Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

2.2.3. Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

  Kawasan Ekonomi Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu.

  Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus, mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus dilaksanakan melalui penyelenggaraan pembangunan perekonomian nasional yang berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

  Dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian nasional, dikembangkanlah Kawasan Ekonomi Khusus yang dilakukan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis yang dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi Dalam rangka mempercepat pembangunan perekonomian nasional, dikembangkanlah Kawasan Ekonomi Khusus yang dilakukan melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis yang dipersiapkan untuk memaksimalkan kegiatan industri, ekspor, impor, dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi

  Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus mengamanatkan beberapa peraturan pelaksanaan yang antara lain dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang perlu disusun antara lain meliputi pengaturan mengenai tata cara penetapan KEK, perpanjangan waktu pembangunan KEK, dan pembiayaan kelembagaan penyelenggaran KEK. Guna melaksanakan amanat tersebut, perlu membentuk Peraturan Pemerintah mengenai penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus yang ruang lingkupnya meliputi pengaturan mengenai tata cara pengusulan, penetapan, pembangunan, pengelolaan, evaluasi kinerja pengelolaan terhadap KEK.

  Dalam Peraturan Pemerintah No 2 Tahun 2011 diatur bahwa pengusulan KEK dapat berasal dari Badan Usaha, pemerintah kabupatenkota, pemerintah provinsi, kementerianlembaga pemerintah non kementerian. Penetapan KEK mencakup pengaturan mengenai kajian terhadap usulan pembentukan KEK, persetujuan atau penolakan pengusulan KEK, dan rekomendasi pembentukan KEK kepada Presiden. Sebagai dasar persetujuan atau penolakan pengusulan KEK diatur pula mengenai kriteria lokasi yang dapat ditetapkan sebagai KEK.

  Peraturan Pemerintah ini juga mengatur tindak lanjut KEK yang telah ditetapkan yang meliputi pembangunan dan pengelolaan KEK.

  Pembangunan KEK meliputi pengaturan mengenai pembebasan tanah untuk lokasi KEK dan pelaksanaan pembangunan fisik KEK, serta pembiayaan pembangunan KEK. Sedangkan Pengelolaan KEK meliputi pengaturan mengenai Administrator dan Badan Usaha pengelola serta penyelenggaraan PTSP di KEK.

  Agar pengelolaan KEK sesuai dengan maksud pembentukannya, Peraturan Pemerintah ini mengatur juga evaluasi kinerja pengelola, pelaksanaan evaluasi pengelolaan KEK, dan penyampaian hasil evaluasi pengelolaan KEK.

  KEK terdiri atas satu atau beberapa zona. Zona sebagaimana dimaksud dapat terdiri atas:

  a. pengolahan ekspor;

  Zona pengolahan ekspor diperuntukkan bagi kegiatan logistik dan industri yang produksinya ditujukan untuk ekspor.

  b. logistik;

  Zona logistik diperuntukkan bagi kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran, pengepakan, pendistribusian, perbaikan, dan perekondisian permesinan dari dalam negeri dan dari luar negeri.

  c. industri;

  Zona Industri diperuntukkan bagi kegiatan industri yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, danatau barang jadi, serta agroindustri dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri yang produksinya untuk ekspor danatau untuk dalam negeri.

  d. pengembangan teknologi;

  Zona Pengembangan teknologi diperuntukkan bagi kegiatan riset dan teknologi, rancang bangun dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi informasi.

  e. pariwisata;

  Zona Pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran, serta kegiatan yang terkait.

  f. energi;

  Zona Energi diperuntukkan untuk kegiatan riset dan pengembangan di bidang energi serta produksi dari energi alternatif, energi terbarukan, dan energi primer.

  g. ekonomi lain.

  Zona Ekonomi Lain diperuntukkan untuk kegiatan lain selain kegiatan yang telah disebutkan diatas.

  Kawasan Ekonomi Khusus – KEK diartikan sebagai kawasan tertentu dimana diberlakukan ketentuan khusus di bidang:

  o Bea dan Cukai (Customs) o Perpajakan (Tax) o Perizinan (licensing) satu atap (one stop service) o Keimigrasian (Immigration) o Ketenagakerjaan (labor Policy) Selain itu, pengembangan kawasan ekonomi juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur

  yang handal serta badan pengelola yang profesional dengan standar internasional. Di dalam KEK dapat mencakup: Bonded Zone, Free Trade Zone, EPZ, dll. Dengan kata lain, KEK merupakan “payung” dari kawasan-kawasan ekonomi yang ada di Indonesia.

  KEK

  FTZ Economic

  Dev Zone

  Gambar 2. 1 Zone Within Zone

  Sumber: Timnas KEKI

  Wilayah di Indonesia yang ditetapkan sebagai KEK tentunya diorientasikan untuk menjadi sentral pengembangan ekonomi. Namun demikian, tidak setiap wilayah di Indonesia dapat menjadi KEK. Terdapat 6 (enam) kriteria untuk penetapan KEK, yaitu:

  1. Komitmen Pemerintah Daerah dan Dukungan Aspek Legal

  2. Rencana Tata Ruang. Ditetapkan sebagai PKN dan PKW dalam dokumen RTRWN

  3. Aksesibilitas. Terletak pada wilayah yang relatif berkembang dan memiliki feasibility

  untuk dikembangkan sebagai kawasan ekonomi

  4. Infrastruktur. Tersedia dokumen kapasitas dan aksesibilitas infrastruktur bagi

  pengembangan ekonomi

  5. Lahan. Tersedia lahan untuk pengembangan industri dan perdagangan (minimal 500 Ha),

  serta kemungkinan perluasannya

  6. Batas. Memiliki batas yang jelas (alam maupun buatan dan kawasannya mudah

  dikontrol keamanannya serta mendukung upaya pencegahan penyelundupan).

  Pada dasarnya KEK dibentuk untuk menbuat lingkungan kondusif bagi akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Untuk ide ini diinspirasi dari keberhasilan beberapa negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Cina dan India. Bahkan data-data empiris melukiskan bahwa KEK di negara tersebut mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain karena kemudahan yang Pada dasarnya KEK dibentuk untuk menbuat lingkungan kondusif bagi akitivitas investasi, ekspor, dan perdagangan guna mendorong laju pertumbuhan ekonomi serta sebagai katalis reformasi ekonomi. Untuk ide ini diinspirasi dari keberhasilan beberapa negara yang lebih dulu mengadopsinya, seperti Cina dan India. Bahkan data-data empiris melukiskan bahwa KEK di negara tersebut mampu menarik para investor, terutama investor asing untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja. Hal itu tak lain karena kemudahan yang

  

  Pemberlakuan status KEK bagi daerah tertentu

  sangat memberikan keuntungan ekonomi secara nasional maupun regional. Tetapi, status ini juga berpotensi merugikan, karena adanya pengurangan pendapatan pajak akibat adanya insentif fiskal, dan dapat mengancam kawasan industri yang telah ada untuk pindah ke KEK yang berdampak pengurangan terhadap

  penerimaan negara. Nyatanya tidak semua KEK berhasil di terapkan, dari hasil penelitian menunjukan terdapat

  beberapa faktor yang menyebabkan kegagalan dibeberapa negara. Hal yang paling utama adalah lokasi KEK yang ditujuk berada didaerah terpencil (Remote Area), sehingga membutuhkan biaya yang tinggi, disamping fasilitas infrastruktur tak memadai, dan belum terdapat mekanisme kerjasama Pemerintah-Swasta (Public-Private Partnership) dalam pengembangannya. Menengok kegagalan ini maka KEK yang akan dikembangkan di Indonesia harus berada di lokasi yang strategis, dekat dengan jalur perdaganganpelayaran internasional, memiliki infrastruktur yang memadai, serta perlunya menggunakan mekanisme kerjasama Pemerintah-Swasta dalam pengembangan KEK tersebut.

  Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan yang diberikan adalah banyaknya peran Pemerintah Daerah, baik dalam pengelolaannya maupun dalam penyediaan infrastruktur dan lahan. Hal itu menyebabkan perlunya kerjasama Pemerintah-Swasta dalam pengelolaan KEK, mengingat dana untuk KEK ini sangat besar. Hasil studi dari beberapa negara menunjukkan, KEK yang sepenuhnya dikelola oleh swasta memperlihatkan kemajuan yang lebih besar dibandingkan yang dikelola oleh pemerintah.

  Gambar 2. 2 Sinergitas Pendekatan Daerah Tertinggal-KAPET-FTZ-KEK

  Sumber: Hasil Olahan Deputi Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2009