Pengaruh Moralitas dan Kreativitas Guru Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMA Negeri se Kabupaten Banyumas

(1)

i

PENGARUH MORALITAS DAN KREATIVITAS GURU

AKUNTANSI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

AKUNTANSI SISWA SMA NEGERI

SE-KABUPATEN BANYUMAS

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh IKA MUSLIANI NIM 7101407045

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 16 September 2011

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tarsis Tarmudji, M. M. Linda Agustina, S. E, M. Si. NIP. 19491121 197603 1 002 NIP. 19770815 200012 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi

Dra. Nanik Suryani, M. Pd NIP. 195604211985032001


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang :

Hari : Kamis

Tanggal : 29 September 2011

Dosen Penguji

Dr. Partono Thomas, M. S. NIP. 195212191982031002

Anggota I Anggota II

Drs. Tarsis Tarmudji, M. M. Linda Agustina, S. E, M. Si.

NIP. 194911211976031002 NIP. 197708152000122001

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. S. Martono, M. Si. NIP. 196603081989011001


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan dari orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, September 2011

Ika Musliani NIM 7101407045


(5)

v

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Sesungguhnya setelah kesulitasn pasti ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dalam suatu urusan, lakukanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap. (Q.S. Al Insyiroh 6-8)

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan ridho Alloh SWT, skripsi ini ku persembahkan :

1. Bapak Ali Yusman, Ibu Umi Salamah dan Adik Nana Lia Safitri tercinta.

2. Diky Harmanto, S.H. 3. Keluargaku Kos Merah.

4. Teman-teman Pend. Akuntansi 2007 5. Kopma Unnes.

6. Guslat Ekonomi Racana Wijaya Unnes 7. Almamaterku Universitas Negeri Semarang.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Moralitas dan Kreativitas Guru Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas”.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, Rektor Universitas Negeri Semarang atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi di Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. S. Martono, M. Si., Dekan Fakultas Ekonomi yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

3. Dra. Nanik Suryani, M. Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam pelaksanaan penelitian.

4. Drs. Tarsis Tarmudji, M. M., Pembimbing Skripsi I yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini.

5. Linda Agustina, S. E, M. Si., Pembimbing Skripsi II yang dengan penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga selesainya skripsi ini.


(7)

vii

6. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas beserta perangkatnya yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

7. Kepala Bakesbangpollinmas Kabupaten Banyumas beserta perangkatnya yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

8. Kepala Bappeda Kabupaten Banyumas beserta perangkatnya yang telah memberikan kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian. 9. Kepala SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas yang telah memberikan

kemudahan administrasi dalam perijinan pelaksanaan penelitian.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Dengan segala keterbatasan, penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Semarang, September 2011


(8)

viii SARI

Musliani, Ika. 2011. Pengaruh Moralitas dan Kreativitas Guru Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas. Skripsi. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Fakultas Ekomoni. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Drs. Tarsis Tarmudji, M. M., II. Linda Agustina, S. E, M. Si.

Kata Kunci : Prestasi Belajar Siswa, Moralitas Guru, Kreativitas Guru.

Prestasi belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Guru merupakan faktor eksternal yang mempunyai peran sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah moralitas yang dimiliki oleh seorang guru dalam lingkungan sekolah dan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Dengan adanya tingkat moralitas dan kreativitas yang tinggi yang dimiliki oleh seorang guru akan membawa dampak tinggi rendahnya prestasi yang dicapai oleh siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh moralitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupaten Banyumas secara parsial, untuk mengetahui pengaruh kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas secara parsial, dan untuk mengetahui pengaruh moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas secara simultan.

Populasi penelitian ini adalah guru SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas yang mengampu mata pelajaran akuntansi. Analisis data meliputi deskriptif presentase, uji heterokedastisitas, uji multikolinearitas, uji normalitas, uji regresi linier barganda, dan uji hipotesis menggunakan uji F, uji R2, uji t dan uji r2.

Hasil penelitian menunjukan bahwa, moralitas guru akuntansi dan kreativitas guru akuntansi dibuktikan dari uji F dan uji t berpengaruh signifikan. Secara parsial moralitas guru akuntansi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. secara parsial kreativitas guru akuntansi berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. Moralitas dan kreativitas guru akuntansi bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap hasil prestasi siswa.

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil penelitian ini adalah dengan adanya tingkat moralitas dan kreativitas guru akan berpengaruh terhadap naik turunnya prestasi belajar siswa. Saran yang berkaitan dengan hasil penelitian yaitu penerapan moralitas guru dalam proses pembelajaran di kelas, guru akuntansi di SMA Negeri Banyumas disarankan untuk lebih meningkatkan disiplin moralnya agar dapat meningkatkan tingkat disiplin sekolah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa serta dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi guru harus mampu mengikuti perkembangannya agar dapat tercipta pembelajaran yang kreatif dan inovatif.


(9)

ix ABSTRACT

Musliani, Ika. 2011. Morality and Creativity Effect of Accounting Teacher to Student Achievement of Financial Accounting of State Senior High School in Kabupaten Banyumas. Final Project. Economic Education Department. Economics Faculty. Semarang State University. Advisor Drs. Tarsis Tarmudji, M. M., Co Advisor Linda Agustina, S. E, M. Si.

Keywords: Student Achievement, Morality Teacher, Teacher Creativity.

Optimal learning achievement of the learning process a student is influenced by internal and external factors. Teachers are external factors that have a role as a support for achieving optimal learning outcomes. In the study in question is the morality that is owned by a teacher in the school environment and creativity of teachers in implementing the learning in the classroom. Given the level of morality and high creativity which is owned by a teacher will bring the high impact of low achievement by students. The purpose of this research was to determine the effect of accounting teacher morality of accounting students' learning achievement as State Senior High School in Kabupaten Banyumas partially, to determine the effect of teachers' creative accounting to accounting students' learning achievement as State Senior High School in Kabupaten Banyumas partially, and to determine the effect of morality and creativity of teachers of accounting to the accounting students' learning achievement as State Senior High School in Kabupaten Banyumas simultaneously.

The population was a all teacher who teach accounting subject at senior high school in Kabupaten Banyumas. Data analysis included descriptive percentages, heterokedastisitas test, multicollinearity test, normality test, multiple regression analysis simultaneously, and hypotheses test using the F test, R2 test, r2 test and t test.

The research results obtained morality teacher of accounting and accounting teacher creativity evidenced from the F test and t test of significant effect. Partially, accounting teacher morality significant effect on accounting students' learning achievement. Partially, accounting teacher creativity significant effect on accounting students' learning achievement. Morality and creativity together accounting teachers significantly influence student achievement results.

The conclusion that can be taken based on the results of this research is with the level of morality and creativity of teachers will affect the rise and fall of student achievement. Suggestions relating to the application of research results morality of teachers in the learning process in the classroom, the teacher of accounting at the State Senior High School in Kabupaten Banyumas recommended to further enhance its moral discipline in order to increase the level of discipline so that schools can improve student achievement as well as the development of science and technology teachers must be able follow its development in order to create a creative and innovative learning.


(10)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA ... vi

SARI ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 15

1.4 Manfaat Penelitian ... 15

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Prestasi Belajar ... 17

2.1.1 Pengertian Belajar ... 17


(11)

xi

2.1.3 Prinsip-prinsip Belajar ... 21

2.1.4 Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi ... 24

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 26

2.1.6 Faktor-faktor Penghambat Prestasi Belajar ... 27

2.2 Konsep Tentang Guru ... 30

2.2.1 Pengertian Guru ... 30

2.2.2 Kode Etik Profesi Keguruan ... 31

2.3 Konsep Tentang moralitas ... 33

2.3.1 Pengertian Moral ... 33

2.3.2 Pengertian Moralitas ... 37

2.3.3 Norma-Norma Moralitas ... 39

2.3.4 Faktor-Faktor Penentu Moralitas ... 40

2.4 Konsep Kreativitas Guru ... 43

2.4.1 Pengertan Kreativitas ... 43

2.4.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas ... 47

2.4.3 Ciri-Ciri Guru Kreatif ... 48

2.5 Kerangka Berpikir ... 56

2.6 Hipotesis ... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

3.2 Variabel Penelitian ... 65

3.2.1 Variabel Prestasi Belajar akuntansi ... 65


(12)

xii

3.2.3 Variabel Kreativitas Guru ... 67

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 69

3.3.1 Data Primer ... 69

3.3.2 Data Sekunder ... 69

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 70

3.4.1 Metode Dokumentasi ... 70

3.4.2 Metode Angket atau Kuesioner ... 70

3.5 Analsis Tes Hasil Uji Coba Instrumen ... 71

3.5.1 Validitas ... 71

3.5.2 Reliabilitas ... 72

3.5.3 Uji Prasyarat (Uji Normalitas) ... 74

3.5.4 Uji Asumsi Klasik ... 74

1. Uji Multikolonieritas ... 74

2. Uji Heterokedastisitas ... 75

3.6 Metode Analisis Data ... 75

3.6.1 Analisis Deskriptif Persentase ... 76

3.6.2 Analisis Regresi Linear Berganda ... 79

3.6.3 Uji Hipotesis Simultan (Uji F test) ... 80

3.6.4 Menentukan Koefisien Determinasi Ganda (R2) ... 81

3.6.5 Uji Hipotesis (Uji t test) ... 81

3.6.6 Menentukan Koefisien Determinasi Parsial (r2) ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 83


(13)

xiii

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 83

4.1.2 Deskriptif Persentase Variabel Moralitas Guru Akuntansi ... 84

4.1.3 Deskriptif Persentase Variabel Kreativitas Guru Akuntansi ... 101

4.1.4 Deskriptif Persentase Variabel Prestasi Belajar Akuntansi Siswa . 108 4.1.5 Uji Normalitas Data ... 109

4.1.6 Uji Asumsi Klasik ... 111

1. Uji Multikolonieritas ... 111

2. Uji Heterokedastisitas ... 112

4.1.7 Analisis Regresi Berganda ... 113

4.1.8 Pengujian Hipotesis ... 114

1. Uji Hipotesis Secara Simultan (Uji F test) ... 114

2. Uji Hipotesis Secara Parsial (Uji t test) ... 116

4.2 Pembahasan ... 119

4.2.1 Pengaruh Moralitas Guru Akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa ... 119

4.2.2 Pengaruh Kreativitas Guru Akuntansi terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa ... 121

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 124

5.2 Saran ... 124

5.3 Keterbatasan ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Siswa ... 3

Tabel 3. 1 Daftar Penyebaran Anggota Populasi Guru Akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas ... 64

Tabel 3.2 Definisi Operasional Indikator Variabel Moralitas Guru ... 66

Tabel 3.3 Definisi Operasional Indikator Variabel Kreativitas Guru ... 68

Tabel 3.4 Reliabilitas Instrumen ... 73

Tabel 3.5 Kategori Variabel Moralitas Guru ... 77

Tabel 3.6 Kategori Variabel Kreativitas Guru ... 78

Tabel 3.7 Kriteria Variabel Prestasi Belajar ... 79

Tabel 4.1 Data Sekolah di Kabupaten Banyumas ... 83

Tabel 4.2 Distribusi Moralitas Guru Akuntansi ... 84

Tabel 4.3 Distribusi Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik ... 86

Tabel 4.4 Distribusi Guru Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral ... 88

Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral ... 90

Tabel 4.6 Distribusi Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas ... 91

Tabel 4.7 Distribusi Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum ... 93


(15)

xv

Halaman

Tabel 4.9 Distribusi Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya ... 97

Tabel 4.10 Distribusi mpuan Mengembangkan Refleksi Moral ... 98

Tabel 4.11 Distribusi Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik ... 100

Tabel 4.12 Distribusi Variabel Kreativitas Guru Akuntansi ... 101

Tabel 4.13 Distribusi Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar ... 103

Tabel 4.14 Distribusi Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar ... 105

Tabel 4.15 Distribusi Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi ... 107

Tabel 4.16 Diatribusi Prestasi Belajar Akuntansi Siswa ... 108

Tabel 4.17 Normalitas One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test ... 109

Tabel 4.18 Uji Multikolonieritas Data Penelitian ... 111

Tabel 4.19 Uji Analisis Regresi Berganda ... 113

Tabel 4.20 Uji Hipotesis Simultan (Uji F test) ... 114

Tabel 4.21 Uji Koefisien Determinasi Simultan (R2) ... 115

Tabel 4.22 Uji Hipotesis Parsial (Uji t test) ... 116


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ... 62 Gambar 4.1 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Moralitas

Guru Akuntansi ... 85 Gambar 4.2 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik . 87 Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Kemampuan

Menciptakan Masyarakat yang Bermoral ... 89 Gambar 4.4 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral ... 90 Gambar 4.5 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas 92 Gambar 4.6 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum .... 94 Gambar 4.7 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Menciptakan budaya Kerja Sama ... 96 Gambar 4.8 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya ... 97 Gambar 4.9 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi

Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral ... 99 Gambar 4.10 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi


(17)

xvii

Halaman Gambar 4.11 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Tingkat

Kreativitas Guru Akuntansi ... 102 Gambar 4.12 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru

dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar ... 104 Gambar 4.13 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru

dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar ... 106 Gambar 4.14 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru

dalam Mengadakan Evaluasi ... 107 Gambar 4.15 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Prestasi

Akuntansi ... 109 Gambar 4.16 Normal P-P Plot ... 110 Gambar 4.17 Grafik Scatterplot ... 112


(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Nama Responden ... 129

Lampiran 2 Daftar Nama Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kabupaten Banyumas ... 130

Lampiran 3 Kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian ... 131

Lampiran 4 Pengantar Pengisian Angket Penelitian ... 132

Lampiran 5 Lembar Instrumen Penelitian ... 133

Lampiran 6 Daftar Nilai Rata-rata Akuntansi Siswa ... 140

Lampiran 7 Hasil Jawaban Angket Penelitian ... 162

Lampiran 8 Tabel Analisis Persentase Variabel ... 164

Lampiran 9 Tabel Analisis Persentase Indikator ... 165

Lampiran 10 Tabel Validitas dan Reliabilitas Angket Penelitian ... 167

Lampiran 11 Hasil Perhitungan Menggunakan SPSS ... 170

Lampiran 12 Surat Ijin Penelitian ... 174


(19)

1 1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan punya peranan yang sangat penting dalam kehidupan bangsa. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat mendasar dan penting bagi perkembangan suatu bangsa dan merupakan salah satu faktor penentu bagi maju tidaknya suatu bangsa. Dengan pendidikan maka akan dapat terwujud masyarakat yang berkualitas terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang makin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri, dan profesional pada bidangnya masing-masing.

Sekolah Menengah Atas (SMA) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempersiapkan anak didiknya untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Oleh karena itu, salah satu tugas sekolah adalah memberi bekal kepada para peserta didik kelak di perguruan tinggi untuk memlilih jurusan yang sesuai dengan minat dan kemampuan yang dimiliki. Program jurusan yang terdapat di Sekolah Menengah Atas sebagian besar terdiri dari dua jurusan, yaitu jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam kelas Ilmu Pengetahuan Sosial akan ditemui salah satu mata pelajaran yang sangat menarik yaitu Akuntansi.

Akuntansi sendiri adalah bahasa atau alat komunikasi bisnis yang dapat memberikan informasi tentang kondisi keuangan (ekonomi) berupa posisi bisnis dan hasil usahanya pada suatu waktu atau periode tertentu (Syafri, 2004:3).


(20)

Akuntansi adalah pencatatan, pengelompokan, peringkasan laporan, penganalisisan data keuangan dari suatu organisasi (Yunus, 2001:5).

Tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila hasil atau prestasi belajar siswa mengalami perkembangan dan peningkatan. Adapun yang dimaksud dengan belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya (Dalyono, 2007:49). Sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau

angka nilai yang diberikan oleh guru (Tu‟u, 2004:75). Dalam pendidikan formal

selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar, dengan mengetahui hasil atau prestasi belajar dapat diketahui kedudukan siswa yang pandai, sedang atau lambat. Laporan hasil belajar siswa dapat dilihat dari hasil ulangan dan diserahkan dalam periode tertentu yaitu dalam bentuk raport.

Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar secara efektif di sekolah khususnya setelah siswa atau individu mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi. Prestasi belajar akuntansi yang optimal merupakan hal yang paling didambakan oleh siswa yang sedang belajar akuntansi, karena prestasi belajar merupakan pengukur keberhasilan seseorang dalam belajar. Menurut Bloom dalam Usman (2005:30), jika guru memahami persyaratan kognitif dan ciri sikap yang diperlukan untuk belajar


(21)

seperti minat dan konsep diri siswa-siswanya, yang diharapkan sebagian besar siswa akan dapat mencapai taraf penguasaan sampai 75% dari yang diajarkan. Dari observasi awal di SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas dapat diketahui daftar siswa yang tuntas sebagai berikut :

Tabel 1.1 Ketuntasan Belajar Siswa

No. Sekolah Guru Akuntansi Ketuntasan Siswa (%)

1. SMAN 1 Purwokerto G1

G2

75% 80%

2. SMAN 2 Purwokerto G3

G4

76% 74%

3. SMAN 3 Purwokerto G5

G6 G7

80% 60% 55%

4. SMAN 4 Purwokerto G8 78%

5. SMAN 5 Purwokerto G9

G10 G11

80% 75% 78%

6. SMAN Banyumas G12

G13 G14

75% 65% 76%

7. SMAN Sumpiuh G15

G16 G17

68% 56% 50%

8. SMAN Sokaraja G18

G19 G20

65% 69% 69%

9. SMAN Baturaden G21

G22 G23

73% 69% 78%

10. SMAN Patikraja G24

G25 G26

64% 75% 69%

11. SMAN Ajibarang G27

G28 G29

75% 75% 75%

12. SMAN Wangon G30 50%

13. SMAN Jatilawang G31

G32 G33

68% 72% 69%

14. SMAN Rawalo G34

G35 G36

79% 67% 76% Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2011


(22)

Tabel 1.1 tentang ketuntasan belajar siswa terlihat bahwa kurang dari 75% prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas tahun ajaran 2010/2011 yang mencapai batas ketuntasan yaitu 7,5. Hal tersebut menunjukan bahwa guru dalam menyampaikan materi belum dapat mencapai batas ketuntasan belajar siswa seperti yang dikemukakan oleh Bloom.

Usaha untuk mencapai suatu prestasi belajar yang optimal dari proses belajar mengajar seorang siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang timbul dari dalam diri siswa itu sendiri diantaranya keadaan fisik, intelegensi, bakat, minat dan perhatian, keadaan emosi serta disiplin. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yang timbul dari luar diri siswa diantaranya faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar di lingkungan sekolah adalah guru. Guru merupakan faktor eksternal yang mempunyai peran sebagai penunjang pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam penelitian ini yang dimaksud adalah moralitas yang dimiliki oleh seorang guru dalam lingkungan sekolah dan kreativitas guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pendewasaan dan pemandirian manusia secara sistematis agar siap manjalani kehidupan secara bertanggung jawab. Menjalani kehidupan yang bertanggung jawab berarti berani mengambil keputusan dan tindakan yang bijaksana dan berani menanggung segala konsekuensi yang ditimbulkan. Agar dapat menjalani kehidupan secara bertanggung jawab sudah semestinya manusia harus mempunyai pedoman untuk


(23)

dijadikan pegangan dalam menjalani roda kehidupan. Pedoman yang dijadikan sebagai pegangan dalam hidup adalah sebuah aturan atau etika.

Pendidikan mengajarkan individu agar menjadi manusia yang beradab, berakhlak, bertata krama dan beretika. Pendidikan sering kali berkaitan dengan bagaimana manusia mempelajari hidup di lingkungan masyarakat dengan baik dan benar. Di sekolah individu tidak hanya dididik supaya menjadi manusia yang pandai secara intektual, tetapi juga dididik untuk bisa menjadi manusia yang bermoral. Namun permasalahannya adalah banyak sekali perbuatan-perbuatan yang tercela justru dilakukan oleh manusia yang berpendidikan. Hal ini sangat bertolak belakang dengan tujuan pendidikan itu sendiri, yang salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Sebagai manusia yang cerdas sudah seharusnya dapat membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk, mana yang yang seharusnya dilakukan dan mana yang seharusnya tidak dilakukan.

Kontrol kehidupan manusia adalah keharusan manusia memiliki aturan atau etika yang selalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Etika mendasarkan dirinya atas fakta pengalaman, yakni keputusan tentang hal yang benar dan salah, keyakinan yang dimiliki manusia bahwa beberapa perbuatan adalah benar dan sepantasnya dikerjakan, dan ada perbuatan yang salah dan sepantasnya tidak dikerjakan. Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya (Salam, 2000:45). Apabila perbuatan seseorang melanggar nilai-nilai atau norma-norma etis dalam masyarakat, dikatakan bahwa perbuatan itu tidak bermoral, karena perbuatan tersebut membawa dampak buruk bagi kehidupan bersama.


(24)

Etika sangat perlu dipelajari oleh kalangan tertentu termasuk pendidik, karena etika menunjuk pada dua hal, yaitu (1) disiplin ilmu yang mempelajari nilai dan pembenarannya dan (2) pokok disiplin ilmu itu sendiri, yaitu nilai-nilai hidup yang sesungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku. Kedua hal tersebut dalam kenyataannya bahwa manusia bertingkah laku sesuai dengan hukum-hukum, adat, dan harapan-harapan yang kompleks dan terus berubah. Akibatnya, manusia harus merenungkan tingkah laku dan sikap, membenarkannya dan kadang-kadang memperbaikinya.

Etika sangat berkaitan erat dengan moral. Etika menurut Driyarkara S.J dalam Daroeso (1986:22) dikatakan sebagai filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan moral. Moral atau kesusilaan

adalah nilai yang sebenarnya bagi manusia. Dengan kata lain “moral atau kesusilaan” adalah kesempurnaan sebagai manusia atau kesusilaan adalah tuntutan

kodrat manusia.

Sumber ajaran moral ialah tradisi, adat-istiadat, ajaran agama dan ideologi tertentu. Dari kata moral kita mengenal istilah moralitas. Moralitas adalah kualitas dalam perbuatan manusia yang menunjukan bahwa perbuatan itu benar atau salah, baik atau buruk (Poespoprodjo, 1999:118). Moralitas dapat dikatakan sebagai alat ukur perbuatan manusia. Setiap manusia harus memiliki moralitas yang baik jika ingin memiliki kabahagiaan sempurna yaitu, kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang tidak bisa didapatkan dari siapapun kecuali Tuhan.

Moralitas sudah kita kenal jauh ketika kita mengenal pendidik. Meskipun di dalam dunia pendidikan kita kenal jelas apa yang dinamakan pendidikan


(25)

moralitas, namun dalam kenyataannya banyak sekali kita temukan penyimpangan-penyimpangan moral di dalam dunia pendidikan itu sendiri. Dewasa ini banyak sekali peristiwa-peristiwa atau tindakan-tindakan yang menyimpang dari moral yang dilakukan oleh orang berpendidikan. Berbagai kasus tindakan menyimpang yang dilakukan oleh guru terhadap anak didiknya dan guru yang bertindak sewenang-wenang terhadap anak didiknya. Hal semacam itu tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang pendidik (guru), karena akan membawa pengaruh negatif bagi anak didiknya.

Peserta didik adalah kader penerus bangsa yang perlu menginternalisasi atau menghayati nilai-nilai ilmu dan moral dengan bobot yang seimbang. Sehubungan dengan hal tersebut, ada baiknya jika pendidik mengedepankan visi dasar pendidikan manusia abad ke-21 yang diajukan oleh United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), yaitu learning how to think

(belajar bagaimana berpikir), learning how to do (belajar dengan melakukan),

learning to be (belajar menjadi diri sendiri), learning how to learn (belajar untuk belajar hidup), learning how to live together (belajar hidup bersama). Kelima visi dasar tersebut perlu diperhatikan oleh pendidik, terutama dalam menghadapi tantangan global dan munculnya persaingan di dunia internasional dengan segala pergeseran atau perubahan tata nilai. Oleh karena itu, siswa perlu dibina agar memiliki keyakinan yang kuat untuk terjun ke dunia luar bersama bangsa lain secara tangguh dan tetap memiliki ucapan dan tindakan yang sesuai dengan aturan yang berlaku.


(26)

Tugas dan tanggung jawab guru tidak hanya mentransformasikan ilmu pengetahuan saja, namun lebih dari itu guru harus mampu menginternalisasikan nilai-nilai moral yang bersumber pada nilai-nilai ajaran agama. Profesi guru adalah suatu moral community (masyarakat moral) yang mempunyai kekuasaan dan tanggung jawab khusus. Agar tidak terjadi penyalahgunaan wewenang dan kekuasaannya, profesi guru diikat oleh kode etik, yaitu serangkaian aturan atau norma yang dijadikan pedoman perilaku dalam melayani orang lain.

Dalam melaksanakan tugasnya, orang yang memiliki profesi tertentu harus melalui pendidikan khusus yang mempunyai tujuan utama memberikan layanan sebaik-baiknya kepada anggota masyarakat yang memerlukannya. Di sisi lain, profesi tidak semata-mata mencari keuntungan pribadi secara berlebihan, tidak memandang kaya atau miskin, dan musuh atau teman. Seorang guru atau dosen yang berpegang pada profesinya selalu cenderung membantu siswa atau mahasiswa yang mengalami kesulitan belajar meskipun di luar jam pelajaran tanpa memungut imbalan jasa bagi kepentingan pribadinya. Hal ini dapat terjadi, karena orang yang mempunyai profesi tersebut berpegang atau patuh pada kesusilaan atau etika baku yang berisi ketentuan bahwa orang tersebut harus menjaga dan menjamin mutu layanannya secara bertanggung jawab kepada masyarakat. Apabila orang tersebut tidak patuh kepada etika baku yang telah ditetapkan, akan mudah sekali terjadi penyalahgunaan wewenang dan tanggung jawab profesi yang berakibat merugikan kepentingan anggota masyarakat.

Khusus dalam bidang pendidikan, uraian tentang makna moralitas dapat dijadikan sebagai pemahaman untuk profesi guru atau dosen. Profesi ini


(27)

merupakan perpaduan antara keahlian dan kepribadian yang mewujud dalam teknik atau cara khusus yang diperlukan untuk menjalankan tugas sesuai dengan kematangan atau derajat kepatuhannya dengan etika yang dipegangnya. Hal inilah yang menjadi karakteristik profesi yang membedakannya dengan pekerjaan lain. Guru yang menjadi orang tua kedua di sekolah sudah selayaknya memberi contoh dan teladan yang baik bagi anak didiknya. Perilaku yang ditunjukan oleh guru secara tidak langsung akan dicontoh dan ditiru oleh anak didiknya.

Berbagai kasus tindakan guru yang telah menyimpang dari moral di berbagai daerah, terutama dalam kasus kecurangan dalam UAN (Ujian Akhir Nasional) di beberapa sekolah di Kabupaten Banyumas. Syachrun dalam

artikelnya yang berjudul “Berbagai Modus Kecurangan Ujian” yang dimuat dalam blognya, modus kecurangan ujian tersebut diantaranya adalah (1) diminta mengerjakan soal UN di tempat mengajar, (2) pembagian jawaban UN kepada siswa, (3) amplop LJUN (Lembar Jawab Ujian Nasioanal) tidak disegel dan dilak, (4) memperbaiki LJUN (Lembar Jawab Ujian Nasioanal) di sekolah, (5) mengkominikasikan jawaban melalui sms di ruang ujian, (6) kunci jawaban di papan ujian siswa, (7) pembocoran soal UN, (8) mengijinkan siswa bekerja sama selama ujian berlangsung, (9) pembatalan SK (Surat Keputusan) guru yang memiliki sikap tegas mengawas, (10) bekerjasama dengan bimbingan belajar untuk menyediakan jawaban UN. Tindakan yang menurut pengakuan guru lebih didasari karena tidak tega dan demi kepentingan para murid agar lulus. Jika ditelusuri lebih jauh hal ini dilakukan demi membela kepentingan sendiri dan lembaga.


(28)

Bila melihat berbagai fenomena yang terjadi, yang justru telah memutarbalikan nilai dan makna pendidikan yang mestinya dijunjung tinggi, pemerintah seharusnya memiliki sikap tegas dalam menyikapi permasalahan pendidikan saat ini. Fenomena yang terjadi hanya mengacaukan nilai-nilai hidup utama yang semestinya ditanamkan dan terus dipupuk dalam semangat dan perilaku peserta didik. Tindakan yang seharusnya paling ditabukan menjadi sah dilakukan karena ketakutan bahwa kalau tidak ikut curang akan celaka sendiri.

Sekolah yang mestinya mengajarkan kejujuran dan kepercayaan pada diri sendiri sudah mengkhianati nilai yang semestinya ditumbuhkan dan dipertahankan itu. Akibatnya, moralitas yang diajarkan juga tidak jelas, demi lulus dan mendapat nilai bagus. Tidak peduli bahwa nilai itu didapat dengan menghalalkan segala cara seperti menyontek, harus menyuap, atau membeli, merendahkan kemampuan sendiri, tidak peduli lagi dengan apa yang dipelajari. Pada prinsipnya tidak peduli lagi dengan nilai dan makna sekolah.

Faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa selain moralitas guru adalah kreativitas guru. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Menurut Gutama dalam Nawarti (2011:9) pandai saja tidak cukup, tetapi guru harus cerdas dalam mengembangkan keterampilan dan mencari bahan ajar yang betul-betul sesuai dengan peserta didik. Sebenarnya pendidikan tidak hanya bergantung pada buku atau bahan ajar dan alat peraga yang telah ada. Alam semesta sesungguhnya merupakan sumber belajar yang tidak ada habisnya. Bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan alam semesta sebagai sumber belajar sangat tergantung pada


(29)

kreativitas guru dalam memotivasi dan memberikan teladan kepada para peserta didik.

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan menurut Wijaya (1991:189) adalah menumbuhkan kreativitas guru. Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mempunyai peranan penting dalam peningkatan mutu hasil belajar siswanya. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru atau gagasan-gagasan baru, yang menunjukan kelancaran, kelenturan, dan orisinalitas dalam berpikir (Munandar, 2009:168). Bila hal ini dikaitkan dengan kreativitas guru, guru yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu strategi mengajar yang benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan sendiri), atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai strategi yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru.

Kreativitas juga sangat diperlukan bagi guru dalam memecahkan permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang bisa menghambat keberhasilan proses pembelajaran. Kreativitas juga sangat diperlukan bagi guru agar mampu menyajikan pembelajaran yang menyenangkan, mampu membuat siswa termotivasi untuk belajar. Penelitian terdahulu tentang kreativitas guru telah dilakukan oleh Khotimah (2007). Hasil penelitiannya telah membuktikan bahwa ada pengaruh secara parsial kreativitas guru dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran produktif siswa kelas II jurusan Administrasi Perkantoran tahun pelajaran 2005/2006 sebesar 13,84%.


(30)

Guru sebagai tonggak pendidikan bangsa jangan sampai terjebak pada sistem dan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah. Memang sebagian guru mengharapkan siswanya lulus ujian nasional agar bisa melanjutkan ke jenjang berikutnya, tetapi jangan sampai melupakan pendidikan nilai untuk siswa. Guru pada praktiknya tidak harus memiliki jam pelajaran khusus agar bisa menanamkan nilai-nilai pada siswa. Nilai-nilai kejujuran, kepedulian, ketaatan, bisa diajarkan oleh guru dalam berbagai kesempatan, tanpa harus bertatap muka di dalam kelas. Guru harus menunjukan sikap jujur, hal ini dinilai sangat penting karena guru sebagai model. Dalam diskusi juga ditekankan bagaimana siswa menghargai pendapat orang lain dengan tidak terlalu awal melakukan penilaian terhadap pendapat orang lain, dan yang lebih penting lagi bagi seorang guru dalam melakukan pembelajaran harus reflektif, melihat kembali apa yang sudah dilakukan oleh siswa tidak hanya kognitif saja tetapi juga afeksi.

Keberhasilan prestasi seorang siswa tidak akan bermakna ketika keberhasilan itu mereka dapatkan dari hasil ketidakjujuran. Ketidakjujuran yang dilakukan oleh siswa yang dijembatani oleh gurunya dan pihak sekolah yang terkait. Bentuk ketidakjujuran itu adalah kecurangan yang dilakukan oleh guru dalam membantu memberikan jawaban soal ujian nasional kepada siswa yang tengah menghadapi ujian nasioanl. Tentu saja hal ini tidak selaras dengan profesi dan tanggung jawab yang sudah diemban oleh seorang guru. Tidak semua guru bertindak demikian. Dari sekian banyak tenaga pengajar yang telah berbaur di dunia pendidikan masih banyak guru yang bisa mempertahankan janjinya atau kode etik profesinya sebagai seorang guru.


(31)

Ujian nasional tahun 2010 dan sebelumnya telah diduga adanya kasus bocoran kunci jawaban ujian akhir nasional dan berbagai usaha guru membantu siswa dalam menjawab soal ujian. Namun, tidak semua siswa mempercayai bahwa usaha yang dilakukan oleh gurunya itu adalah benar. Siswa yang pandai dan cerdas secara akademik dan emosional lebih mempercayai usahanya sendiri dalam mengerjakan soal ujian.

Pengaruh kreativitas guru terhadap prestasi siswa telah banyak diteliti oleh berbagai kalangan akademisi. Sedangkan teori yang berkaitan dengan pengaruh moralitas guru terhadap prestasi siswa sangat terbatas. Oleh karena itu, akan menjadi tantangan tersendiri dalam penelitian yang akan dilakukan di kabupaten Banyumas, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kabupaten Banyumas.

Kabupaten Banyumas adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah. Di

kabupaten Banyumas selain objek wisatanya yang terkenal yaitu “Baturraden”,

namun tidak kalah pentingnya dalam bidang pendidikan. Dalam bidang pendidikan sekolah-sekolah di kabupaten Banyumas khususnya Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri sudah banyak yang dapat menunjukan prestasinya. Contohnya, SMA Negeri 1 Purwokerto dapat meraih juara 1 tingkat provinsi Jawa Tengah dalam Olimpiade Sains 2011, juara 3 tingkat provinsi Jawa Tengah dalam

Erlangga Speech Contest 2011. SMA Negeri 2 Purwokerto dapat meraih medali emas tingkat internasional dalam lomba IESO (International Earth Science Olympiade), menjuarai lomba lukis Global Youth Morals dengan judul Keep Your Culture yang diselenggarakan oleh School Classroom program People to People


(32)

International yang bertempat di Kansas City USA, juara 1 inovasi pelajar tingkat provinsi yang diselenggarakan di IPB Bogor, juara 1 tingkat provinsi dalam lomba Pemrograman Pascal di UNISBANK Semarang. SMA Negeri 1 Ajibarang dapat meraih juara 2 tingkat provinsi dalam lomba karate, juara 1 tingkat nasional dalam lomba menembak dan lain sebagainya. Prestasi-prestasi yang telah diraih pastinya tidak terlepas dari peranan para guru yang mengajar di sekolah-sekolah tersebut.

Peristiwa kecurangan-kecurangan yang terkait dengan ujian nasional yang terjadi di sekolah-sekolah khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di kabupaten Banyumas menjadi sebuah fenomena yang perlu dikaji lebih dalam. Maka dari itu, penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Moralitas dan Kreativitas Guru Akuntansi Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMA Negeri Se-

Kabupaten Banyumas”.

I.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah berdasarkan pada latar belakang di atas adalah sebagai berikut :

1. Adakah pengaruh moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se- kabupaten Banyumas baik secara simultan maupun secara parsial?

2. Seberapa besar pengaruh moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se- kabupaten Banyumas baik secara simultan maupun secara parsial?


(33)

I.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian sesuai dengan masalah yang dikemukakan di atas adalah : 1. Untuk mengetahui adanya pengaruh moralitas dan kreativitas guru akuntansi

terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se-kabupaten Banyumas baik secara simultan maupun secara parsial.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri se-kabupaten Banyumas baik secara simultan maupun secara parsial.

I. 4 MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru agar tetap menjaga moralitas dan kreativitas sebagai tenaga pendidik dan lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas agar hasil belajar siswa lebih baik dan memuaskan. Bagi para siswa diharapkan agar tetap belajar lebih giat dan tetap waspada dengan lingkungan sekolah yang tidak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di sekolah. Serta dapat mengikuti perkembangan teknologi agar bisa menyesuaikan diri dengan dunia pendidikan dimasa mendatang.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat membantu sekolah agar tidak lagi mengedepankan keegoisan semata, tetapi harus lebih mengedepankan masa depan peserta didiknya dengan cara yang baik dan tidak menyimpang dari


(34)

moral. Fasilitas sekolah juga perlu dilengkapi demi tercapainya pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif, sehingga akan lebih memudahkan guru dan siswa dalam menjalankan proses belajar mengajar di sekolah. Tidak hanya itu, guru juga harus dapat memanfatkan fasilitas sekolah yang sudah ada untuk proses pembelajaran yang lebih kreatif dan inovatif demi tercapainya prestasi belajar yang optimal.


(35)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Prestasi Belajar 2.1.1Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Dalyono (2007:49) adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Banyak sekali definisi tentang belajar yang diungkap oleh beberapa ahli, beberapa diantaranya yang tertulis dalam bukunya Anni (2006:2) adalah sebagai berikut :

1. Gagne dan Barliner (1983:252) menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman. 2. Morgan et al. (1986:140) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan

relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.

3. Slavin (1994:152) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.


(36)

4. Gagne (1977:3) menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan.

Definisi belajar yang diungkapkan oleh beberapa ahli dalam bukunya Dalyono (2007:211) adalah sebagi berikut :

1. Witherington, dalam buku Educational Psychology mengemukakan : “Belajar

adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,

kepandaian, atau suatu pengertian”.

2. Morgan, dalam buku Introduktion to Psychology (1978) mengemukakan :

”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”.

3. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning (1977) menyatakan bahwa:

”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan

mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya (performancenya) berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke

waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”.

4. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning (1975), mengemukakan:

“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap

sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,

pengaruh obat dan sebagainya)”.


(37)

5. Menurut Lee J. Croubach : ” Learning is shown by change in behavior as

result of experience“, artinya belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan definisi tentang belajar yang dikemukakan beberapa tokoh, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang belajar menurut Dalyono (2007:212-213), yaitu bahwa :

1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.

2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman atau latihan, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagi hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.

3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.


(38)

4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

2.1.2Tujuan Belajar

Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat. Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan sebagainya. Oleh karena itu, Dalyono (2007:35) menyebutkan beberapa tujuan belajar sebagai berikut :

1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak lagi cengeng dan sudah bisa bergaul dengan teman-temannya.

2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik seperti merokok, minum minuman yang beralkohol tinggi, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasaan buruk itu harus diubah menjadi kebiasaan yang baik. Hal seperti ini sangat merugikan diri seseorang. Kebiasaan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagiaan, tetapi sebaliknya adalah sebagai jalan menuju kemelaratan. Cara menghilangkannya adalah dengan


(39)

belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.

3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya seoarang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya, tetapi setelah sering mendengar, mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah agama, sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang tuanya.

4. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seseorang yang terampil bermain piano, gitar, bulu tangkis maupun yang lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sungguh-sungguh, serius, rajin dan tekun.

5. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa Inggris menjadi bisa semuanya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu, setiap orang diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.

2.1.3Prinsip – Prinsip Belajar

Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita yang didambakan. Karena itu, tidak boleh


(40)

lalai, tidak boleh malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi harus memanfaatkannya dengan seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan di kemudian hari. Dalyono (2007:51) mengungkapkan beberapa prinsip belajar sebagai berikut :

1. Kematangan Jasmani dan Rohani

Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar, misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya.

2. Memiliki Kesiapan

Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yaitu dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh hasil belajar yang baik.

3. Memahami Tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh seorang pelajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil.


(41)

Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya, hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Dengan mengetahui tujuan belajar akan dapat mengadakan persiapan yang diperlukan, baik fisik maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat berjalan lancar dan berhasil dengan memuaskan.

4. Memiliki Kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan. Selain itu akan banyak waktu dan tenaga yang terbuang percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun akan memperoleh hasil yang maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang sudah memiliki kematangan, kesiapan serta memiliki tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja, bermalas-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan.

5. Ulangan dan Latihan

Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya ingatan.


(42)

2.1.4 Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan

tersebut (Tu‟u, 2004:75). Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru (Tu‟u, 2004:75).

Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi belajar dapat dinilai dengan cara:

1. Penilaian formatif

Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik (feedback), yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.


(43)

2. Penilaian Sumatif

Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.

Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar secara efektif di sekolah khususnya setelah siswa atau individu mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi. Siswa dituntut untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran, untuk mengembangkan diri dalam berbagai aspek baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan membentuk satu hierarki suatu tujuan yang ingin dicapai. Sehingga proses belajar di dalam kelas dibuat seefektif mungkin agar dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan didapat oleh siswa.

Pencapaian prestasi belajar akuntansi dalam mata pelajaran akuntansi biasanya ditunjukan dengan angka yang dicerminkan seberapa besar siswa mampu menguasai materi yang telah diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar akuntansi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam pelajaran akuntansi setelah evaluasi atau tes yang ditunjukan dengan nilai yang diberikan oleh guru akuntansi. Prestasi belajar tersebut meliputi tiga aspek yaitu :

a. Aspek kognitif yaitu dengan belajar akuntansi siswa dapat mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis mengenai strategi yang dapat dilakukan seorang pengusaha untuk dapat mengoptimalkan laba dan meminimalkan kerugian.


(44)

b. Aspek afektif yaitu siswa dapat mempunyai sikap yang teliti, jujur, serta bertanggng jawab atas semua yang dilakukan, karena sebagai akibat dari adanya transaksi yang rumit dalam menyusunan siklus akuntansi.

c. Aspek psikomotorik yaitu dapat dilihat dari keterampilan siswa dalam mengumpulkan bukti transaksi, mambuat jurnal, serta membuat laporan keuangan.

Ketiga aspek tersebut harus dimiliki oleh setiap siswa. Karena dari ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan yang sangat berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa. Dalam penelitian ini, indikator yang dipakai sebagai prestasi belajar akuntansi adalah nilai rata-rata keseluruhan kelas yang diajar masing-masing guru yang diambil dari nilai rata-rata mata pelajaran akuntansi siswa semeter genap tahun ajaran 2010/2011.

2.1.5Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar siswa menurut Slameto (2003:54-72), dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1. Faktor intern (dalam), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yaitu :

a. Kondisi fisiologis, terdiri dari kondisi fisiologis secara umum (kesehatan) dan kondisi panca indra (terutama penglihatan dan pendengaran).

b. Kondisi psikologis, antara lain kecerdasan, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan dan kesiapan.


(45)

c. Faktor kelelahan, antara lain lelah fisik karena telah banyak melakukan aktivitas.

2. Faktor ekstern (luar), yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa yaitu :

a. Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.

b. Faktor sekolah, antara lain metode pengajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan sebagainya.

c. Faktor masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

2.1.6Faktor-faktor Penghambat Prestasi Belajar

Faktor penghambat dalam prestasi belajar menurut Tu‟u (2004:82) terdiri dari :

1. Penghambat dari dalam, meliputi : a. Faktor Kesehatan

Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran, sehingga menyebabkan prestasi siswa kemungkinan belum dapat optimal.

b. Faktor Kecerdasan

Siswa yang tingkat kecerdasannya rendah akan menyebabkan kemampuan mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat. Hasil yang dicapainya pun


(46)

belum sampai optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan belajar siswa.

c. Faktor Perhatian

Perhatian di sini terdiri dari perhatian dalam belajar di rumah dan di sekolah. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik bagi hasil pembelajaran.

d. Faktor Minat

Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Pembelajaran yang dikembangkan oleh guru tidak menimbulkan minat atau siswa sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran, hal ini akan membuat siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh sehingga hasil belajar tidak optimal.

e. Faktor Bakat

Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.

2. Penghambat dari luar, meliputi : a. Faktor Keluarga

Faktor ini dapat berupa faktor orang tua, faktor suasana rumah, dan faktor ekonomi keluarga. Ketiga faktor tersebut kerap kali menjadi penghambat bagi prestasi belajar siswa.


(47)

b. Faktor Sekolah

Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, faktor hubungan guru dengan siswa kurang dekat, faktor hubungan siswa dengan siswa, faktor guru dan faktor sarana sekolah. Faktor-faktor tersebut harus berjalan baik sehingga akan mendukung prestasi belajar siswa yang optimal.

c. Faktor Disiplin Sekolah

Bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar siswa. Misalnya, guru atau siswa yang tidak disiplin dibiarkan, guru atau siswa yang disiplin dibiarkan juga. Maka akan timbul rasa ketidakadilan pada para siswa.

d. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat terdiri dari faktor media massa, misalnya acara televisi, radio, majalah, dapat mengganggu waktu belajar. Faktor teman bergaul yang kurang baik, misalnya teman yang merokok, memakai obat-obat tropika, terlalu banyak bermain akan menghambat prestasi belajar siswa. e. Faktor Lingkungan Tetangga

Misalnya, banyak penganggur, berjudi, mencuri, minum-minum, cara berbicara kurang sopan. Lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada hasil prestasi siswa.

f. Faktor Aktivitas Organisasi

Bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar, dapat juga menggangu hasil belajar siswa apabila siswa tidak mengatur waktu dengan baik.


(48)

2.2 Konsep Tentang Guru 2.2.1Pengertian Guru

Secara etimologi (asal-usul kata), guru berasal dari bahasa India yang

artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dan kesengsaraan”. Dalam

Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686/MPK/1989

menyatakan bahwa “guru adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas,

wewenang dan tanggung jawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan

pendidikan di sekolah”. Secara legal formal yang dimaksudkan guru adalah siapa yang memperoleh Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun swasta untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu ia memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan sekolah. Sedangkan menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 (Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Hakikat seorang guru yaitu (1) guru merupakan agen pembaharuan, (2) guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai-nilai masyarakat, (3) guru sebagai fasilitator memungkinkan terciptanya kondisi yang baik bagi subjek didik untuk belajar, (4) guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar subjek didik, (5) pendidik tenaga kependidikan dituntut untuk menjadi contoh dalam pengelolaan proses belajar mengajar bagi calon guru yang menjadi subjek


(49)

didiknya, (6) guru bertanggung jawab secara professional untuk terus menerus meningkatkan kemampuannya, (7) guru menjujung tinggi kode etik profesional.

Di dalam kode etik guru Indonesia dituliskan, bahwa guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru Indonesia ketika menjalankan tugas-tugas profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

2.2.2Kode Etik Profesi Keguruan.

Pengertian kode etik menurut undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian pasal 28 menyatakan bahwa, ” Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di


(50)

etik merupakan pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam melaksanakan tugas dan dalam hidup sehari-hari.

Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI ke XIII, Basuni sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari pendapat Ketua Umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia terdapat dua unsur pokok yaitu, 1) sebagai landasan moral, dan 2) sebagai pedoman tingkah laku.

Uraian tentang kode etik profesi keguruan terlihat jelas bahwa kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai atau norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik, sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang sangat penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan.

Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh Indonesia, pertama dalam kongres ke XIII di


(51)

Jakarta tahun 1973, dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI ke XVI tahun 1989 di Jakarta. Adapun teks Kode Etik Guru Indonesia yang telah disempurnakan tersebut dalam Soetjipto dan Kosasi (1994:30) adalah sebagai berikut :

KODE ETIK GURU INDONESIA

Guru Indonesia menyadari, bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, Guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan memedomani dasar-dasar sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.

2. Guru memiliki dan melaksanakan kujujuran profesional.

3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar mngajar.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa tanggungjawab bersama terhadap pendidikan.

6. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekluargaan, dan kesetiakawanan sosial.

8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana penunjang dan pengabdian.

9. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan Pemerintah dalam bidang pendidikan.

2.3 Konsep Tentang Moralitas 2.3.1Pengertian Moral

Istilah moral menurut Daroeso (1986:22), berasal dari bahasa Latin. Bentuk

tunggal kata „moral‟ yaitu „mos’sedangkan bentuk jamaknya yaitu „mores’ yang masing-masing mempunyai arti yang sama yaitu „kebiasaan, adat‟. Dalam arti


(52)

adat-istiadat atau kebijaksanaan, kata “moral” mempunyai arti yang sama dengan

kata Yunani “ethos”, yang menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab kata

“moral” berarti budi pekerti adalah sama dengan “akhlak”, sedangkan dalam bahasa Indonesia, kata “moral” dikenal dengan arti “kesusilaan”. Dalam Kamus

Umum Bahasa Indonesia, yang disusun oleh W.J.S Purwadarminta, kata “moral” berarti ajaran tentang baik buruk perbuatan dan kelakuan (akhlak, kewajiban, dan sebagainya).

Bila dibandingkan dengan arti kata „etika‟, maka secara etimologis, kata ‟etika‟ sama dengan kata „moral‟ karena kedua kata tersebut sama-sama

mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat. Dengan kata lain, kalau arti kata ‟moral‟ sama dengan kata „etika‟, maka rumusan arti kata „moral‟ adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan yang membedakan hanya bahasa asalnya

saja yaitu „etika‟ dari bahasa Yunani dan „moral‟ dari bahasa Latin.

Beberapa jenis moral dalam artikel yang di tulis oleh Aridlowi yang

berjudul “Pendidikan dan Moralitas” antara lain: (1) moral realism (moral berdasarkan kondisi yang nyata atau realitas), (2) moral luck (moral yang dipengaruhi oleh faktor keberuntungan), (3) moral relativitism (moral yang bersifat relatif), (4) moral rational (moral berdasarkan penggunaan akal sehat atau prosedur rasional), (5) moral scepticism (moral yang menunjukkan sikap ragu-ragu karena tidak memberikan penilaian berdasarkan pengetahun), dan (6) moral personhood (moral yang ditentukan berdasarkan kesadaran, perasaan dan tindakan pribadi atau merupakan bagian dari moral masyarakat.


(53)

Moral masyarakat menyangkut semua yang memerlukan pertimbangan moral dalam hal hak dan kewajiban. Kata moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia. Bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah tolak ukur untuk menentukan betul salahnya sikap dan tindakan manusia dilihat dari segi baik buruknya sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan terbatas. Norma-norma moral adalah tolak ukur yang dipakai masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan norma-norma moral kita betul-betul dinilai. Itulah sebabnya penilaian moral selalu berbobot. Seseorang dikatakan bermoral, jika orang tersebut bertingkah laku sesuai dengan norma-norma yang terdapat dalam masyarakat, baik apakah itu norma agama, norma hukum, dan sebagainya.

Pemahaman tentang moral menurut Wila Huky dalam Daroeso (1986:22) dapat dipahami dengan 3 cara yaitu :

1. Moral sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan diri pada kesadaran, bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

2. Moral sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu.

3. Moral adalah ajaran tentang tingkah laku yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu.


(54)

Pada dasarnya anak lahir tanpa suatu bentuk kesadaran. Anak kecil dapat dikatakan belum memiliki peranan moral. Ia belum dapat membedakan mana yang baik, mana yang buruk, mana yang salah dan mana yang benar. Perasaan moral yang dimiliki kemudian sebenarnya datang dari masyarakat dimulai dari lingkungan keluarga sampai pada lingkungan yang luas. Perkembangan kesadaran moral adalah bertahap. Tahapan perkembangan moral menurut Nouman J. Bull dalam Daroeso (1986:29) menyimpulkan bahwa ada 4 tahapan yaitu :

1. Anomi (without law)

Dengan tahap anomi, anak belum memiliki perasaan moral dan belum ada perasaan untuk menaati peraturan-peraturan.

2. Heteronami (law imposed by other)

Pada tahap ini moralitas terbentuk karena pengaruh luar (external morality). Pada heteronomi ini peraturan dipaksakan oleh orang lain dengan pengawasan, kekuatan atau paksaan, karena itulah peraturan tersebut di atas.

3. Sosionomi (law driving from society)

Tahap sosionomi merupakan suatu kenyataan adanya kerjasama antar individu, menjadi individu sadar bahwa dirinya merupakan anggota kelompok.

4. Autonomi (law driving from self)

Tahap autonomi merupakan tahapan perkembangan pertimbangan moral yang paling tinggi. Pembentukan moral dari individu bersumber pada diri individu sendiri, termasuk di dalamnya pengawasan tingkah laku moral individu tersebut.


(1)

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

1

G1

5

3

4

4

2

3

4

4

5

5

3

5

4

2

5

4

3

4

4

3

5

4

85

7225

2

G2

4

3

4

5

3

2

5

4

3

5

5

5

2

4

4

3

3

5

4

4

4

5

86

7396

3

G3

1

2

3

3

3

2

2

2

2

2

3

2

4

2

3

3

3

2

2

1

2

4

53

2809

4

G4

3

3

3

3

2

3

3

2

4

2

3

3

1

5

2

3

3

2

3

3

3

4

63

3969

5

G5

2

4

3

3

3

3

3

4

4

3

3

4

1

5

3

4

4

4

3

3

3

4

73

5329

6

G6

2

3

2

2

2

3

4

2

2

2

2

3

1

2

2

3

3

2

2

2

2

2

50

2500

7

G7

3

2

3

3

3

3

4

4

3

3

3

4

4

4

4

3

3

4

4

3

3

4

74

5476

8

G8

2

2

2

2

2

2

2

3

1

2

2

2

3

2

5

3

3

2

1

1

1

4

49

2401

9

G9

4

3

3

3

4

4

4

4

4

5

3

5

2

4

5

3

5

4

4

3

4

4

84

7056

10

G10

1

2

1

2

2

2

2

2

2

2

3

2

3

1

2

3

3

4

3

1

2

4

49

2401

11

G11

5

5

4

5

5

3

5

3

5

1

4

5

3

5

5

4

5

5

4

3

5

4

93

8649

12

G12

5

4

3

4

4

4

4

4

4

4

4

4

2

2

5

3

3

2

3

3

3

4

78

6084

13

G13

3

4

3

2

3

4

4

3

3

3

3

4

1

1

3

3

2

2

4

4

3

3

65

4225

14

G14

3

4

5

4

2

2

4

4

3

3

3

4

3

3

5

3

3

4

2

3

3

4

74

5476

15

G15

4

2

1

2

5

1

2

2

2

5

3

2

2

2

1

3

2

3

3

1

3

2

53

2809

47

46

44

47

45

41

52

47

47

47

47

54

36

44

54

48

48

49

46

38

46

56

1,029 73,805

173

154

146

163

151

123

196

159

167

173

155

214

104

158

222

156

164

179

154

112

158

218

3446

3285

3196

3416

3171

2897

3751

3373

3438

3331

3331

3943

2496

3193

3905

3338

3396

3526

3299

2780

3363

3931

k =

22

0.771 0.635 0.761 0.853 0.370 0.450 0.817 0.766 0.849 0.371 0.677 0.950 0.111 0.572 0.673 0.515 0.564 0.667 0.703 0.770 0.889 0.527

Σα²b =

15.25

0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514 0.514

α²t =

229.686

Valid

Valid

Valid

Valid

Tidak Tidak

Valid

Valid

Valid

Tidak

Valid

Valid

Tidak

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid r11 =

0.98

1.84

0.92

1.21

1.12

1.14

0.78

1.12

0.84

1.41

1.84

0.55

1.40

1.26

2.07

1.97

0.17

0.74

1.35

0.92

1.12

1.21

0.64

r

xy

r

tabel

Kriteria

s

b2

NO

Kode

resp

SX

SX

2

SXY

Reliabel

Y

Y

2

X2


(2)

1.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstanda

rdized

Residual

N

36

Normal Parameters

a

Mean

.0000000

Std. Deviation

4.525808

22

Most Extreme

Differences

Absolute

.114

Positive

.114

Negative

-.090

Kolmogorov-Smirnov Z

.683

Asymp. Sig. (2-tailed)

.739


(3)

2.

Uji Asumsi Klasik

a.

Uji Multikolenioeritas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 30.222 8.365 3.613 .001

Moralitas Guru

Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004 .877 1.140

Kreativitas Guru

Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001 .877 1.140

a. Dependent Variable: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

b.

Uji Heterokedastisitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -2.465 5.098 -.483 .632

Moralitas Guru

Akuntansi .050 .045 .204 1.123 .269

Kreativitas Guru

Akuntansi .003 .055 .011 .060 .952


(4)

3.

Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.222 8.365

3.613 .001

Moralitas Guru

Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004

Kreativitas Guru

Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001

b. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

4.

Uji Hipotesis Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 736.736 2 368.368 16.956 .000a

Residual 716.903 33 21.724

Total 1453.639 35

a. Predictors: (Constant), Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi b. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

5.

Uji Hipotesis Parsial (Uji t)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 30.222 8.365

3.613 .001

Moralitas Guru

Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004

Kreativitas Guru

Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001


(5)

6.

Koefisien Determinasi Ganda (Uji R

2

)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .712a .507 .477 4.66094

a. Predictors: (Constant), Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi

7.

Koefisien Determinasi Parsial (Uji r

2

)

Model

Correlations

Zero-order

Partial

Part

1 (Constant)

Moralitas Guru

Akuntansi

.565

.473

.377

Kreativitas Guru

Akuntansi

.604

.525

.433


(6)

Dokumen yang terkait

PENGARUH KREATIVITAS GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 DELITUA T.P 2015/2016.

1 4 31

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 11

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 16

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Konsentrasi Belajar Dan Kreativitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/1014.

0 1 15

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Konsentrasi Belajar Dan Kreativitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/1014.

0 2 12

PENGARUH MOTIVASI DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA Pengaruh Motivasi Dan Kreativitas Belajar Siswa Teriiadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran 2oi3i2oi4.

0 0 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi guru dan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar Akuntasi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ka

0 1 15

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KOMUNIKASI GURU SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KELAS X1 SMA Pengaruh Kemampuan Logika dan Komunikasi Guru Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Kelas XI SMA Negeri I Karangpandan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 17

Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Dan Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Akuntansi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sma Negeri 7 Bandung.

1 1 52

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI AKUNTANSI DI SMA NEGERI 11 SEMARANG.

0 0 1