Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum objek penelitian, deskripsi data masing-masing variabel penelitian dan pengaruh 2 variabel bebas yaitu variabel moralitas guru akuntansi X 1 dan variabel kreativitas guru akuntansi X 2 , dengan satu variabel dependen yaitu prestasi belajar akuntansi siswa Y.

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Kabupaten Banyumas dapat disebut sebagai Kota Pendidikan, salah satu dasarnya adalah begitu banyaknya institusi pendidikan tinggi negeri maupun swasta, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, dari yang sudah memiliki sejarah panjang dari jaman sebelum kemerdekaan penjajahan Belanda dan Jepang sampai yang baru belakangan berdiri. Jumlah sarana pendidikan formal yang terdapat di Kabupaten Banyumas disajikan dalam tabel berikut : Tabel 4.1 Data Sekolah di Kabupaten Banyumas Pendidikan Formal TK atau RA SD atau MI SMP atau MTs SMA atau MA SMK Perguruan Tinggi Lain- Lain Negeri 3 965 106 22 9 1 1 Swasta 676 202 112 31 53 20 3 Total 679 1.167 218 62 62 21 4 Sumber : Data Pokok Pendidikan DAPODIK Wilayah Kabupaten Banyumas 20102011. 83 Tabel 4.1 menunjukan dari 22 SMA atau MA Negeri yang terdapat di Kabupaten Banyumas 14 diantaranya adalah Sekolah Menengah Atas SMA Negeri. 14 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 Daftar Nama Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupoaten Banyumas. Upaya yang dilakukan oleh masing-masing sekolah bekerja sama dengan dinas terkait dalam rangka peningkatan pendidikan di Kabupaten Banyumas terus dilakukan. Sejauh ini telah terbentuk Sekolah Rintisan Berbasis Internasional RSBI di beberapa sekolah di Kabupaten Banyumas, diantaranya adalah SMA Negeri 1 Purwokerto, SMA Negeri 2 Purwokerto, SMA Negeri Banyumas dan SMA Negeri Ajibarang. Upaya ini ini dilakukan demi terciptanya pendidikan yang berkualitas dan dapat menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas yang siap berperan dalam menghadapi arus globalisasi.

4.1.2 Deskriptif Persentase Variabel Moralitas Guru Akuntansi

Variabel moralitas guru akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terlihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.2 Distribusi Moralitas Guru Akuntansi Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 4838,5 – 5760 3916,9 – 4838,4 2995,3 – 3916,8 2073,3 – 2995,5 1152 – 2073,6 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 1 21 14 3 58 39 4130 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.2 menerangkan bahwa persentase moralitas guru akuntansi tertinggi sebesar 58 dengan kriteria tinggi dan persentase terendah sebesar 3 yang memiliki kriteria sangat tinggi, serta tidak terdapat guru yang memiliki kriteria rendah dan sangat rendah. Rata-rata moralitas guru akuntansi dikategorikan tinggi dengan skor rata-rata 4130 dan tingkat persentase sebesar 72. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru akuntansi adalah sebagai berikut : Gambar 4.1 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tentang Distribusi Moralitas Guru Akuntansi Untuk lebih detailnya mengenai variabel moralitas guru akuntansi dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator tingkat moralitas berikut ini :

1. Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik

Pembuatan tabel indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 10 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 3 58 39 Moralitas Guru Akuntansi moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 10 x 36 = 1800 Data minimal = 1 x 10 x 36 = 360 Range = 1800 – 360 = 1440 Panjang interval = 14405 = 288 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.3 Distribusi Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 1513 – 1800 1224 – 1512 937 – 1224 649 – 936 360 – 648 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 3 8 18 6 8 22 50 17 1158 Sedang Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.3 menerangkan bahwa persentase tertinggi kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sedang sebesar 50, dan persentase terendah kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 8, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sangat rendah. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 64, Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik adalah sebagai berikut : Gambar 4.2 Diagram Batang Deskriptif Persentase Dostribusi Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik 2. Kemampuan Menciptakan Masyarakat Yang Bermoral Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal = 1 x 3 x 36 = 108 Range = 540 – 108 = 432 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 8 22 50 17 Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.4 Distribusi Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 453,7 – 540 367,3 – 453,6 280,9 – 367,2 194,5 – 280,8 108 – 194,4 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 6 8 12 6 4 17 22 33 17 11 347 Sedang Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.4 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berada dalam kategori sedang sebesar 33, dan persentase terendah kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berada dalam kategori sangat rendah sebesar 11. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 64. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral adalah sebagai berikut : Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral 3. Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral Pembuatan tabel indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal = 1 x 3 x 36 = 108 Range = 540 – 108 = 432 Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : 10 20 30 40 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 17 22 33 17 11 Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 453,7 – 540 367,3 – 453,6 280,9 – 367,2 194,5 – 280,8 108 – 194,4 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 4 7 6 9 10 11 19 17 25 28 293 Sedang Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.5 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sangat rendah sebesar 28, dan persentase terendah kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 11. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 54. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral adalah sebagai berikut : Gambar 4.4 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral. 10 20 30 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 11 19 17 25 28 Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral

4. Menciptakan Situasi Demokratis di Dalam Kelas

Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 2 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 2 x 36 = 360 Data minimal = 1 x 2 x 36 = 72 Range = 360 – 72 = 288 Panjang interval = 2885 = 57,6 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.6 Distribusi Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 302,5 – 360 244,9 – 302,4 187,3 – 244,8 129,7 – 187,2 72 – 129,6 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 13 18 4 1 36 50 11 3 289 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.6 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori tinggi sebesar 50, dan persentase terendah kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori rendah sebesar 3, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori sangat rendah. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 80. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas adalah sebagai berikut : Gambar 4. 5 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas.

5. Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum

Pembuatan tabel indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 36 50 11 3 Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal = 1 x 3 x 36 = 108 Range = 540 – 108 = 432 Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.7 Distribusi Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 453,7 – 540 367,3 – 453,6 280,9 – 367,2 194,5 – 280,8 108 – 194,4 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 12 9 13 2 33 25 36 6 409 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.7 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori sedang sebesar 36, dan persentase terendah kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori rendah sebesar 6, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori sangat rendah yaitu dengan persentase sebesar 0. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 76. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum adalah sebagai berikut : Gambar 4.6 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum

6. Kemampuan Menciptakan Budaya Kerja Sama

Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan budaya kerja sama berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 5 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan budaya kerja sama adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 5 x 36 = 900 Data minimal = 1 x 5 x 36 = 180 Range = 900 – 180 = 720 Panjang interval = 7205 = 144 10 20 30 40 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 33 25 36 6 Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Distribusi Kemampuan Menciptakan Budaya Kerja Sama Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 757 – 900 613 – 756 469 – 612 325 – 468 180 – 324 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 24 4 5 3 67 11 14 8 771 Sangat Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.8 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 67, dan persentase terendah kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori rendah dengan persentase sebesar 8, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat rendah yaitu dengan persentase sebesar 0. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 86. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan budaya kerja sama adalah sebagai berikut : Gambar 4.7 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tentang Distribusi Kemampuan Menciptakan budaya Kerja Sama

7. Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya

Pembuatan tabel indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal = 1 x 3 x 36 = 108 Range = 540 – 108 = 432 Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : 20 40 60 80 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 67 11 14 8 Kemampuan Menumbuhkan Budaya Kerja Sama Tabel 4.9 Distribusi Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 453,7 – 540 367,3 – 453,6 280,9 – 367,2 194,5 – 280,8 108 – 194,4 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 17 4 12 3 47 11 33 8 416 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.9 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 47, dan persentase terendah kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori rendah dengan persentase 8. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 77. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya adalah sebagai berikut : Gambar 4.8 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 47 11 33 8 Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya

8. Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral

Pembuatan tabel indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 2 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 2 x 36 = 360 Data minimal = 1 x 2 x 36 = 72 Range = 360 – 72 = 288 Panjang interval = 2885 = 57,6 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.10 Distribusi Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 302,5 – 360 244,9 – 302,4 187,3 – 244,8 129,7 – 187,2 72 – 129,6 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 12 17 3 2 2 33 47 8 6 6 275 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.10 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mengembangkan refleksi moral berada dalam kategori tinggi sebesar 47 dan persentase terendah kemampuan mengembangkan refleksi moral berada dalam kategori rendah dan sangat rendah dengan persentase masing-masing sebesar 6. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan mengembangkan refleksi moral berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 76. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral adalah sebagai berikut : Ganbar 4.9 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral. 9. Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik Pembuatan tabel indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 1 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 1 x 36 = 180 Data minimal = 1 x 1 x 36 = 36 Range = 180 – 36 = 144 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 33 47 8 6 6 Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral Panjang interval = 1445 = 28,8 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : Tabel 4.11 Distribusi Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 151,3 – 180 122,5 – 151,2 93,7 – 122,4 64,9 – 93,6 36 – 64,8 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 17 7 1 11 47 19 3 31 127 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.11 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 47, dan persentase terendah kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori sedang sebesar 3, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori rendah yaitu dengan persentase sebesar 0. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 71. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik adalah sebagai berikut : Gambar 4.10 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik

4.1.3 Deskriptif Persentase Variabel Kreativitas Guru Akuntansi

Pada variabel deskriptif variabel kreativitas guru akuntansi penilaian dilakukan dengan 3 indikator, yaitu 1 cara guru dalam merencanakan PBM Proses Belajar Mengajar, 2 cara guru dalam pelaksanaan PBM Proses Belajar Mengajar, 3 cara guru dalam mengadakan evaluasi. Variabel kreativitas guru akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terlihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 4.12 Distribusi Variabel Kreativitas Guru Akuntansi Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 2721,7 – 3240 2203,3 – 2721,6 1684,9 – 2203,2 1166,5 – 1684,8 648 – 1166,4 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 11 14 11 31 39 31 2 4 4 3 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011. 20 40 60 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 47 19 3 31 Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik Tabel 4.12 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kreativitas yang yang dimiliki oleh guru berada dalam kategori tinggi sebesar 39, dan persentase terendah kreativitas guru dalam kriteria sangat tinggi dan sedang masing-masing 31, tidak terdapat guru yang memiliki kreativitas dalam kategori rendah dan sangat rendah yaitu dengan persentase 0. Rata-rata kreativitas guru dikategorikan tinggi dengan skor rata-rata 2443 dan persentase sebesar 75. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru akuntansi adalah sebagai berikut : Gambar 4.11 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tingkat Kreativitas Guru Akuntansi. Untuk lebih detailnya mengenai variabel kreativitas guru akuntansi dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator tingkat kreativitas guru akuntansi berikut ini :

1. Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar

Pembuatan tabel indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 4 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel 10 20 30 40 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 31 39 31 Kreativitas Guru Akuntansi kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 4 x 36 = 720 Data minimal = 1 x 4 x 36 = 144 Range = 720 – 144 = 576 Panjang interval = 5765 = 115,2 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.13 Distribusi Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 575,2 – 690 459,9 – 575,1 344,6 – 459,8 229,3 – 344,5 114 – 229,2 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 22 8 6 61 22 17 602 Sangat Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.13 menjelaskan bahwa persentase tertinggi perencanaan proses belajar mengajar berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 61, dan persentase terendah perencanaan proses belajar mengajar dalam kategori sedang sebesar 17, tidak terdapat guru yang mempunyai perencanaan proses belajar mengajar dalam kategori rendah dan sangat rendah yaitu ditunjukan dengan tingkat persentase 0 pada kategori rendah dan sangat rendah. Secara keseluruhan kreativitas guru dalam merencanakan proses belajar mengajar termasuk kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 84. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: Gambar 4.12 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar

2. Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

Pembuatan tabel indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 9 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 9 x 36 = 1620 Data minimal = 1 x 9 x 36 = 324 Range = 720 – 144 = 1296 20 40 60 80 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 61 22 17 Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar Panjang interval = 12965 = 259,2 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini: Tabel 4.14 Distribusi Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 1361,2 – 1620 1101,9 – 1361,1 842,6 – 1101,8 583,3 – 842,5 324 – 583,2 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 8 13 10 5 22 36 28 14 1143 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.14 menjelaskan bahwa persentase tertinggi pelaksanaan proses belajar mengajar berada dalam kategori tinggi sebesar 36, dan persentase terendah pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kategori rendah sebesar 14, serta tidak terdapat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kriteria sangat rendah. Secara keseluruhan kreativitas guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 71. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut : Gambar 4.13 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar

3. Cara Guru Dalam Mengadakan Evaluasi.

Pembuatan tabel indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang digunakan berjumlah 5 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi adalah sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 5 x 36 = 900 Data minimal = 1 x 5 x 36 = 180 Range = 900 – 180 = 720 Panjang interval = 9005 = 144 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini : 10 20 30 40 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 22 36 28 14 Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar Tabel 4.15 Distribusi Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi Interval skor Kriteria Frekuensi Persentase Skor Rata-Rata Kategori 757 – 900 613 – 756 470 – 612 325 – 468 180 – 324 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 13 9 14 36 25 39 698 Tinggi Jumlah 36 100 Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.15 menjelaskan bahwa persentase tertinggi dalam mengadakan evaluasi termasuk kategori sedang sebesar 39, dan persentase terendah dalam mengadakan evaluasi termasuk kategori sedang sebesar 25, serta tidak terdapat guru yang memiliki kreativitas dalam mengadakan evaluasi dengan kriteria rendah dan sangat rendah. Secara keseluruhan kreativitas guru dalam mengadakan evaluasi termasuk kategori tinggi dengan persentase sebesar 78. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi adalah sebagai berikut : Gambar 4.14 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi. 10 20 30 40 Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah 36 25 39 Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi

4.1.4 Deskriptif Persentase Variabel Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

Penilaian prestasi belajar akuntansi siswa di SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas ditunjukkan dengan nilai ulangan harian mata pelajaran akuntansi siswa semeter genap tahun ajaran 20102011 yaitu nilai rata-rata dari keseluruhan kelas dari masing-masing guru yang mengajar. Gambaran tentang prestasi belajar akuntansi siswa berdasarkan analisis deskriptif persentase adalah sebagai berikut : Tabel 4.16 Distribusi Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Interval Kriteria Prestasi Belajar Akuntansi Frekuensi Persetase 86 – 100 Sangat Baik 3 8 81 – 85 Baik 20 56 71 – 80 Cukup Baik 13 36 61 – 70 Kurang Baik ≤ 60 Tidak Baik Jumlah 36 100 Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2011 Tabel 4.16 menjelaskan bahwa persentase tertinggi prestasi belajar siswa sebesar 56 termasuk dalam kategori baik, dan persentase terendah prestasi belajar siswa sebesar 8 termasuk dalam kategori sangat baik, serta tidak terdapat guru yang memiliki prestasi belajar siswa dengan kategori kurang baik dan tidak baik. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa adalah 82 yang termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang prestasi belajar akuntansi siswa : Gambar 4.15 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Prestasi Belajar Akuntansi Siswa.

4.1.5 Uji Normalitas Data

Menurut teori statistika model linier hanya residu dari variabel dependen Y yang wajib diuji normalitasnya, sedangkan variabel independen diasumsikan bukan fungsi distribusi, jadi tidak perlu diuji normalitasnya. Hasil output dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut : Tabel 4.17 Normalitas One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardiz ed Residual N 36 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation 4.52580822 Most Extreme Differences Absolute .114 Positive .114 Negative -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .683 Asymp. Sig. 2-tailed .739 a. Test distribution is Normal. Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2011 10 20 30 40 50 60 Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik 8 56 36 Prestasi Belajar Akuntansi Analisis data hasil Output : Uji normalitas data digunakan hipotesis sebagai berikut : H : Data berdistribusi normal H 1 : Data tidak berdistribusi normal Kriteria penerimaan H : H diterima jika nilai sig 2-tailed 5. Tabel 4.17 menunjukan nilai sig = 0,739 = 74 5 , maka H diterima. Artinya variabel prestasi belajar akuntansi siswa berdistribusi normal. Uji normalitas juga dapat dilihat pada grafik Normal P-P Plot, apabila pada grafik histogram memberikan pola distribusi tidak melenceng maka data tersebut dinyatakan berdistribusi normal, dan apabila pada grafik Normal P-P Plot titik-titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji normalitas dengan menggunakan grafik Normal P-P Plot sebagai berikut : Gambar 4.16 Normal P-P Plot Pada grafik P-P Plot terlihat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal maka variabel dependen Y memenuhi asumsi normalitas.

4.1.6 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat nilai toleransi dan Variance Inflation Factor VIF. Apabila nilai tolerance 10 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan tidak ada multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16 : Tabel 4.18 Uji Multikolonieritas Data Penelitian Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 Constant 30.222 8.365 3.613 .001 Moralitas Guru Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004 .877 1.140 Kreativitas Guru Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001 .877 1.140 a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Tabel 4.18 menunjukan besarnya VIF untuk X1 dan X2 sama-sama mempunyai nilai sebesar 1,140 dengan nilai tolerance 0,877. Jadi dapat disimpulkan bahwa variabel moralitas guru dan variabel kreativitas guru tidak mempunyai permasalahan multikolinieritas satu sama lain dikarenakan nilai VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1.

2. Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan penyebaran variabel bebas. Penyebaran yang acak menunjukan model regresi yang baik. Dengan kata lain tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di atas dan di bawah sumbu Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan program SPSS 16 : Gambar 4.17 Grafik Scatterplot Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.

4.1.7 Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Model ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat yaitu antara moralitas guru akuntansi X 1 , kreativitas guru akuntansi X 2 terhadap prestasi belajar akuntansi Y. Penentuan persamaan regresi dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda menggunakan SPSS release 16 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.19 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 30.222 8.365 3.613 .001 Moralitas Guru Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004 Kreativitas Guru Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001 a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Model regresi untuk menyatakan pengaruh moralitas guru akuntansi X1 dan kreativitas guru akuntansi X2 terhadap prestasi belajar akuntansi siswa Y adalah Y = 30,222+ 0,226X 1 + 0,317X 2 .

4.1.8 Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji F

Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen atau sering disebut uji kelinieran persamaan regresi. Dalam penelitian ini uji F dilakukan untuk mengetahui sejauh mana moralitas guru akuntansi dan kreativitas guru akuntansi mampu menjelaskan atau berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi siswa. Hipotesis : :   H Variabel dependen secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. : 1   H Variabel dependen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan : Ho diterima jika F hitung F tabel atau sig 5. H 1 diterima jika F hitung Ftabel dan sig 5. Untuk melakukan uji F dapat dilihat pada tabel anova berikut ini : Tabel 4.20 Uji Hipotesis Simultan Uji F test ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 736.736 2 368.368 16.956 .000 a Residual 716.903 33 21.724 Total 1453.639 35 a. Predictors: Constant, Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi b. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Pada tabel Anova 4.20 diperoleh nilai F = 16,956 3,276 nilai F tabel F 0,05;1;34 = 3,276 dan sig = 0,000 5 ini berarti variabel independen moralitas guru dan kreativitas guru secara simultan benar-benar berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Dengan kata lain variabel moralitas guru dan variabel kreativitas guru mampu menjelaskan besarnya variabel dependen prestasi belajar siswa. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel model summary berikut : Tabel 4.21 Uji Koefisien Determinasi Simultan R 2 Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .712 a .507 .477 4.66094 a. Predictors: Constant, Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Pada tabel 4.21 diperoleh nilai Adjusted R 2 = 0,477 = 47,7 ini berarti variabel bebas moralitas guru dan kreativitas guru secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa sebesar 47,7. Sedangkan untuk sisanya 52,3 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam penelitian ini.

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji t test

Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu parsial variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan atau tidak. Hasil output dari SPSS adalah sebagai berikut : Tabel 4.22 Uji Hipotesis Parsial t test Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 Constant 30.222 8.365 3.613 .001 Moralitas Guru Akuntansi .226 .073 .403 3.086 .004 Kreativitas Guru Akuntansi .317 .090 .463 3.545 .001 a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Hipotesis : Ho :  3 = 0, Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Ha :  3  0, Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan : Dengan tingkat kepercayaan = 95 atau  = 0,05. Derajat kebebasan df= n-k-1 = 36-2-1 = 33, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t 0,05 = 2.035. Ho diterima apabila Sig Sig 0,05 Ho ditolak apabila Sig Sig 0,05 Hasil pengujian statistik dengan SPSS pada variabel moralitas guru X 1 diperoleh nilai t hitung = 3,086 2,012 = t tabel , dan nilai probabilitas signifikansi = 0,004 5 jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel moralitas guru secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Artinya jika variabel moralitas guru akuntansi mengalami kenaikan satu satuan maka variabel prestasi belajar akuntansi siswa akan mengalami kenaikan sebesar 0,226 dengan asumsi variabel lain tetap. Variabel kreativitas guru X 2 diperoleh nilai t hitung = 3,545 2,012 = t tabel , dan nilai probabilitas signifikansi = 0,001 5 jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel independen kreativitas guru secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Artinya jika variabel kreativitas guru akuntansi mengalami kenaikan satu satuan maka variabel prestasi belajar akuntansi siswa akan mengalami kenaikan sebesar 0,317 dengan asumsi variabel lain tetap. Selain melakukan uji t maka perlu juga mencari besarnya koefisien determinasi parsialnya untuk masing-masing variabel bebas. Uji determinasi parsial ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara parsial kontribusi moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa bisa dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.23 Uji Koefisien Determinasi Parsial r 2 Coefficients a Sumber : Data yang diolah tahun 2011 Uji koefisien determinasi parsial tabel 4.23 diketahui besarnya r 2 moralitas guru akuntasni adalah 22,3, yang diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel moralitas guru dikuadratkan yaitu 0,473 2 . Hal ini berarti prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri di Kabupaten banyumas sebesar 22,3 ditentukan oleh moralitas guru akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 77,7 ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh kreativitas guru akuntansi adalah 27,5, yang diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel kreativitas guru dikuadratkan yaitu 0,525 2 . Hal ini berarti prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri di Kabupaten banyumas sebesar 27,5 ditentukan oleh kreativitas guru akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 72,5 ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini. Model Correlations Zero-order Partial Part 1 Constant Moralitas Guru Akuntansi .565 .473 .377 Kreativitas Guru Akuntansi .604 .525 .433 a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

4.2 Pembahasan

Dokumen yang terkait

PENGARUH KREATIVITAS GURU DAN FASILITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 DELITUA T.P 2015/2016.

1 4 31

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 11

PENGARUH KREATIVITAS GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Proses Pembelajaran dan Kemandirian Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI Seko

0 2 16

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Konsentrasi Belajar Dan Kreativitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/1014.

0 1 15

PENGARUH KONSENTRASI BELAJAR DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh Konsentrasi Belajar Dan Kreativitas Belajar Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS Di SMA Muhammadiyah 1 Sragen Tahun Ajaran 2013/1014.

0 2 12

PENGARUH MOTIVASI DAN KREATIVITAS BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PADA SISWA Pengaruh Motivasi Dan Kreativitas Belajar Siswa Teriiadap Prestasi Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas Xi Smk Negeri 1 Sragen Tahun Ajaran 2oi3i2oi4.

0 0 15

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU DAN KREATIVITAS BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI Pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi guru dan kreativitas belajar terhadap prestasi belajar Akuntasi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Ka

0 1 15

PENGARUH KEMAMPUAN LOGIKA DAN KOMUNIKASI GURU SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KELAS X1 SMA Pengaruh Kemampuan Logika dan Komunikasi Guru Siswa Terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Kelas XI SMA Negeri I Karangpandan Tahun Ajaran 2010/2011.

0 1 17

Pengaruh Kreativitas Mengajar Guru Dan Sikap Siswa Dalam Pembelajaran Akuntansi Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di Sma Negeri 7 Bandung.

1 1 52

PENGARUH PERSEPSI SISWA MENGENAI PELAJARAN EKONOMI AKUNTANSI DAN KOMPETENSI GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI AKUNTANSI DI SMA NEGERI 11 SEMARANG.

0 0 1