Kegiatan Usaha Penunjang yang Terkait dengan Angkutan Udara

Dalam UURI No. 1 Tahun 2009, dasar hukum nasional untuk membuat perjanjian angkutan udara internasional diatur dalam Pasal 86, 87, 89, 90. Menurut Pasal 86 UURI No. 1 Tahun 2009 ada dua macam perjanjian internasional masing-masing perjanjian angkutan udara secara bilateral oleh pemerintah Republik Indonesia dengan satu Negara asing yang menjadi mitra perikatan contracting party dan perjanjian angkutan udara internasional secara multilateral yang bersifat khusus atau umum yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan beberapa negara asing yang menjadi mitra perikatan contracting parties dan anggota dalam perjanjian tersebut. Perjanjian angkutan udara internasional bilateral maupun multilateral tersebut sebagai dasar hukum angkutan udara niaga berjadwal luar negeri yang dilakukan oleh perusahaan angkutan udara nasional maupun perusahaan angkutan udara asing untuk mengangkut penumpang dan kargo.

D. Kegiatan Usaha Penunjang yang Terkait dengan Angkutan Udara

Dalam UURI No. 15 Tahun 1992 kegiatan usaha penunjang angkutan udara belum diatur, namun demikian telah diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 yang kemudian diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000. Sedangkan dalam RUU Penerbangan, kegiatan usaha penunjang angkutan udara diusulkan dalam Pasal 29. Menurut usul tersebut untuk menunjang kegiatan angkutan udara niaga dapat diusahakan kegiatan usaha penunjang angkutan udara yang berupa kegiatan secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga atau berupa penjulan jasa angkutan udara atau kapasitas angkutan udara. Dalam UURI No. 1 Tahun 2009, kegiatan usaha penunjang angkutan udara diatur dalam Pasal 131 sampai dengan Pasal 133. Menurut Pasal 131 UURI No. 1 Tahun 2009, untuk menujang kegiatan angkutan udara niaga, dapat dilaksanakan kegiatan usaha penunjang angkutan udara. Kegiatan usaha penunjang angkutan udara tersebut dapat berupa kegiatan yang secara langsung berhubungan dengan kegiatan angkutan udara niaga seperti sistem reservasi melalui komputer computerized reservation system, pemasaran dan penjualan tiket pesawat atau agen panjualan umum ticket marketing and selling, pelayanan di darat untuk penumpang dan kargo ground handling dan penyewaan pesawat udara aircraft leasing, dan lain-lain. Menteri Perhubungan memberi izin usaha penunjang angkutan udara setelah memenuhi persyaratan akta pendirian badan usaha yang telah di sahkan oleh menteri yang berwenang dan salah satu usaha nya bergerak di bidang penunjang angkutan udara, nomor pokok wajib pajak NPWP, surat keterangan domisili yang diterbitkan oleh instansi yang berwenang, surat persetujuan dari badan koordinasi penanaman modal atau badan koordinasi penanaman modal daerah apabila menggunakan fasilitas penanaman modal, tanda bukti modal yang disetor, garansijaminan bank, serta kelayakan teknis dan operasi. Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara, dan prosedur pemberian izin kegiatan usaha penunjang angkutan udara diatur dengan Peraturan Menteri Perhubungan Pasal 133 UURI No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan. Agen Penjualan Umum dan Perwakilan Perusahaan Penerbangan Asing Berdasarkan Pasal 465 Pasal 465 UURI No. 1 tahun 2009 : pada saat UU ini mulai berlaku UU No. 15 tahun 1992 tentang penerbangan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku yuncto Pasal 464 Pasal 464 UURI No. 1 tahun 2009 tentang penerbangan : pada saat UU ini berlaku, semua peraturan pelaksanaan UU No. 15 tahun 1992 tentang penerbangan dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau diganti dengan yang baru berdasarkan UU ini, UURI No. 1 Tahun 2009, karena itu berlaku keputusan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2000 tentang perwakilan dan agen penjualan umum perusahaan angkutan udara asing. Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2000, kantor perwakilan perusahaan angkutan udara asing wajib melakukan kegiatan mengurus kepentingan perusahaan angkutan udara asing tersebut di bidang administrasi dari perusahaan angkutan udara asing yang diwakili berupa mengurus perizinan yang berkaitan dengan kegiatannya, mengurus manajemen perkantoran dan keuangan, mengurus operasi penerbangan antara lain teknis pesawat udara dan penanganan handling kegiatan angkutan udara, kepentingan lain dibidang Menurut keputusan Menteri Perhubungan tersebut ada 2 macam kegiatan usaha penunjang angkutan udara yaitu perwakilan perusahaan angkutan udara asing dan agen penjualan umum. Perusahaan angkutan udara asing yang melakukan kegiatan angkutan udara niaga berjadwal ke dan dari Indonesia berdasarkan perjanjian angkutan udara bilateral atau multilateral wajib menempatkan atau menunjuk perwakilannya di Inodonesia. Dalam hal perusahaan angkutan udara asing tersebut tidak menempatkan perwakilannya di Indonesia wajib menunjuk badan hukum Indonesia sebagai perwakilannya.. operasi dan administrasi. Disamping itu, perwakilan perusahaan angkutan udara asing juga mempunyai kewajiban melaporkan kegiatan angkutan udara setiap 3 bulan kepada Direktur Jenderal Perhubungan Udara dengan tembusan kepada kantor wilayah Departemen Perhubungan sekarang Dinas Perhubungan melaporkan setiap terjadi perubahan alamat kantor perwakilan atau penanggungjawab dari kantor perwakilan. Berdasarkan keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 51 Tahun 2000 tersebut, perusahaan angkutan udara asing dari Negara yang telah memiliki perjanjian angkutan udara bilateral atau perjan jian multilateral denganRepublik Indonesia baik yang sudah maupun yang belum melakukan kegiatan angkutan udara berjadwal ke dan dari Indonesia sebagain agen penjualan umum atau dilakukan oleh perusahaan angkutan udara asing itu sendiri untuk melakukan penjualan dan pemasaran jasa angkutan. Badan hukum Indonesia yang ditunjuk oleh perusahaan angkutan udara asing tersebut berbentuk Perseroan Terbatas PT, koperasi, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, yang berbentuk perseroan terbatas yang telah memilki izin untuk melakukan agen penjualan umum.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG KEAGENAN STUDI PADA PT.SIAR