BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Konsep Prestasi Belajar 2.1.1 Pengertian Belajar
Pengertian belajar menurut Dalyono 2007:49 adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang,
mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya Slameto, 2010:2. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan
hasil latihan melainkan perubahan kelakuan. Banyak sekali definisi tentang belajar yang diungkap oleh beberapa ahli, beberapa diantaranya yang tertulis
dalam bukunya Anni 2006:2 adalah sebagai berikut :
1. Gagne dan Barliner 1983:252 menyatakan bahwa belajar merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari pengalaman.
2. Morgan et al. 1986:140 menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman.
3. Slavin 1994:152 menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman.
17
4. Gagne 1977:3 menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan manusia yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan
perubahan perilaku itu tidak berasal dari proses pertumbuhan. Definisi belajar yang diungkapkan oleh beberapa ahli dalam bukunya
Dalyono 2007:211 adalah sebagi berikut : 1. Witherington, dalam buku Educational Psychology
mengemukakan : “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru dari reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
2. Morgan, dalam buku Introduktion to Psychology 1978 mengemukakan : ”Belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman”. 3. Gagne, dalam buku The Conditions of Learning 1977 menyatakan bahwa:
”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi
siswa sedemikian
rupa sehingga
perbuatannya performancenya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke
waktu sesudah ia mengalami situasi tadi”. 4. Hilgard dan Bower, dalam buku Theories of Learning 1975, mengemukakan:
“Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang
berulang-ulang dalam situasi itu, di mana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan,
kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan,
pengaruh obat dan sebagainya”.
5. Menurut Lee J. Croubach : ” Learning is shown by change in behavior as
result of experience“, artinya belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.
Berdasarkan definisi tentang belajar yang dikemukakan beberapa tokoh, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Beberapa elemen yang penting yang mencirikan pengertian tentang
belajar menurut Dalyono 2007:212-213, yaitu bahwa : 1. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu
dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
2. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui pengalaman atau latihan, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan
atau kematangan tidak dianggap sebagi hasil belajar, seperti perubahan- perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
3. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama
periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung
berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengenyampingkan perubahan-perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh
motivasi, kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang, yang biasanya hanya berlangsung sementara.
4. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut beberapa aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam
pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
2.1.2 Tujuan Belajar
Setiap manusia di mana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat.
Bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus,
les privat, bimbingan studi dan sebagainya. Oleh karena itu, Dalyono 2007:35 menyebutkan beberapa tujuan belajar sebagai berikut :
1. Belajar bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri antara lain tingkah laku, misalnya anak kecil yang tadinya sebelum memasuki sekolah bertingkah
laku manja, egois, cengeng, dan sebagainya, tetapi setelah beberapa bulan masuk sekolah dasar, tingkah lakunya berubah menjadi anak yang baik, tidak
lagi cengeng dan sudah bisa bergaul dengan teman-temannya. 2. Belajar bertujuan mengubah kebiasaan, dari yang buruk menjadi baik seperti
merokok, minum minuman yang beralkohol tinggi, bermalas-malasan dan sebagainya. Kebiasaan buruk itu harus diubah menjadi kebiasaan yang baik.
Hal seperti ini sangat merugikan diri seseorang. Kebiasaan yang buruk adalah penghambat atau perintang jalan menuju kebahagiaan, tetapi sebaliknya adalah
sebagai jalan menuju kemelaratan. Cara menghilangkannya adalah dengan
belajar melatih diri menjauhkan kebiasaan buruk dengan modal keyakinan dan tekad bulat harus berhasil.
3. Belajar bertujuan untuk mengubah sikap, dari negatif menjadi positif, tidak hormat menjadi hormat, benci menjadi sayang, dan sebagainya. Misalnya
seoarang remaja yang tadinya selalu bersikap menentang orang tuanya, tetapi setelah sering mendengar, mengikuti pengajian dan ceramah-ceramah agama,
sikapnya berubah menjadi anak yang patuh, cinta dan hormat kepada orang tuanya.
4. Dengan belajar dapat mengubah keterampilan, misalnya olahraga, kesenian, jasa, teknik, pertanian, perikanan, pelayaran, dan sebagainya. Seseorang yang
terampil bermain piano, gitar, bulu tangkis maupun yang lainnya adalah berkat belajar dan latihan yang sungguh-sungguh, serius, rajin dan tekun.
5. Belajar bertujuan menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya tidak bisa membaca, menulis, berhitung, berbahasa Inggris menjadi
bisa semuanya. Ilmu pengetahuan terus berkembang tanpa mengenal batas. Karena itu, setiap orang diharuskan untuk belajar terus agar dapat mengikuti
perkembangan teknologi yang semakin maju dan canggih.
2.1.3 Prinsip – Prinsip Belajar
Belajar adalah kegiatan manusia yang sangat penting dan harus dilakukan selama hidup, karena melalui belajar dapat melakukan perbaikan dalam berbagai
hal yang menyangkut kepentingan hidup. Dengan kata lain, melalui belajar dapat memperbaiki nasib, mencapai cita-cita yang didambakan. Karena itu, tidak boleh
lalai, tidak boleh malas dan membuang waktu secara percuma, tetapi harus memanfaatkannya dengan seefektif mungkin, agar tidak timbul penyesalan di
kemudian hari. Dalyono 2007:51 mengungkapkan beberapa prinsip belajar sebagai berikut :
1. Kematangan Jasmani dan Rohani Salah satu prinsip utama belajar adalah harus mencapai kematangan jasmani
dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu telah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah cukup
kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar,
misalnya kemampuan berpikir, ingatan, fantasi dan sebagainya. 2. Memiliki Kesiapan
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yaitu dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental maupun perlengkapan
belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup dan kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental, memiliki minat dan motivasi yang cukup untuk
melakukan kegiatan belajar. Belajar tanpa kesiapan fisik, mental dan perlengkapan akan banyak mengalami kesulitan, akibatnya tidak memperoleh
hasil belajar yang baik. 3. Memahami Tujuan
Setiap orang yang belajar harus memahami apa tujuannya, ke mana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh
seorang pelajar agar proses yang dilakukannya dapat cepat selesai dan berhasil.
Belajar tanpa memahami tujuan dapat menimbulkan kebingungan pada orangnya, hilang kegairahan, tidak sistematis, atau asal ada saja. Dengan
mengetahui tujuan belajar akan dapat mengadakan persiapan yang diperlukan, baik fisik maupun mental, sehingga proses belajar yang dilakukan dapat
berjalan lancar dan berhasil dengan memuaskan. 4. Memiliki Kesungguhan
Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.
Selain itu akan banyak waktu dan tenaga yang terbuang percuma. Sebaliknya, belajar dengan sungguh-sungguh dan tekun akan memperoleh hasil yang
maksimal dan penggunaan waktu yang lebih efektif. Prinsip kesungguhan sangat penting artinya. Biarpun seseorang sudah memiliki kematangan,
kesiapan serta memiliki tujuan yang konkret dalam melakukan kegiatan belajarnya, tetapi kalau tidak bersungguh-sungguh, belajar asal ada saja,
bermalas-malas, akibatnya tidak memperoleh hasil yang memuaskan. 5. Ulangan dan Latihan
Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai
sepenuhnya dan sukar dilupakan. Bagaimanapun pintarnya seseorang harus mengulang pelajarannya atau berlatih sendiri di rumah agar bahan-bahan yang
dipelajari tambah meresap dalam otak, sehingga tahan lama dalam ingatan. Mengulang pelajaran adalah salah satu cara untuk membantu berfungsinya
ingatan.
2.1.4 Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan
tersebut Tu‟u, 2004:75. Adapun belajar menurut pengertian secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Sedangkan pengertian prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru Tu‟u, 2004:75.
Prestasi belajar dapat bersifat tetap dalam serjarah kehidupan manusia karena sepanjang kehidupannya selalu mengejar prestasi menurut bidang dan
kemampuan masing-masing. Prestasi belajar dapat memberikan kepuasan kepada orang yang bersangkutan, khususnya orang yang sedang menuntut ilmu di
sekolah. Prestasi belajar meliputi segenap ranah kejiwaan yang berubah sebagai akibat dari pengalaman dan proses belajar siswa yang bersangkutan. Prestasi
belajar dapat dinilai dengan cara: 1. Penilaian formatif
Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan balik feedback, yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat
digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang sedang atau yang sudah dilaksanakan.
2. Penilaian Sumatif Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai dimana penguasaan atau pencapaian belajar siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.
Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam kegiatan belajar secara efektif di sekolah khususnya setelah siswa
atau individu mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi. Siswa dituntut untuk
berperan aktif dalam proses pembelajaran, untuk mengembangkan diri dalam berbagai aspek baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Ketiganya merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan bahkan membentuk satu hierarki suatu tujuan yang ingin dicapai. Sehingga proses belajar di dalam kelas dibuat seefektif
mungkin agar dapat mempengaruhi hasil belajar yang akan didapat oleh siswa. Pencapaian prestasi belajar akuntansi dalam mata pelajaran akuntansi
biasanya ditunjukan dengan angka yang dicerminkan seberapa besar siswa mampu menguasai materi yang telah diajarkan dalam kegiatan belajar mengajar. Prestasi
belajar akuntansi merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam pelajaran akuntansi setelah evaluasi atau tes yang ditunjukan dengan nilai yang diberikan
oleh guru akuntansi. Prestasi belajar tersebut meliputi tiga aspek yaitu : a. Aspek kognitif yaitu dengan belajar akuntansi siswa dapat mengetahui,
memahami, menerapkan, menganalisis mengenai strategi yang dapat dilakukan seorang pengusaha untuk dapat mengoptimalkan laba dan meminimalkan
kerugian.
b. Aspek afektif yaitu siswa dapat mempunyai sikap yang teliti, jujur, serta bertanggng jawab atas semua yang dilakukan, karena sebagai akibat dari
adanya transaksi yang rumit dalam menyusunan siklus akuntansi. c. Aspek psikomotorik yaitu dapat dilihat dari keterampilan siswa dalam
mengumpulkan bukti transaksi, mambuat jurnal, serta membuat laporan keuangan.
Ketiga aspek tersebut harus dimiliki oleh setiap siswa. Karena dari ketiga aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain dan merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan yang sangat berpengaruh terhadap hasil prestasi siswa. Dalam penelitian ini, indikator yang dipakai sebagai prestasi belajar akuntansi
adalah nilai rata-rata keseluruhan kelas yang diajar masing-masing guru yang diambil dari nilai rata-rata mata pelajaran akuntansi siswa semeter genap tahun
ajaran 20102011.
2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa menurut Slameto 2003:54-72, dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Faktor intern dalam, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari dalam diri siswa yaitu :
a. Kondisi fisiologis, terdiri dari kondisi fisiologis secara umum kesehatan dan kondisi panca indra terutama penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi psikologis, antara lain kecerdasan, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan, antara lain lelah fisik karena telah banyak melakukan aktivitas.
2. Faktor ekstern luar, yaitu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang berasal dari luar diri siswa yaitu :
a. Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi, pengertian orang tua,
dan latar belakang kebudayaan. b. Faktor sekolah, antara lain metode pengajaran, kurikulum, relasi guru
dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan sebagainya.
c. Faktor masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.
2.1.6 Faktor-faktor Penghambat Prestasi Belajar
Faktor penghambat dalam prestasi bel ajar menurut Tu‟u 2004:82 terdiri
dari : 1. Penghambat dari dalam, meliputi :
a. Faktor Kesehatan Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak waktunya
untuk beristirahat. Hal itu membuatnya tertinggal pelajaran, sehingga menyebabkan prestasi siswa kemungkinan belum dapat optimal.
b. Faktor Kecerdasan Siswa yang tingkat kecerdasannya rendah akan menyebabkan kemampuan
mengikuti kegiatan pembelajaran agak lambat. Hasil yang dicapainya pun
belum sampai optimal. Selain itu, kecerdasan sangat mempengaruhi cepat lambatnya kemajuan belajar siswa.
c. Faktor Perhatian Perhatian di sini terdiri dari perhatian dalam belajar di rumah dan di
sekolah. Perhatian yang kurang memadai akan berdampak kurang baik bagi hasil pembelajaran.
d. Faktor Minat Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu. Pembelajaran
yang dikembangkan oleh guru tidak menimbulkan minat atau siswa sendiri tidak mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran, hal ini akan
membuat siswa tidak belajar dengan sungguh-sungguh sehingga hasil belajar tidak optimal.
e. Faktor Bakat Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang dibawa sejak
lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa tidak sesuai dengan bakat yang dimiliki, prestasi belajarnya tidak akan mencapai hasil yang tinggi.
2. Penghambat dari luar, meliputi : a. Faktor Keluarga
Faktor ini dapat berupa faktor orang tua, faktor suasana rumah, dan faktor ekonomi keluarga. Ketiga faktor tersebut kerap kali menjadi penghambat
bagi prestasi belajar siswa.
b. Faktor Sekolah Faktor sekolah terdiri dari faktor metode pembelajaran, faktor hubungan
guru dengan siswa kurang dekat, faktor hubungan siswa dengan siswa, faktor guru dan faktor sarana sekolah. Faktor-faktor tersebut harus berjalan
baik sehingga akan mendukung prestasi belajar siswa yang optimal. c. Faktor Disiplin Sekolah
Bila disiplin sekolah kurang mendapat perhatian mempunyai pengaruh tidak baik pada proses belajar siswa. Misalnya, guru atau siswa yang tidak
disiplin dibiarkan, guru atau siswa yang disiplin dibiarkan juga. Maka akan timbul rasa ketidakadilan pada para siswa.
d. Faktor Masyarakat Faktor masyarakat terdiri dari faktor media massa, misalnya acara televisi,
radio, majalah, dapat mengganggu waktu belajar. Faktor teman bergaul yang kurang baik, misalnya teman yang merokok, memakai obat-obat
tropika, terlalu banyak bermain akan menghambat prestasi belajar siswa. e. Faktor Lingkungan Tetangga
Misalnya, banyak penganggur, berjudi, mencuri, minum-minum, cara berbicara kurang sopan. Lingkungan seperti itu dapat berpengaruh pada
hasil prestasi siswa. f. Faktor Aktivitas Organisasi
Bila siswa sangat potensial, banyak aktivitas organisasi, selain dapat menunjang hasil belajar, dapat juga menggangu hasil belajar siswa apabila
siswa tidak mengatur waktu dengan baik.
2.2 Konsep Tentang Guru 2.2.1 Pengertian Guru