Proses Injection Molding Tahap I Proses Compression Molding Tahap II

49

3.2.2 Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Tabel 3.1 Bahan Baku dan Karakteristiknya Bahan Baku Temperatur Leleh Beratbutir Polipropilen PP 131 – 171 o C 0,017 gr Polietilen PE 120 – 135 o C 0,025 gr Polistiren PS 107 o C 0,021 gr Polipropilen Polietilen Polistirene Gambar 3.9 Bahan Baku

3.3 Pembuatan Spesimen

3.3.1 Proses Injection Molding Tahap I

Campuran biji plastik polyprophylene, polyethylene, dan polystyrene dengan komposisi 55PP 35PE 10PS dimasukan ke dalam hopper pada mesin injeksi molding untuk dipanaskan hingga meleleh. Dalam pengujian ini divariasikan temperature injeksinya. Temperature di setting pada 150°C, 175°C, 200°C mengacu pada temperature leleh yang tertinggi yaitu polipropilen. Temperatur 50 mold 25 o C. Tekanan sebesar 8 bar. Setelah meleleh plastik tersebut diinjeksikan ke dalam cetakan specimen uji tarik standard DIN. Untuk tiap-tiap temperatur tersebut dicetak 3 buah specimen uji tarik. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data yang bersifat objektif dan valid pada saat pengujian tarik. Kemudian dilakukan analisa sifat mekanik dan analisa penyusutan.

3.3.2 Proses Compression Molding Tahap II

Pencampuran PE dengan PS dilakukan dengan menggunakan neraca analitik dengan berat masing – masing komposisi 50 gr. Rasio PE : PS adalah 25:75, 50:50, dan 75:25. Langkah selanjutnya adalah mencampur PE dan PS yang berbeda komposisinya ke dalam mixer pada suhu 135 o C. Langkah selanjutnya adalah proses pencetakan spesimen dengan menggunakan mesin compression molding. Proses pencetakan dilakukan dengan cara memasukkan ekstrudat ke dalam cetakan pola sesuai dengan ketentuan untuk uji karakteristiknya yaitu standard ASTM D638 type IV. Untuk tiap-tiap komposisi tersebut dicetak 3 buah specimen uji tarik. Nantinya akan diperoleh sifat mekanik spesimen setelah pengujian tarik. Langkah selanjutnya adalah analisa mikrostruktur spesimen dan analisa penyusutan. Pada penelitian ini, digunakan dua metode berbeda untuk membandingkan produk yang dihasilkan mana yang lebih baik. Pada injection molding, digunakan cetakan standard DIN yang merupakan bawaan dari mesin, sedangkan compression molding digunakan cetakan standard ASTM D638 type IV. Dari proses dan jenis cetakan akan diperoleh nilai kekuatan tarik dan besarnya penyusutan spesimen. 51

BAB IV DATA DAN ANALISA

4.1. Spesimen Campuran 55PP 35PE 10PS Tahap I

Pada campuran ini specimen dicetak pada mesin injeksi molding dengan variasi temperatur 150 o C, 175 o C, dan 200 o C. Spesimen dicetak sesuai dengan standard DIN. Pada masing – masing temperatur dicetak sebanyak 3 buah specimen untuk mendapatkan hasil yang akurat pada saat pengujian tarik. Berikut ini adalah gambar spesimen setelah dilakukan pengujian tarik. Gambar 4.1. Spesimen 150 o C setelah pengujian tarik Gambar 4.2. Spesimen 175 o C setelah pengujian tarik