o Terhindar dari risiko kepemilikan o Fleksibilitas
Dilihat dari sisi lessor
o Meningkatkan penjualan o Menjaga kelangsungan hubungan bisnis dengan lessee
o Menahan nilai residu kepemilikan aset
III. Klasifikasi Sewa
Transaksi sewa mengalihkan hak penggunaan suatu aset dari pihak lessor kepada lessee dalam periode yang disepakati. Dalam pengalihan hak penggunaan tersebut apakah
disertai dengan pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan kepada pihak lessee. Jika manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan berpindah dari lessor kepada
lessee, maka pihak yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan, dari pihak lessor adalah lessee.
Perlakuan akuntansi bagi pihak lessee yang mendapatkan manfaat dan risiko kepemilikan atas aset tersebut, maka lessee akan mengakui “aset” di neraca lessee.
Sebaliknya bagi pihak lessor jika tidak memperoleh manfaat dan risiko kepemilikan yang tidak signifikan, maka lessor tidaksi mengakui “aset” atas aset yang disewakan kepada pihak
lessee. Atas dasar pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan aset tersebut, akuntansi membedakan transaksi sewa menjadi :
a Sewa operasi operating lease
Transaksi sewa dikelompokkan ke dalam sewa operasi jika dalam perjanjian transaksi tidak ada pengalihan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor
kepada pihak lessee. Misal transaksi sewa dimana pihak lessor menyewakan bangunan kantor kepada lessee selama 2 tahun. Umur ekonomis bangunan ditaksir selama 10 tahun. Dalam
transaksi sewa ini, manfaat dan risiko kepemilikan aset berpindah kepada pihak lesse dalam periode yang tidak signifikan.
b Sewa pembiayaan finance lease atau Capital lease
Transaksi sewa dikelompokkan dalam sewa pembiayaan jika transaksi sewa tersebut mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan secara signifikan dari pihak lessor kepada pihak
lessee. Misalnya jika transaksi sewa pada butir a di atas, pihak lessee menyewa selama 10 tahun, maka selama umur ekonomis bangunan kantor tersebut dimanfaatkan oleh pihak
lessee. Maka lessee yang mendapatkan seluruh manfaat dan risiko kepemilikan atas bangunan kantor tersebut. Transaksi sewa ini mengalihkan manfaat dan risiko kepemilikan kepada
pihak lessee.
IV. Akuntansi Sewa Operasi
7
Transaksi sewa operasi, lessor tidak mengalihkan secara signifikan manfaat dan risiko kepemilikan aset kepada pihak lessee. Dalam hal ini lessor tetap menahan manfaat dan
risiko kepemilikan aset tersebut. Sehingga lessor akan tetap mengakui kepemilikan aset dan mencatat aset yang disewakan tersebut di neraca lessor sebagai Properti Investasi. Dan pada
akhir periode akuntansi, lessor akan mencatat penyusutan atas penggunaan aset tersebut.
Pihak lessee akan mengakui pembayaran sewa sebagai “beban sewa” atau “sewa dibayar dimuka”.
V. Akuntansi Sewa Operasi-Lessor
Ilustrasi : PT HENNAI, pada awal 2011 membeli sebuah bangunan dengan harga Rp600 juta.
Bangunan tersebut diperkirakan memiliki masa manfaat selama 20 tahun. Bangunan tersebut hendak disewakan kepada pihak lain. Dan pada tanggal 5 Januari 2011, PT BONA menyewa
bangunan tersebut selama 5 tahun, dengan pembayaran sewa Rp40 jutatahun. Transaksi ini dikelompokkan sebagai sewa operasi, karena masa sewa lessee 5 tahun dari total umur
manfaat 20 tahun, artinya masa sewa 5 tahun tidak menunjukkan pengalihan yang signifikan atas manfaat dan risiko kepemilikan aset sewaan, sehingga transaksi ini dikelompokkan
sebagai sewa operasi. Kegiatan sewa guna usaha leasing diperkenalkan untuk pertama kalinya di Indonesia
pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan dan Menteri Perindustrian No. Kep-1221MK21974, No. 321MISKI
21974 dan No. 30Kpbl74 tanggal 7 Pebruari 1974 tentang Perijinan Usaha Leasing. Sejak saat itu dan khususnya sejak tahun 1980 Jumlah perusahaan sewa guna usaha dan
transaksi sewa guna usaha makin bertambah dan meningkat dari tahun ke tahun untuk membiayai penyediaan barang-barang modal dunia usaha.
Hadirnya perusahaan sewa guna usaha patungan joint venture bersama perusahaan swasta nasional telah mampu mempopulerkan peranan kegiatan sewa guna usaha sebagai
alternatif pembiayaan barang modal yang sangat dibutuhkan para pengusaha di Indonesia, disamping cara-cara pembiayaan konvensional yang lazim dilakukan melalui perbankan.
Perluasan cara-cara pembiayaan tersebut sejalan dengan definisi leasing atau sewa guna usaha sebagaimana dituangkan dalam pasal 1 SKB Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan
dan Menteri Perindustrian tersebut diatas yang menyatakan: Leasing ialah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-
barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran
8
Pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih optie bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka
waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang telah disepakati bersama . Definisi tersebut tampaknya hanya menampung satu jenis sewa guna usaha yang
lazim disebut finance lease atau sewa guna usaha pembiayaan. Namun demikian, dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan No. 1251 KMK.0131 988 tanggal 20
Desember 1988, jenis kegiatan sewa guna usaha telah diperluas sebagaimana tersirat dalam pasal 1 keputusan tersebut yang menampung definisi-definisi berikut ini:
a. Perusahaan Sewa Guna Usaha Leasing Company Adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan
barang modal baik secara Finance lease maupun Operating lease untuk digunakan oleh Penyewa Guna Usaha selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
berkala. b. Finance lease
Adalah kegiatan Sewa Guna Usaha, dimana Penyewa Guna Usaha pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha berdasarkan nilai
sisa yang disepakati bersama. c. Operating lease
Adalah kegiatan Sewa Guna Usaha di mana Penyewa Guna Usaha tidak mempunyai hak opsi untuk membeli obyek sewa guna usaha.
d. Penyewa Guna Usaha Lessee Adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang modal dengan
pembiayaan dari pihak Perusahaan Sewa Guna Usaha lessor . Ayat Jurnal :
1
Pembelian aset sewaan Bangunan oleh Lessor
Tgl Akun
Debit Kredit
11 Properti Investasi
Rp600.000.000 Kas
Rp600.000.000
2 Menerima uang sewa dari Lessee
Pendekatan Neraca Liabilitas
Tgl Akun
Debit Kredit
51 Kas
Rp40.000.000 Pendapatan Sewa
9
Diterima Dimuka Rp40.000.000
Atau
Pendekatan Laba Rugi Pendapatan
Tgl Akun
Debit Kredit
51 Kas
Rp40.000.000 Pendapatan Sewa
Rp40.000.000
3 Jurnal pada akhir tahun
Lessor akan mencatat penyusutan jika penyajian properti investasi menggunakan model biaya
Tgl Akun
Debit Kredit
3112 Beban Penyusutan
Rp30.000.000 Akumulasi penyusutan
Rp30.000.000 Rp600 juta 20 tahun = Rp30 jutatahun.
Lessor akan mencatat pengakuan pendapatan jika lessor mencatat penerimaan sewa dengan pendekatan Liabilitas :
Tgl Akun
Debit Kredit
3112 Pendapatan Sewa DD
Rp40.000.000 Pendapatan Sewa
Rp40.000.000
VI. Akuntansi Sewa Operasi – Lessee