BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai gambaran umum objek penelitian, deskripsi data masing-masing variabel penelitian dan pengaruh 2
variabel bebas yaitu variabel moralitas guru akuntansi X
1
dan variabel kreativitas guru akuntansi X
2
, dengan satu variabel dependen yaitu prestasi belajar akuntansi siswa Y.
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Kabupaten Banyumas dapat disebut sebagai Kota Pendidikan, salah satu dasarnya adalah begitu banyaknya institusi pendidikan tinggi negeri maupun
swasta, dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi, dari yang sudah memiliki sejarah panjang dari jaman sebelum kemerdekaan penjajahan Belanda dan
Jepang sampai yang baru belakangan berdiri. Jumlah sarana pendidikan formal yang terdapat di Kabupaten Banyumas disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 4.1 Data Sekolah di Kabupaten Banyumas
Pendidikan Formal
TK atau
RA SD
atau MI
SMP atau
MTs SMA
atau MA
SMK Perguruan
Tinggi Lain-
Lain Negeri
3 965
106 22
9 1
1 Swasta
676 202
112 31
53 20
3
Total 679
1.167 218
62 62
21 4
Sumber : Data Pokok Pendidikan DAPODIK Wilayah Kabupaten Banyumas 20102011.
83
Tabel 4.1 menunjukan dari 22 SMA atau MA Negeri yang terdapat di Kabupaten Banyumas 14 diantaranya adalah Sekolah Menengah Atas SMA
Negeri. 14 Sekolah Menengah Atas SMA Negeri tersebut dapat dilihat pada lampiran 2 Daftar Nama Sekolah Menengah Atas Negeri se-Kabupoaten
Banyumas. Upaya yang dilakukan oleh masing-masing sekolah bekerja sama dengan
dinas terkait dalam rangka peningkatan pendidikan di Kabupaten Banyumas terus dilakukan. Sejauh ini telah terbentuk Sekolah Rintisan Berbasis Internasional
RSBI di beberapa sekolah di Kabupaten Banyumas, diantaranya adalah SMA Negeri 1 Purwokerto, SMA Negeri 2 Purwokerto, SMA Negeri Banyumas dan
SMA Negeri Ajibarang. Upaya ini ini dilakukan demi terciptanya pendidikan yang berkualitas dan dapat menciptakan lulusan-lulusan yang berkualitas yang
siap berperan dalam menghadapi arus globalisasi.
4.1.2 Deskriptif Persentase Variabel Moralitas Guru Akuntansi
Variabel moralitas guru akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terlihat dalam tabel sebagai
berikut :
Tabel 4.2 Distribusi Moralitas Guru Akuntansi
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 4838,5
– 5760 3916,9
– 4838,4 2995,3
– 3916,8 2073,3
– 2995,5 1152
– 2073,6 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
1 21
14 3
58 39
4130
Tinggi Jumlah
36 100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.2 menerangkan bahwa persentase moralitas guru akuntansi tertinggi sebesar 58 dengan kriteria tinggi dan persentase terendah sebesar 3 yang
memiliki kriteria sangat tinggi, serta tidak terdapat guru yang memiliki kriteria rendah dan sangat rendah. Rata-rata moralitas guru akuntansi dikategorikan tinggi
dengan skor rata-rata 4130 dan tingkat persentase sebesar 72. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru akuntansi
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tentang Distribusi Moralitas Guru Akuntansi
Untuk lebih detailnya mengenai variabel moralitas guru akuntansi dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator tingkat moralitas berikut ini :
1. Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik
Pembuatan tabel indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi
peserta didik berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 10 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 3
58 39
Moralitas Guru Akuntansi
moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta
didik adalah sebagai berikut :
Data maksimal = 5 x 10 x 36 = 1800
Data minimal = 1 x 10 x 36 = 360
Range = 1800
– 360 = 1440 Panjang interval = 14405 = 288
Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik, jika
ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Distribusi Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 1513
– 1800 1224
– 1512 937
– 1224 649
– 936 360
– 648 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah
Sangat Rendah
3 8
18 6
8 22
50 17
1158 Sedang
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.3 menerangkan bahwa persentase tertinggi kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sedang sebesar 50,
dan persentase terendah kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 8, serta tidak terdapat guru
yang mempunyai kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sangat rendah. Secara keseluruhan guru akuntansi
mempunyai kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 64, Diagram batang
deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menjadi model dan tentor bagi peserta didik adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.2 Diagram Batang Deskriptif Persentase Dostribusi Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik
2.
Kemampuan Menciptakan Masyarakat Yang Bermoral
Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral
adalah sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal
= 1 x 3 x 36 = 108 Range
= 540 – 108 = 432
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 8
22 50
17
Kemampuan Menjadi Model dan Tentor Bagi Peserta Didik
Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.4 Distribusi Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang
Bermoral
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori
453,7 – 540
367,3 – 453,6
280,9 – 367,2
194,5 – 280,8
108 – 194,4
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
6 8
12 6
4 17
22 33
17 11
347 Sedang
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.4 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berada dalam kategori sedang sebesar
33, dan persentase terendah kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral berada dalam kategori sangat rendah sebesar 11. Secara
keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral termasuk dalam kategori sedang dengan persentase sebesar
64. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan masyarakat yang bermoral
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.3 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral
3.
Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral
Pembuatan tabel indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang
digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral adalah
sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal
= 1 x 3 x 36 = 108 Range
= 540 – 108 = 432
Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
10 20
30 40
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 17
22 33
17 11
Kemampuan Menciptakan Masyarakat yang Bermoral
Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 453,7
– 540 367,3
– 453,6 280,9
– 367,2 194,5
– 280,8 108
– 194,4 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
4 7
6 9
10 11
19 17
25 28
293 Sedang
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.5 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sangat rendah sebesar
28, dan persentase terendah kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 11. Secara keseluruhan guru akuntansi
mempunyai kemampuan mempraktikan disiplin moral berada dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 54. Diagram batang deskriptif persentase
yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mempraktikan disiplin moral adalah sebagai berikut :
Gambar 4.4 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral.
10 20
30
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 11
19 17
25 28
Kemampuan Mempraktikan Disiplin Moral
4. Menciptakan Situasi Demokratis di Dalam Kelas
Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 2 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam
kelas adalah sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 2 x 36 = 360 Data minimal
= 1 x 2 x 36 = 72 Range
= 360 – 72 = 288
Panjang interval = 2885 = 57,6 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel
berikut ini :
Tabel 4.6 Distribusi Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 302,5
– 360 244,9
– 302,4 187,3
– 244,8 129,7
– 187,2 72
– 129,6 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
13 18
4 1
36 50
11 3
289 Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.6 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori tinggi
sebesar 50, dan persentase terendah kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori rendah sebesar 3, serta tidak
terdapat guru yang mempunyai kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori sangat rendah. Secara keseluruhan guru
akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 80. Diagram
batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan situasi demokrasi di dalam kelas adalah
sebagai berikut :
Gambar 4. 5 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas.
5. Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum
Pembuatan tabel indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 36
50 11
3
Kemampuan Menciptakan Situasi Demokrasi di Dalam Kelas
moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum adalah sebagai berikut :
Data maksimal = 5 x 3 x 36 = 540
Data minimal = 1 x 3 x 36 = 108
Range = 540
– 108 = 432 Panjang interval = 4325 = 86,4
Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum, jika ditinjau
dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.7 Distribusi Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 453,7
– 540 367,3
– 453,6 280,9
– 367,2 194,5
– 280,8 108
– 194,4 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
12 9
13 2
33 25
36
6 409
Tinggi Jumlah
36 100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.7 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori sedang
sebesar 36, dan persentase terendah kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori rendah sebesar 6, serta tidak
terdapat guru yang mempunyai kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori sangat rendah yaitu dengan persentase
sebesar 0. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan
mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 76. Diagram batang deskriptif persentase yang
menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum adalah sebagai berikut :
Gambar 4.6 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum
6. Kemampuan Menciptakan Budaya Kerja Sama
Pembuatan tabel indikator kemampuan menciptakan budaya kerja sama berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang
digunakan berjumlah 5 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menciptakan budaya kerja sama adalah
sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 5 x 36 = 900 Data minimal
= 1 x 5 x 36 = 180 Range
= 900 – 180 = 720
Panjang interval = 7205 = 144
10 20
30 40
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 33
25 36
6
Kemampuan Mewujudkan Nilai-Nilai Melalui Kurikulum
Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya, jika ditinjau dari
jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.8 Distribusi Kemampuan Menciptakan Budaya Kerja Sama
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 757
– 900 613
– 756 469
– 612 325
– 468 180
– 324 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
24 4
5 3
67 11
14
8 771
Sangat Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.8 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat tinggi dengan
persentase sebesar 67, dan persentase terendah kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori rendah dengan persentase sebesar
8, serta tidak terdapat guru yang mempunyai kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat rendah yaitu dengan
persentase sebesar 0. Secara keseluruhan guru akuntansi mempunyai kemampuan menciptakan budaya kerja sama berada dalam kategori sangat
tinggi dengan persentase sebesar 86. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan
menciptakan budaya kerja sama adalah sebagai berikut :
Gambar 4.7 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tentang Distribusi
Kemampuan Menciptakan budaya Kerja Sama
7. Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya
Pembuatan tabel indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 3 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya adalah
sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 3 x 36 = 540 Data minimal
= 1 x 3 x 36 = 108 Range
= 540 – 108 = 432
Panjang interval = 4325 = 86,4 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
20 40
60 80
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 67
11 14
8
Kemampuan Menumbuhkan Budaya Kerja Sama
Tabel 4.9 Distribusi Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 453,7
– 540 367,3
– 453,6 280,9
– 367,2 194,5
– 280,8 108
– 194,4 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
17 4
12 3
47 11
33
8 416
Tinggi Jumlah
36 100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.9 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori sangat tinggi sebesar
47, dan persentase terendah kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori rendah dengan persentase 8. Secara keseluruhan guru
akuntansi mempunyai kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 77. Diagram batang
deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan menumbuhkan kesadaran berkarya adalah sebagai berikut :
Gambar 4.8 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 47
11 33
8
Kemampuan Menumbuhkan Kesadaran Berkarya
8. Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral
Pembuatan tabel indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang
digunakan berjumlah 2 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral adalah
sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 2 x 36 = 360 Data minimal
= 1 x 2 x 36 = 72 Range
= 360 – 72 = 288
Panjang interval = 2885 = 57,6 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan mengembangkan refleksi moral, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.10 Distribusi Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 302,5
– 360 244,9
– 302,4 187,3
– 244,8 129,7
– 187,2 72
– 129,6 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
12 17
3 2
2 33
47 8
6 6
275 Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.10 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mengembangkan refleksi moral berada dalam kategori tinggi sebesar 47 dan
persentase terendah kemampuan mengembangkan refleksi moral berada dalam
kategori rendah dan sangat rendah dengan persentase masing-masing sebesar 6.
Secara keseluruhan
guru akuntansi
mempunyai kemampuan
mengembangkan refleksi moral berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 76. Diagram batang deskriptif persentase yang
menggambarkan variabel
moralitas guru
indikator kemampuan
mengembangkan refleksi moral adalah sebagai berikut :
Ganbar 4.9 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan
Mengembangkan Refleksi Moral.
9.
Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik
Pembuatan tabel indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang
digunakan berjumlah 1 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel moralitas guru indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik adalah
sebagai berikut : Data maksimal = 5 x 1 x 36 = 180
Data minimal = 1 x 1 x 36 = 36
Range = 180
– 36 = 144
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 33
47 8
6 6
Kemampuan Mengembangkan Refleksi Moral
Panjang interval = 1445 = 28,8 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel moralitas guru
indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 4.11 Distribusi Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 151,3
– 180 122,5
– 151,2 93,7
– 122,4 64,9
– 93,6 36
– 64,8 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
17 7
1
11 47
19 3
31 127
Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.11 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori sangat tinggi sebesar
47, dan persentase terendah kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori sedang sebesar 3, serta tidak terdapat guru yang
mempunyai kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori rendah yaitu dengan persentase sebesar 0. Secara keseluruhan guru
akuntansi mempunyai kemampuan mengajarkan resolusi konflik berada dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar 71. Diagram batang
deskriptif persentase yang menggambarkan variabel moralitas guru indikator kemampuan mengajarkan resolusi konflik adalah sebagai berikut :
Gambar 4.10 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Kemampuan
Mengajarkan Resolusi Konflik
4.1.3 Deskriptif Persentase Variabel Kreativitas Guru Akuntansi
Pada variabel deskriptif variabel kreativitas guru akuntansi penilaian dilakukan dengan 3 indikator, yaitu 1 cara guru dalam merencanakan PBM
Proses Belajar Mengajar, 2 cara guru dalam pelaksanaan PBM Proses Belajar Mengajar, 3 cara guru dalam mengadakan evaluasi. Variabel kreativitas guru
akuntansi SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas berdasarkan hasil analisis deskriptif persentase terlihat dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 4.12 Distribusi Variabel Kreativitas Guru Akuntansi
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 2721,7
– 3240 2203,3
– 2721,6 1684,9
– 2203,2 1166,5
– 1684,8 648
– 1166,4 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
11 14
11 31
39 31
2 4
4 3
Tinggi Jumlah
36 100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011.
20 40
60
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 47
19 3
31
Kemampuan Mengajarkan Resolusi Konflik
Tabel 4.12 menjelaskan bahwa persentase tertinggi kreativitas yang yang dimiliki oleh guru berada dalam kategori tinggi sebesar 39, dan persentase
terendah kreativitas guru dalam kriteria sangat tinggi dan sedang masing-masing 31, tidak terdapat guru yang memiliki kreativitas dalam kategori rendah dan
sangat rendah yaitu dengan persentase 0. Rata-rata kreativitas guru dikategorikan tinggi dengan skor rata-rata 2443 dan persentase sebesar 75.
Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru akuntansi adalah sebagai berikut :
Gambar 4.11 Diagram Batang Deskriptif Persentase Tingkat Kreativitas Guru Akuntansi.
Untuk lebih detailnya mengenai variabel kreativitas guru akuntansi dapat dilihat dari deskripsi tiap-tiap indikator tingkat kreativitas guru akuntansi berikut
ini :
1. Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar
Pembuatan tabel indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 4 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel
10 20
30 40
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 31
39 31
Kreativitas Guru Akuntansi
kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
Data maksimal = 5 x 4 x 36 = 720
Data minimal = 1 x 4 x 36 = 144
Range = 720
– 144 = 576 Panjang interval = 5765 = 115,2
Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar, jika ditinjau
dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.13 Distribusi Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 575,2
– 690 459,9
– 575,1 344,6
– 459,8 229,3
– 344,5 114
– 229,2 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
22 8
6 61
22 17
602 Sangat
Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.13 menjelaskan bahwa persentase tertinggi perencanaan proses belajar mengajar berada dalam kategori sangat tinggi sebesar 61, dan
persentase terendah perencanaan proses belajar mengajar dalam kategori sedang sebesar 17, tidak terdapat guru yang mempunyai perencanaan proses
belajar mengajar dalam kategori rendah dan sangat rendah yaitu ditunjukan dengan tingkat persentase 0 pada kategori rendah dan sangat rendah. Secara
keseluruhan kreativitas guru dalam merencanakan proses belajar mengajar termasuk kategori sangat tinggi dengan persentase sebesar 84. Diagram
batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah
sebagai berikut:
Gambar 4.12 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar
2. Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Pembuatan tabel indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket
yang digunakan berjumlah 9 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut : Data maksimal
= 5 x 9 x 36 = 1620 Data minimal
= 1 x 9 x 36 = 324 Range
= 720 – 144 = 1296
20 40
60 80
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 61
22 17
Cara Guru dalam Merencanakan Proses Belajar Mengajar
Panjang interval = 12965 = 259,2 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru
indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 4.14 Distribusi Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Interval skor Kriteria
Frekuensi Persentase
Skor Rata-Rata
Kategori 1361,2
– 1620 1101,9
– 1361,1 842,6
– 1101,8 583,3
– 842,5 324
– 583,2 Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat Rendah
8 13
10 5
22 36
28 14
1143 Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.14 menjelaskan bahwa persentase tertinggi pelaksanaan proses belajar mengajar berada dalam kategori tinggi sebesar 36, dan persentase
terendah pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kategori rendah sebesar 14, serta tidak terdapat pelaksanaan proses belajar mengajar dalam kriteria
sangat rendah. Secara keseluruhan kreativitas guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar termasuk dalam kategori tinggi dengan persentase sebesar
71. Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.13 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
3. Cara Guru Dalam Mengadakan Evaluasi.
Pembuatan tabel indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi berdasarkan atas angket yang digunakan dalam penelitian. Angket yang
digunakan berjumlah 5 butir pertanyaan. Kelas kategori untuk variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi adalah sebagai
berikut : Data maksimal
= 5 x 5 x 36 = 900 Data minimal
= 1 x 5 x 36 = 180 Range
= 900 – 180 = 720
Panjang interval = 9005 = 144 Perhitungan analisis deskriptif persentase menunjukan variabel kreativitas guru
indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi, jika ditinjau dari jawaban masing-masing guru diperoleh hasil seperti pada tabel berikut ini :
10 20
30 40
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 22
36 28
14
Cara Guru dalam Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
Tabel 4.15 Distribusi Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi
Interval skor
Kriteria Frekuensi
Persentase Skor
Rata-Rata Kategori
757 – 900
613 – 756
470 – 612
325 – 468
180 – 324
Sangat Tinggi Tinggi
Sedang Rendah
Sangat Rendah
13 9
14 36
25 39
698 Tinggi
Jumlah 36
100
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.15 menjelaskan bahwa persentase tertinggi dalam mengadakan evaluasi termasuk kategori sedang sebesar 39, dan persentase terendah dalam
mengadakan evaluasi termasuk kategori sedang sebesar 25, serta tidak terdapat guru yang memiliki kreativitas dalam mengadakan evaluasi dengan
kriteria rendah dan sangat rendah. Secara keseluruhan kreativitas guru dalam mengadakan evaluasi termasuk kategori tinggi dengan persentase sebesar 78.
Diagram batang deskriptif persentase yang menggambarkan variabel kreativitas guru indikator cara guru dalam mengadakan evaluasi adalah sebagai
berikut :
Gambar 4.14 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi.
10 20
30 40
Sangat Tinggi
Tinggi Sedang
Rendah Sangat
Rendah 36
25 39
Cara Guru dalam Mengadakan Evaluasi
4.1.4 Deskriptif Persentase Variabel Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Penilaian prestasi belajar akuntansi siswa di SMA Negeri se-Kabupaten Banyumas ditunjukkan dengan nilai ulangan harian mata pelajaran akuntansi
siswa semeter genap tahun ajaran 20102011 yaitu nilai rata-rata dari keseluruhan kelas dari masing-masing guru yang mengajar. Gambaran tentang prestasi belajar
akuntansi siswa berdasarkan analisis deskriptif persentase adalah sebagai berikut :
Tabel 4.16 Distribusi Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Interval Kriteria
Prestasi Belajar Akuntansi Frekuensi
Persetase 86
– 100 Sangat Baik
3 8
81 – 85
Baik 20
56 71
– 80 Cukup Baik
13 36
61 – 70
Kurang Baik ≤ 60
Tidak Baik Jumlah
36 100
Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2011
Tabel 4.16 menjelaskan bahwa persentase tertinggi prestasi belajar siswa sebesar 56 termasuk dalam kategori baik, dan persentase terendah prestasi
belajar siswa sebesar 8 termasuk dalam kategori sangat baik, serta tidak terdapat guru yang memiliki prestasi belajar siswa dengan kategori kurang baik dan tidak
baik. Sedangkan rata-rata prestasi belajar siswa adalah 82 yang termasuk dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya berikut disajikan diagram batang tentang
prestasi belajar akuntansi siswa :
Gambar 4.15 Diagram Batang Deskriptif Persentase Distribusi Prestasi Belajar Akuntansi Siswa.
4.1.5 Uji Normalitas Data
Menurut teori statistika model linier hanya residu dari variabel dependen Y yang wajib diuji normalitasnya, sedangkan variabel independen diasumsikan
bukan fungsi distribusi, jadi tidak perlu diuji normalitasnya. Hasil output dari pengujian normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :
Tabel 4.17 Normalitas One-Sample Kolmogorof-Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardiz ed Residual
N 36
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 4.52580822
Most Extreme Differences
Absolute .114
Positive .114
Negative -.090
Kolmogorov-Smirnov Z .683
Asymp. Sig. 2-tailed .739
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Data penelitian yang diolah tahun 2011
10 20
30 40
50 60
Sangat Baik Baik
Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik 8
56 36
Prestasi Belajar Akuntansi
Analisis data hasil Output : Uji normalitas data digunakan hipotesis sebagai berikut :
H : Data berdistribusi normal
H
1
: Data tidak berdistribusi normal Kriteria penerimaan H
: H
diterima jika nilai sig 2-tailed 5. Tabel 4.17 menunjukan nilai sig = 0,739 = 74 5 , maka H
diterima. Artinya variabel prestasi belajar akuntansi siswa berdistribusi normal. Uji normalitas juga
dapat dilihat pada grafik Normal P-P Plot, apabila pada grafik histogram memberikan pola distribusi tidak melenceng maka data tersebut dinyatakan
berdistribusi normal, dan apabila pada grafik Normal P-P Plot titik-titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Uji
normalitas dengan menggunakan grafik Normal P-P Plot sebagai berikut :
Gambar 4.16 Normal P-P Plot
Pada grafik P-P Plot terlihat data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal maka variabel
dependen Y memenuhi asumsi normalitas.
4.1.6 Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang
baik tidak terjadi korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonearitas di dalam model regresi adalah dengan melihat
nilai toleransi dan Variance Inflation Factor VIF. Apabila nilai tolerance 10 dan nilai VIF 10, maka dapat disimpulkan tidak ada
multikolinieritas antar variabel bebas dalam model regresi. Berikut hasil perhitungan menggunakan program SPSS 16 :
Tabel 4.18 Uji Multikolonieritas Data Penelitian
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta
Tolerance VIF
1 Constant 30.222
8.365 3.613 .001
Moralitas Guru Akuntansi
.226 .073
.403 3.086 .004
.877 1.140
Kreativitas Guru Akuntansi
.317 .090
.463 3.545 .001
.877 1.140
a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Tabel 4.18 menunjukan besarnya VIF untuk X1 dan X2 sama-sama mempunyai nilai sebesar 1,140 dengan nilai tolerance 0,877. Jadi dapat
disimpulkan bahwa variabel moralitas guru dan variabel kreativitas guru tidak mempunyai permasalahan multikolinieritas satu sama lain dikarenakan nilai
VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1.
2. Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Heteroskedastisitas menunjukan penyebaran variabel bebas. Penyebaran yang acak menunjukan model regresi yang baik. Dengan kata lain tidak
terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengamati grafik scatterplot dengan pola titik-titik yang menyebar di
atas dan di bawah sumbu Y. Berikut hasil pengolahan menggunakan program SPSS 16 :
Gambar 4.17 Grafik Scatterplot
Pada grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi ini.
4.1.7 Analisis Regresi Berganda
Pengujian hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Model ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat yaitu antara moralitas guru akuntansi X
1
, kreativitas guru akuntansi X
2
terhadap prestasi belajar akuntansi Y. Penentuan persamaan regresi dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda menggunakan
SPSS release 16 yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.19 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 30.222
8.365 3.613
.001 Moralitas Guru
Akuntansi .226
.073 .403
3.086 .004
Kreativitas Guru Akuntansi
.317 .090
.463 3.545
.001 a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Model regresi untuk menyatakan pengaruh moralitas guru akuntansi X1 dan kreativitas guru akuntansi X2 terhadap prestasi belajar akuntansi siswa Y
adalah Y = 30,222+ 0,226X
1
+ 0,317X
2
.
4.1.8 Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan Uji F
Uji F dilakukan untuk melihat keberartian pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen atau sering disebut
uji kelinieran persamaan regresi. Dalam penelitian ini uji F dilakukan untuk mengetahui sejauh mana moralitas guru akuntansi dan kreativitas guru
akuntansi mampu menjelaskan atau berpengaruh terhadap prestasi belajar akuntansi siswa.
Hipotesis : :
H Variabel dependen secara simultan tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
:
1
H
Variabel dependen secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengambilan keputusan : Ho diterima jika F
hitung
F tabel atau sig 5. H
1
diterima jika F
hitung
Ftabel dan sig 5. Untuk melakukan uji F dapat dilihat pada tabel anova berikut ini :
Tabel 4.20 Uji Hipotesis Simultan Uji F test
ANOVA
b
Model Sum of
Squares df
Mean Square F
Sig. 1
Regression 736.736
2 368.368
16.956 .000
a
Residual 716.903
33 21.724
Total 1453.639
35 a. Predictors: Constant, Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi
b. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Pada tabel Anova 4.20 diperoleh nilai F = 16,956 3,276 nilai F tabel F
0,05;1;34
= 3,276 dan sig = 0,000 5 ini berarti variabel independen moralitas guru dan kreativitas guru secara simultan benar-benar
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Dengan kata lain variabel moralitas guru dan variabel
kreativitas guru mampu menjelaskan besarnya variabel dependen prestasi belajar siswa.
Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel model
summary berikut :
Tabel 4.21 Uji Koefisien Determinasi Simultan R
2
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .712
a
.507 .477
4.66094 a. Predictors: Constant, Kreativitas Guru Akuntansi, Moralitas Guru Akuntansi
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Pada tabel 4.21 diperoleh nilai Adjusted R
2
= 0,477 = 47,7 ini berarti variabel bebas moralitas guru dan kreativitas guru secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa sebesar 47,7. Sedangkan untuk sisanya 52,3 dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak masuk dalam penelitian ini.
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial Uji t test
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah secara individu parsial variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
atau tidak. Hasil output dari SPSS adalah sebagai berikut :
Tabel 4.22 Uji Hipotesis Parsial t test
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. B
Std. Error Beta
1 Constant
30.222 8.365
3.613 .001
Moralitas Guru Akuntansi
.226 .073
.403 3.086
.004 Kreativitas Guru
Akuntansi .317
.090 .463
3.545 .001
a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Hipotesis : Ho :
3
= 0, Variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha :
3
0, Variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :
Dengan tingkat kepercayaan = 95 atau = 0,05. Derajat kebebasan
df= n-k-1 = 36-2-1 = 33, serta pengujian dua sisi diperoleh dari nilai t
0,05
= 2.035.
Ho diterima apabila Sig Sig 0,05 Ho ditolak apabila Sig Sig 0,05
Hasil pengujian statistik dengan SPSS pada variabel moralitas guru X
1
diperoleh nilai t
hitung
= 3,086 2,012 = t
tabel
, dan nilai probabilitas signifikansi = 0,004 5 jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel moralitas guru
secara statistik berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Artinya jika variabel moralitas guru akuntansi
mengalami kenaikan satu satuan maka variabel prestasi belajar akuntansi siswa akan mengalami kenaikan sebesar 0,226 dengan asumsi variabel lain
tetap. Variabel kreativitas guru X
2
diperoleh nilai t
hitung
= 3,545 2,012 = t
tabel
, dan nilai probabilitas signifikansi = 0,001 5 jadi Ho ditolak. Ini berarti variabel independen kreativitas guru secara statistik berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen prestasi belajar akuntansi siswa. Artinya jika variabel kreativitas guru akuntansi mengalami kenaikan satu
satuan maka variabel prestasi belajar akuntansi siswa akan mengalami kenaikan sebesar 0,317 dengan asumsi variabel lain tetap.
Selain melakukan uji t maka perlu juga mencari besarnya koefisien determinasi parsialnya untuk masing-masing variabel bebas. Uji determinasi
parsial ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Secara parsial
kontribusi moralitas dan kreativitas guru akuntansi terhadap prestasi belajar akuntansi siswa bisa dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.23 Uji Koefisien Determinasi Parsial r
2
Coefficients
a
Sumber : Data yang diolah tahun 2011
Uji koefisien determinasi parsial tabel 4.23 diketahui besarnya r
2
moralitas guru akuntasni adalah 22,3, yang diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel moralitas guru dikuadratkan yaitu 0,473
2
. Hal ini berarti prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri di Kabupaten
banyumas sebesar 22,3 ditentukan oleh moralitas guru akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 77,7 ditentukan oleh faktor-faktor lain yang
tidak dikaji dalam penelitian ini. Besarnya pengaruh kreativitas guru akuntansi adalah 27,5, yang
diperoleh dari koefisien korelasi parsial untuk variabel kreativitas guru dikuadratkan yaitu 0,525
2
. Hal ini berarti prestasi belajar akuntansi siswa SMA Negeri di Kabupaten banyumas sebesar 27,5 ditentukan oleh
kreativitas guru akuntansi, sedangkan sisanya sebesar 72,5 ditentukan oleh faktor-faktor lain yang tidak dikaji dalam penelitian ini.
Model Correlations
Zero-order Partial
Part 1 Constant
Moralitas Guru Akuntansi
.565 .473
.377 Kreativitas Guru
Akuntansi .604
.525 .433
a. Dependent Variabel: Prestasi Belajar Akuntansi Siswa
4.2 Pembahasan