Upaya Hukum jika Terjadi Wanprestasi diantara para pihak

C. Upaya Hukum jika Terjadi Wanprestasi diantara para pihak

Ketika para pihak melaksanakan segala sesuatu yang ada dalam perjanjian maka itu dinamakan prestasi. Prestasi adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu diluar dari apa yang telah di perjanjikan sesuai Pasal 1234 KUH Perdata. Dalam perjanjian kontrak terkadang timbul perselisihan-perselisihan yang terjadi antara para pihak, biasanya perselisihan terjadi dikarenakan oleh salah satu pihak yang tidak melaksanakan apa yang diatur dalam perjanjian kontrak tersebut, hal inilah yang dinamakan wanprestasi. Pada dasarnya PT. Siar Haramain selaku agen akan berupa penuh menjalin hubungan baik dengan maskapai penerbangan, akan tetapi seiring berjalannya waktu akan terdapat beberapa perselisihanwanprestasi. Bentuk-bentuk wanprestasi yang mungkin dapat dilakukan PT. Siar Haramain sebagai agen dan maskapai penerbangan sebagai principal antara lain 23 1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukan. : 2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, akan tetapi tidak sebagaimana dijanjikan. 3. Melakukan apa yang telah dijanjikan tetapi terlambat. 4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian kontrak tidak boleh dilakukan. Akibat dari wanprestasi biasanya dikenakan sanksi-sanksi berupa 1. Membayar ganti rugi, ganti rugi meliputi 3 unsur yaitu : a Biaya adalah segala sesuatu pengeluaran atau ongkos yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak. 23 Wawancara dengan Ibu Lenny, Pegawai PT. Siar Haramain pada tanggal 9 November 2010 b Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang salah satu pihak. c Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang sudah dibayangkan atau yang sudah dihitung. 2. Pembatalan Perjanjian kontrak Pembatalan ini bertujuan membawa kedua belah pihak kembali kepada keadaan sebelum perjanjian diadakan. 3. Peralihan Resiko Peralihan resiko adalah kewajiban memikul kerugian jika terjadi suatu peristiwa diluar kesalahan salah satu pihak. 4. Membayar perkara, apabila perkara wanprestasi ini sampai diajukan ke pengadilan Namun sanksi-sanksi diatas tersebut tidak berlaku apabila : 1. Ada keadaan yang memaksa pihak melakukan wanprestasi apabila bisa menunjukkan bukti-bukti bahwa tidak terlaksananya isi dalam perjanjian disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga dimana dia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau peristiwa yang timbul diluar dugaan. 2. Kelalaian salah satu pihak, sanksi bisa tidak terlaksana apabila pihak lainpun melakukan kelalaian. 3. Salah satu pihak melepaskan haknya untuk minta ganti rugi. Pihak yang dirugikan meninta ganti rugi akibat dari wanprestasi yang dilakukan. Hal yang paling sering terjadi apabila ada salah satu pihak yang melakukan wanprestasi adalah berakhirnya suatu perjanjian kontrak. Secara umum tentang pembatalan perjanjian tidak mungkin dilaksanakan, sebab dasar perjanjian adalah kesepakatan tersebut. Namun demikian pembatalan perjanjian dapat dilakukan apabila : a Jangka waktu perjanjian telah berakhir. b Salah satu pihak menyimpang dari apa yang telah diperjanjikan. c Jika ada bukti kelancaran dan bukti pengkhianatan penipuan. Adapun prosedur pembatalan perjanjian adalah dengan cara terlebih dahulu kepada pihak yang tersangkut dalam perjanjian tersebut diberitahukan, bahwa perjanjian atau kesepakatan yang telah diikat akan dihentikan dibatalkan, dalam hal ini harus diberitahukan alasan pembatalan. Setelah waktu berlalu, maksudnya agar pihak yang tersangkut dalam perjanjian mempunyai waktu untuk bersiap-siap menghadapi resiko pembatalan. Apabila terjadi wanprestasi pada salah satu pihak baik pihak maskapai, pihak agen, bank maupun calon penumpang jarang sekali permasalahan tersebut dibawa ke pengadilan, oleh karena itu Upaya hukum yang dilakukan apabila terjadi wanprestasi antara para pihak adalah dengan cara musyawarah ataupun perdamaian secara kekeluargaan. Kenyataan yang timbul di Lapangan sebenarnya jarang terjadi wanpretasi yang dilakukan antara pihak dalam usaha keagenan ini, karena baik dari pihak principal si pemberi kuasa maupun pihak agen sebagai pihak penerima kuasa karena pada dasarnya telah terjadi hubungan yang baik dan saling mempercayai antara keduanya, apalagi dengan sistem Elektronik tiket saat ini yang memudahkan pihak agen dalam pemasaran tiket.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai akhir dari penulisan skripsi ini, maka penulis mencoba menyimpulkan dan member saran sebagai bahan pertimbangan. Sebab pada hakekatnya perkembangan akan ketentuan hukum didalam masyarakat akan berakibat juga pada perkembangan hukum dalam rangka mencapai kepastian hukum yang di cita-citakan.

A. Kesimpulan

Perkembangan angkutan udara yang lama kelamaan semakin pesat membuat agen penjualan umum semakin banyak yang muncul dan bersaing dalam memasarkan dan menjual tiket maskapai penerbangan sebagai wujud dari kegiatan usaha penunjang angkutan udara, UURI No. 1 tahun 2009 pun mendukung hal tersebut dalam Pasal 131-133. 1. Agen penjualan umum mempunyai peranan sebagai distributor resmi dari maskapai penerbangan yang bertujuan membantu kinerja maskapai penerbangan dalam hal pemasaran tiket pesawat. Hal itu di berikan maskapai penerbangan sebagai pemberi kuasa kepada agen sebagai penerima kuasa atas sebuah perjanjian yang dibuat antara kedua belah pihak. 2. Para pihak yang behubungan dengan agen sebagai proses kegiatan usaha penunjang angkutan udara adalah : maskapai penerbangan sebagai pihak principal yang memberi kuasa, Bank sebagai media transaksi deposit keuangan, dan pihak ketiga atau calon pembeli sebagai individu atau 66