing-masing siswa yang nantinya akan dijadikan penentu akhir dari keberhasilan siswa tersebut.
Berbagai definisi tentang kreativitas yang dikemukakan oleh beberapa ahli, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kreativitas guru adalah kemampuan
seorang guru untuk melahirkan sesuatu yang baru maupun mengembangkan hal- hal yang sudah ada untuk memberikan sejumlah pengetahuan kepada anak didik
di sekolah demi tercapainya prestasi belajar yang optimal. Penelitian ini memfokuskan kreativitas guru dalam pembelajaran. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Purwanto 2004:36-41 bahwa tahapan dalam kegiatan belajar mengajar mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas
guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan PBM, cara guru dalam pelaksanaan PBM dan cara guru dalam mengadakan
evaluasi. Ketiga kreativitas guru dalam proses belajar mengajar inilah yang akan diambil sebagai indikator variabel kreativitas guru dalam penelitian ini.
2.5 Kerangka Berpikir
Zainal Aqib dalam Zuriah 2008:110 mengatakan, bahwa guru pada dasarnya merupakan faktor penentu bagi keberhasilan pendidikan. Peranan guru
sebagai penentu keberhasilan dalam pendidikan, tentunya tidak terlepas dari
bagaimana cara guru dalam memerankan perannya sebagai pendidik di dalam proses pembelajaran di sekolah. Keberhasilan pendidikan tercapai jika guru
mampu mencetak generasi-generasi penerus bangsa yaitu siswa yang cerdas secara inteletual dan emosional. Siswa yang cerdas adalah siswa yang berprestasi,
untuk mendapatkan prestasi tersebut maka siswa harus belajar. Agar siswa dapat mencapai prestasi belajar yang baik maka harus didukung oleh beberapa faktor-
faktor yang mempengaruhinya serta bebas dari berbagai hambatan yang menghambat prestasi belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar terbagi menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam
diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor
yang timbul dari luar diri siswa diantaranya guru, teman, orang tua, fasilitas belajar dan lain-lain. Sedangkan faktor penghambat prestasi belajar siswa berasal
dari dalam diri siswa dan dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa meliputi faktor kesehatan, faktor kecerdasan, faktor perhatian, faktor minat,
dan faktor bakat. Faktor yang berasal dari luar diri siswa meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, faktor disiplin sekolah, faktor masyarakat, faktor lingkungan
tetangga, dan faktor aktivitas organisasi. Guru adalah salah satu dari faktor eksternal yang sangat berpengaruh
terhadap hasil prestasi siswa. Orang tua adalah contoh langsung bagi seorang anak dalam bersikap dan berperilaku di lingkungan keluarga. Sedangkan guru adalah
teladan bagi para peserta didiknya di lingkungan sekolah. Oleh karena itu, guru
harus menampilkan sosok atau teladan yang baik bagi peserta didiknya agar menjadi dorongan atau motivasi siswa untuk bisa meraih prestasi. Hal itu
sangatlah penting sebagaimana yang dikemukakan oleh Zainal Aqib dalam Zuriah 2008:110 bahwa kepercayaan masyarakat terhadap guru sangat bergantung dari
persepsi yang berkenaan dengan status guru terutama yang berkaitan dengan kualitas pribadi, kualitas kesejahteraan, penghargaan materiil, kualitas pendidikan,
dan standar profesi Kualitas kepribadian yang dimiliki oleh guru dapat dilihat dari bagaimana
moralitas yang dimiliki oleh guru tersebut. Moralitas guru adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan tingkah laku baik dan buruk
yang dilakukan oleh seorang guru dalam menjalankan profesinya sebagai seorang guru. Moralitas guru mencakup bagaimana guru menjalankan fungsinya sebagai
seorang guru yang profesional. Sebagai guru yang menjunjung tinggi nilai moral maka ia akan menjalankan fungsinya sebagai seorang pengajar sekaligus pendidik
secara bertanggung jawab. Zainal Aqib dalam Zuriah 2008:110 berpendapat bahwa di sisi lain seorang guru diharapkan dapat menunjukan kinerja atas dasar
moral dan profesional yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini, guru mempunyai keterkaitan yang erat dengan kualitas dan hasil pendidikan. Selain itu,
Wulandari 2011 telah membuktikan bahwa ada pengaruh persepsi siswa mengenai kepribadian guru dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar
akuntansi sebesar 4,9. Hal serupa juga dibuktikan oleh Kurniawan 2008 dalam penelitiannya telah membuktikan bahwa variabel persepsi siswa mengenai
kepribadian guru memberikan sumbangan relatif sebesar 51,54 dan sumbangan
efektif sebesar 17,57 terhadap prestasi belajar PKn pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 20072008.
Seorang guru dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar harus mampu memberikan contoh yang baik kepada anak didiknya, baik itu dalam proses
belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Pemberian contoh yang baik oleh guru kepada siswa merupakan tugas dan peran guru yang cukup berat
dalam pelaksanaan pendidikan, karena hal ini berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan budi pekerti di sekolah. Seorang guru yang bermoral baik akan
menghasilkan anak didik yang mampu menguasai pengetahuan dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik. Pelaksanaan program pengajaran dan evaluasi
dari hasil pembelajaran yang baik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran. Seorang guru dikatakan profesional apabila mampu menciptakan proses
belajar mengajar yang berkualitas dan mendatangkan prestasi belajar yang baik. Demikian pula dengan siswa, mereka baru dikatakan memiliki prestasi belajar
yang maksimal apabila telah menguasai materi pelajaran dengan baik dan mampu mengaktualisasikannya. Prestasi itu akan terlihat berupa pengetahuan, sikap dan
perbuatan. Secara garis besar yang menjadi indikator dari variabel moralitas guru adalah 1 kemampuan menjadi model sekaligus mentor bagi siswa, 2 kemampuan
menciptakan masyarakat yang bermoral, 3 kemampuan mempraktikan disiplin moral, 4 kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas, 5
kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum, 6 kemampuan menciptakan budaya kerja sama, 7 kemampuan menumbuhkan kesadaran
berkarya, 8 kemampuan mengembangkan refleksi moral, 9 kemampuan mengajarkan resolusi konflik.
Berkaitan dengan materi dan isi dari nilai-nilai yang akan ditanamkan, seorang guru yang sekaligus berperan sebagai pendidik dituntut untuk kreatif.
Sosok guru yang kreatif sangat didambakan oleh para siswa. Guru yang kreatif akan selalu memiliki ide-ide yang kreatif dalam setiap pembelajaran di kelasnya.
Suasana yang hangat dan harmonis di dalam kelas akan membantu siswa meningkatkan motivasi belajarnya, sehingga akan meningkatkan prestasi belajar
siswa. Amabie dalam Nawarti 2011:7 menyampaikan bahwa penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu 1 dimensi proses, segala produk yang
dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif, 2 dimensi person, sering dikatakan sebagi pribadi kreatif, 3 dimensi produk-produk kreatif,
menunjuk pada hasil perbuatan, kinerja atau karya seseorang dalam bentuk barang atau gagasan. Jadi, di dalam proses pembelajaran guru dapat dikatakan kreatif jika
guru yang bersangkutan memiliki keseluruhan atau salah satu dari dimensi tersebut.
Nawarti 2011:24 berpendapat mengenai kreativitas dalam pembelajaran, bahwa mengajar adalah sesuatu yang kompleks. Tidak hanya sekedar
menyampaikan informasi dari guru ke siswa. Banyak kegiatan maupun tindakan harus dilakukan, terutama jika ingin pembelajaran lebih baik untuk seluruh siswa.
Untuk itu, kreativitas guru dalam mengatur dan memfasilitasi pembelajaran mutlak diperlukan.
Kehadiran guru yang kreatif tentunya akan berakibat positif terhadap perkembangan siswa, baik dalam pengetahuan maupun dalam keterampilan. Oleh
sebab itu, siswa akan antusias dengan apa yang disampaikan oleh guru yang bertindak sebagai fasilitator dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bila hal itu
terlaksana dengan baik, maka apa yang disampaikan oleh guru akan berpengaruh terhadap kemampuan atau prestasi belajar siswa. Secara garis besar yang menjadi
indikator kreativitas guru adalah 1 cara guru dalam merencanakan PBM Proses Belajar Mengajar, 2 cara guru dalam pelaksanaan PBM Proses Belajar
Mengajar, 3 cara guru dalam mengadakan evaluasi. Tinggi rendahnya moralitas dan kreativitas yang dimiliki oleh guru sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Jika bakat moral dan kreatif yang dimiliki oleh guru telah disalah gunakan, maka hal tersebut dapat dikatakan sudah
melanggar dari tatanan moralitas itu sendiri. Hal tersebut akan berdampak pada menurunnya minat siswa untuk belajar lebih giat dan menurunnya prestasi belajar
siswa. Adanya kasus bocoran soal UAN serta adanya kerjasama guru dalam proses UAN yang terjadi di sekolah-sekolah di Kabupaten Banyumas, hal tersebut
akan menimbulkan citra yang buruk bagi sekolah yang bersangkutan dan akan berdampak tidak baik pada prestasi belajar siswa. Dampak buruk prestasi siswa
tidak hanya pada satu mata pelajaran saja, kemungkinan besar berdampak pada semua mata pelajaran. Kreativitas guru dalam pembelajaran yang dinilai kurang
kreatif juga berdampak terhadap prestasi belajar siswa. Gaya pembelajaran monoton yang disampaikan oleh guru di kelas membuat siswa tidak termotivasi
untuk secara cermat mengikuti alur pembelajaran yang disampaikan oleh guru
yang bersangkutan. Jika motivasi itu sudah tidak dimiliki oleh siswa, maka akan berakibat menurunnya presasi siswa dalam pelajaran tersebut. Oleh karena itu,
penelitian tentang pengaruh moralitas dan kreativitas guru terhadap prestasi belajar akuntansi siswa khususnya di Kabupaten Banyumas perlu dilakukan.
Secara skematis kerangka berpikir penelitian ini digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir
Moralitas Guru X1
1. Kemampuan menjadi model sekaligus mentor bagi siswa
2. Kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral
3. Kemampuan mempraktikan
disiplin moral
4. Kemampuan menciptakan
situasi demokrasi di dalam kelas
5. Kemampuan mewujudkan
nilai-nilai melalui kurikulum
6. Kemampuan menciptakan budaya kerja sama
7. Kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya
8. Kemampuan mengembangkan refleksi moral
9. Kemampuan mengajarkan
resolusi konflik.
Prestasi Belajar
Akuntansi Siswa Y
Nilai rata-rata mata pelajaran
Kreativitas Guru X2
1. Cara Guru Dalam Merencanakan PBM Proses Belajar Mengajar
2. Cara Guru Dalam Pelaksanaan PBM Proses Belajar Mengajar
3. Cara Guru Dalam Mengadakan Evaluasi.
Keterangan : = Pengaruh parsial
= Pengaruh simultan
2.6 Hipotesis