KAJIAN POTENSI EKONOMI
4.2. KAJIAN POTENSI EKONOMI
4.2.1. Pertanian
Pengembangan kawasan ekonomi Ujung Jabung dalam konstelasi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jambi adalah ditetapkannya dalam penetapan kawasan strategis Provinsi Jambi dari sudut kepentingan ekonomi. Adapun dalam penetapan kawasan strategis tersebut Ujung Jabung berada dalam penetapan kawasan strategis Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi.
Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi merupakan wilayah yang memiliki potensi sumber daya alam yang banyak khususnya potensi minyak dan gas bumi. Selain itu tingkat perkembangan ekonomi yang berkembang baik dan kedekatan dengan wilayah Malaysia dan Singapura telah menempatkan Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi dalam suatu sistem perdagangan internasional. Kawasan Pantai Timur Provinsi Jambi ini diarahkan untuk membangun kawasan- kawasan ekonomi yang memanfaatkan laut lepas
Dengan struktur ekonomi yang didukung oleh kegiatan primer dan sekunder yang berimbang serta ditunjang kegiatan tersier yang berkembang cepat di Kota Jambi dan beberapa kota lainnya, maka pertumbuhan perekonomian di Provinsi Jambi memiliki prospek yang lebih baik di masa datang.
Kawasan yang berkembang cepat dengan ciri perekonomian perkotaan terutama berkembang di kawasan Kota Jambi, Kota Sungai Penuh dan sekitarnya, Muara Bungo dan sekitarnya, serta Kuala Tungkal dan sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut secara ekonomi berfungsi sebagai pusat pelayanan jasa perkotaan bagi daerah belakang di Provinsi Jambi dan juga di daerah perbatasan dengan provinsi lain.
Disektor pertanian, subsektor perkebunan baik rakyat maupun besar menjadi sektor andalan Provinsi Jambi terutama wilayah potensial di setiap kabupaten. Sub sektor ini akan mempengaruhi pembentukan basis ekonomi Provinsi Jambi, baik dari segi ekspor maupun arah pengembangan industri, serta orientasi penyediaan jasa perdagangan, maupun perbankan.
Subsektor perikanan yang memiliki prospek di Provinsi Jambi perlu dikelola secara optimal, baik dari segi penangkapan maupun pemasaran. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk memberdayakan subsektor perikanan sebagai bagian dari pemanfaatan sumberdaya kelautan, maka dukungan terhadap pengembangan sub sektor perikanan akan lebih besar. Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Provinsi Jambi tahun 2005 tercatat 1,74 dan turun menjadi 1,49 pada tahun 2006.
Sektor industri berkembang di Kawasan Kota Jambi, dan disusul dua kawasan lainnya yakni Muaro Jambi dan Kuala Tungkal serta di beberapa kabupaten lainnya seperti Kabupaten Bungo Sektor industri berkembang di Kawasan Kota Jambi, dan disusul dua kawasan lainnya yakni Muaro Jambi dan Kuala Tungkal serta di beberapa kabupaten lainnya seperti Kabupaten Bungo
Basis perekonomian yang semakin kuat akan berpengaruh terhadap perkembangan kegiatan sektor transportasi dan komunikasi dalam menunjang kegiatan perekonomian di Provinsi Jambi. Peran sektor ini diperkirakan akan segera meningkat sejalan dengan akan dioperasionalkannya pelabuhan Muara Sabak dan rencana Pelabuhan di Ujung Jabung.
Berdasarkan perkembangan ekonomi yang terjadi, wilayah potensial untuk kegiatan pertanian dan industri adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 9 Wilayah Potensial Untuk Pertanian dan Industri di Provinsi Jambi Sub Sektor
Jenis Kegiatan
Wilayah
Pertanian Tanaman
PersawahanPadi
Kabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur
Pangan
dan Tanjung Jabung Barat, Merangin, Tebo, Bungo, dan Sarolangun
HortikulturaPalawija
Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Merangin, Sarolangun dan Muara Jambi
Perkebunan
Perkebunan besar
Karet :
swasta dan perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tebo,
Rakyat
Bungo, Sarolangun , Muara Jambi, Merangin dan Batanghari Kelapa Sawit : Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Tebo, Bungo, Muara Jambi dan Batanghari, Sarolangun, dan Merangin Kopi : Kabupaten Merangin, Sarolangun dan Kerinci Casiavera: Kabupaten Kerinci, Merangin dan Sarolangun Kelapa Dalam: Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur
Peternakan
Ternak BesarKecil
Semua wilayah kabupaten
Sub Sektor
Jenis Kegiatan
Wilayah
Perikanan
Perikanan Tangkap
Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur
Perikanan Budidaya
Semua Kabupaten
Industri
besar, Kota Jambi, Muara Jambi, Tanjung Jabung
menengah
Timur, Merangin dan Tanjung Jabung Barat
Industri kecil
Semua KabupatenKota
Sumber : Hasil Analisis
a) Komoditas Kelapa Sawit
Kegiatan ekonomi utama kelapa sawit di Sumatera memegang peranan penting bagi suplai kelapa sawit di Indonesia dan dunia. Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia sejak 2007, menyusul Malaysia yang sebelumnya adalah produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.
Kelapa sawit adalah sumber minyak nabati terbesar yang dibutuhkan oleh banyak industri di dunia. Di samping itu, permintaan kelapa sawit dunia terus mengalami pertumbuhan sebesar 5 persen per tahun. Pemenuhan permintaan kelapa sawit dunia didominasi oleh produksi Indonesia. Indonesia memproduksi sekitar 43 persen dari total produksi minyak mentah sawit (Crude Palm OilCPO) di dunia. Pertumbuhan produksi kelapa sawit di Indonesia yang sebesar 7,8 persen per tahun juga lebih baik dibanding Malaysia yang sebesar 4,2 persen per tahun.
Di Sumatera, kegiatan ekonomi utama kelapa sawit memberikan kontribusi ekonomi yang besar. Di mana 70 persen lahan penghasil kelapa sawit di Indonesia berada di Sumatera dan membuka lapangan pekerjaan yang luas. Sekitar 42 persen lahan kelapa sawit dimiliki oleh petani kecil.
Berdasarkan data BPS, perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas pada Tahun 2010-2011 untuk perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi meningkat. Bila dibandingkan dengan wilayah Pulau Sumatera bahwa luas lahan komoditi kelapa sawit Jambi sekitar 9 dengan tingkat produksi tahun 2011 sekitar 8 dari Pulau Sumatera. Adapun bila dibandingkan dengan wilayah hinterland Jambi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Bengkulu, perkembangan komoditi kelapa sawit ini Jambi berada di urutan ketiga dibawah Riau dan Sumatera Selatan, dengan share luas lahan Jambi terhadap wilayah hinterland sekitar 15, dengan tingkat produksi sekitar 14.
Tabel 4.10 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Komoditi Sawit di Provinsi Jambi dan Wilayah
Hinterland Tahun 2010-2011
Produksi Produktivitas
Luas (Ha)
Luas (Ha)
(Ton)
(KgHa)
(Ton) (KgHa)
a. Sumatera Barat
b. Riau
c. Sumatera Selatan
d. Bengkulu
3 Pulau Sumatera
Jambi Thd Hinterland
Jambi Thd P. Sumatera
Jambi Thd Indonesia
Sumber: BPS 2012, diolah
Saat ini di Kabupaten Tanjung Jabung Timur Komoditi perkebunan yang sesuai untuk dikembangkan dan dapat dijadikan andalan ekonomi adalah kelapa sawit dimana jenis tanaman perkebunan kedua terbanyak ini dengan luas tanaman 22.931 Ha. Dengan produksi pada tahun 2010 sebesar 26.750 ton. Dengan demikian hampir secara mayoritas sektor perkebunan di dominasi oleh budidaya kelapa sawit.
Sentra Perkebunan kelapa sawit berada di Kecamatan Mendahara, Kecamatan Mendahara Ulu, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kecamatan Sadu, Kecamatan Geragai, dan Kecamatan Dendang. Perkebunan kelapa sawit terbesar berada di Kecamatan Geragai, yaitu seluas 18.616.561 Ha, dikarenakan Kondisi lahan didaerah ini cukup mendukung untuk pengembangan tanaman perkebunan tersebut. Dimana jenis tanaman perkebunan kedua terbanyak adalah Kelapa sawit dengan produksi pada tahun 2010 sebesar 26.750 ton. Dengan demikian hampir secara mayoritas sektor perkebunan di dominasi oleh budidaya kelapa sawit.
b) Komoditas Karet
Indonesia merupakan negara kedua penghasil karet alami di dunia (sekitar 28 persen dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedikit di belakang Thailand (sekitar 30 persen). Di masa depan, permintaan akan karet alami dan karet sintetik masih cukup signifikan, karena didorong oleh pertumbuhan industri otomotif yang tentunya memerlukan ban yang berbahan baku karet sintetik dan karet alami. Harga karet sintetik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat berfluktuasi terhadap perubahan harga minyak dunia. Demikian pula dengan harga karet alami yang akan tergantung pada harga minyak dunia oleh karena karet alami dan karet sintetik adalah barang yang saling melengkapi (complementary goods). Terlebih dengan penggunaan minyak bumi sebagai sumber energi untuk pengolahan kedua jenis karet tersebut, maka tentunya harga karet alami dan karet sintetik sangat tergantung dengan kondisi harga minyak dunia.
Dengan semakin meningkatnya industri otomotif di kawasan Asia, dan kawasan lain di dunia diharapkan hal ini juga meningkatkan permintaan akan karet alami. Dalam produksi karet mentah dari perkebunan, Sumatera adalah produsen terbesar di Indonesia dan masih memiliki peluang peningkatan produktivitas. Koridor Ekonomi Sumatera menghasilkan sekitar 65 persen dari produksi karet nasional.
Berdasarkan data BPS, perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas pada Tahun 2010 untuk perkebunan karet di Provinsi Jambi meningkat. Bila dibandingkan dengan wilayah Pulau Sumatera bahwa luas lahan komoditi karet Jambi sekitar 18 dengan tingkat produksi tahun 2011 sekitar 16 dari Pulau Sumatera. Adapun bila dibandingkan dengan wilayah hinterland Jambi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Bengkulu, perkembangan komoditi Karet ini Jambi berada di urutan kedua dibawah Sumatera Selatan, dengan share luas lahan Jambi terhadap wilayah hinterland sekitar 35, dengan tingkat produksi sekitar 29.
Tabel 4.11 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Komoditi Karet di Provinsi Jambi dan Wilayah
Hinterland Tahun 2010-2011
Produksi Produktivitas
Luas (Ha)
Luas (Ha)
(Ton)
(KgHa)
(Ton) (KgHa)
a. Sumatera Barat
b. Riau
Produksi Produktivitas
Luas (Ha)
Luas (Ha)
(Ton)
(KgHa)
(Ton) (KgHa)
c. Sumatera Selatan
d. Bengkulu
3 Pulau Sumatera
Jambi Thd Hinterland
Jambi Thd P. Sumatera
Jambi Thd Indonesia
Sumber: BPS 2012, diolah
c) Komoditas Kelapa Dalam
Berdasarkan data BPS, perkembangan luas lahan, produksi dan produktivitas pada Tahun 2010 untuk perkebunan kelapa dalam di Provinsi Jambi meningkat. Bila dibandingkan dengan wilayah Pulau Sumatera bahwa luas lahan komoditi kelapa dalam Jambi sekitar 11 dengan tingkat produksi tahun 2011 sekitar 13 dari Pulau Sumatera. Adapun bila dibandingkan dengan wilayah hinterland Jambi, yaitu Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan dan Bengkulu, perkembangan komoditi kelapa dalam ini Jambi berada di urutan kedua dibawah Riau, dengan share luas lahan Jambi terhadap wilayah hinterland sekitar
17, dengan tingkat produksi sekitar 18.
Tabel 4.12 Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Komoditi Kelapa Dalam di Provinsi Jambi dan
Wilayah Hinterland Tahun 2010-2011
Produksi Produktivitas
Luas (Ha)
Luas (Ha)
(Ton)
(KgHa)
(Ton) (KgHa)
2 Hinterland Jambi
a. Sumatera Barat
b. Riau
c. Sumatera Selatan
d. Bengkulu
3 Pulau Sumatera
4 Indonesia
Jambi Thd
Hinterland Jambi Thd P.
Sumatera Jambi Thd
Indonesia Sumber: BPS 2012, diolah
Pada umumnya perkebunan rakyat dengan jenis tanaman terbanyak dan terluas adalah Kelapa dalam dengan luas tanam pada tahun 2010 seluas 58.765 Ha. Dengan produksi sebesar 51.757 ton. yang merupakan komoditas unggulan selain produksi perikanan dan padi. Kelapa dalam ini diperdagangkan dalam bentuk kelapa bulat dan kopra yang merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa, bungkil, sabun dan margarin.
Sentra perkebunan kelapa dalam berada di Kecamatan Mendahara, Kecamatan Mendahara Ulu, Kecamatan Kuala Jambi, Kecamatan Muara Sabak Barat, Kecamatan Muara Sabak Timur, Kecamatan Nipah Panjang, Kecamatan Sadu, Kecamatan Geragai, dan Kecamatan Rantau Rasau. Perkebunan kelapa dalam terbesar berada di Kecamatan Mendahara, yaitu seluas 30.717,048 Ha. Kesesuaian tanaman perkebunan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur relatif lebih baik dibandingkan dengan rata-rata di Provinsi Jambi, yang ditunjukkan dengan produktivitas semua tanaman perkebunan yang lebih besar. Dengan demikian berdasarkan kriteria potensi produksi tersebut komoditi perkebunan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah berturut-turut kelapa dalam.
4.2.2. Industri
1) Arahan Peruntukan kawasan Industri Menurut RTRW Jambi
Pengembangan Kawasan industri di Provinsi Jambi meliputi kawasan peruntukan industri besar, kawasan peruntukan industri menengah dan kawasan peruntukan industri kecil, sebagai berikut: Kawasan peruntukan industri besar diarahkan pengembangannya di Kabupaten
Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Kawasan peruntukan industri menengah meliputi Kota Jambi, Kabupaten Batanghari,
Kabupaten Bungo, Kabupaten Merangin, dan Kabupaten Sarolangun. Kawasan peruntukan industri kecil diarahkan pengembangannya di diseluruh
wilayah kabupatenkota
2) Potensi Industri di Kabupaten tanjung Jabung Timur
Adapun jumlah jenis industri yang ada di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
Industri Kecil Menengah tahun 2010 dengan jumlah usaha 295 unit dan jumlah
tenaga 1,062 orang Dagang Kecil Menengah jumlah usaha 44 unit dan jumlah tenaga 88 orang Perusahaan industri sedangbesar jumlah 14 unit dan tenaga kerja 692 orang.
4.2.3. Pertambangan
Potensi bahan galian di wilayah Provinsi Jambi hingga tahun 2010 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 4. 13 Potensi Bahan Galian di Wilayah Provinsi Jambi
Bahan Galian
Lokasi (Kabupaten)
Golongan A
1. Batubara
Bungo, Tebo, Sarolangun, Merangin, Sarolangun, Batanghari, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat
2. Minyak bumi
Batang Hari, Muaro Jambi
3. Gas bumi
Batang Hari, Muaro Jambi
4. Timah putih
Tebo
Golongan B
1. Emas
Bungo, Merangin, Sarolangun, Tebo
2. Air raksa
Kerinci , Merangin
3. Bijih besi
Bungo, Merangin, Sarolangun,
4. Tembaga
Sarolangun, Merangin
Golongan C
1. Batu gamping
Merangin, Sarolangun, Kerinci
2. Marmer
Merangin, Kerinci
3. Bentonit
Merangin, Tebo, Batang Hari, Bungo
4. Oker
Merangin, Bungo
5. Lempung
Sarolangun, Kerinci, Merangin, Tebo
Merangin, Kerinci
8. Batu permata
Merangin
9. Granit
Merangin, Bungo, Tanjung Jabung Barat, Krinci, Sarolangun, Bungo, Tebo
10. Andesit
Kerinci, Bungo
11. Pasir dan kerikil Sarolangun, Merangin, Bungo, Batanghari, Tanjung kuarsa
Jabung Barat, Tebo
12. Pasir, batu dan Batanghari kerikil 13. Obsidianperlit
Tanjung Jabung Barat, Kerinci
14. Kaolin
Bungo, Muaro Jambi, Tanjung Jabung Barat, Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Tebo
Sumber: Dinas Pertambangan Provinsi Jambi, 2010
Provinsi Jambi dalam menopang aktivitas pembangunannya sangat tergantung pada hasil eksploitasi dan produksi sumberdaya alam yang dimilikinya. Minyak bumi, gas bumi, dan batubara mempunyai peranan besar sebagai sumber energi untuk mendukung berbagai kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat. Hal ini mencerminkan adanya peluang yang sangat besar dalam pemanfaatan sumberdaya yang secara tidak langsung akan berdampak pada iklim investasi daerah yang antara lain :
1. Pangsa investasi swasta pada triwulan II-2010 tidak banyak mengalami perubahan
dibanding dengan periode-periode sebelumnya yakni sebesar 17,20 persen. Namun demikian, kredit investasi selama triwulan II-2010 tumbuh sebesar 13,34 persen dengan nilai mencapai Rp. 222,28 miliar. Kondisi ini meningkat lebih dua kali lipat dibandingkan dengan pencapaian triwulan I-2010 di mana kredit investasi hanya tumbuh 5,92 persen dengan nilai Rp. 98,94 miliar (Bank Indonesia, 2010).
2. Komoditas energi berperan sebagai sumber penerimaan PDRB Provinsi Jambi yaitu jumlah
hasil minyak bumi yang dihasilkan dari Tahun 2004 mencapai 8.995,230 barrel berturut- turut Tahun 2005 sebanyak 9.265.060 barrel, pada Tahun 2006 sebanyak 8.375.790 barrel dan pada Tahun 2007 sebanyak 7.354.710, dan pada Tahun 2009 turun menjadi 6.795.020. Hal yang sama juga terjadi pada produksi gas alam dari 667.465 MMBTU pada Tahun 2000 menjadi hanya 27.020 MMBTU Tahun 2003, dan 8 995,23 MMBTU pada Tahun 2004, sekitar
9 265,06 MMBTU pada Tahun 2005, berturut-turut 8 375,79 MMBTU pada Tahun 2006, 7 354,71 MMBTU pada Tahun 2007 dan 6 795,02 MMBTU Tahun 2008. Sedangkan produksi batubara juga terjadi penurunan dari 60.585 ton Tahun 2000 menjadi hanya tinggal 8.206 ton Tahun 2003. Selanjutnya pada kurun waktu dua tahun terakhir terjadi kenaikan antara tahun Tahun 2007 dan Tahun 2008 terjadi kenaikan produksi sebesar 2.215.496,24 m ton Tahun 2007, dan 4.216.057,27 m ton pada Tahun 2009.
3. Berdasarkan pada inventarisasi data potensi, Provinsi Jambi memiliki potensi sumber energi
di beberapa wilayah kabupaten, seperti pada Gas alam yang tersebar di wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur sebesar 178,13 triliun kaki kubik (TCF) terdiri dari 91,17 TCF cadangan terbukti dan 86,69 TCF cadangan potensi.
4. Potensi batubara sebesar 50 miliar ton, daerah penghasil terbesar adalah Kabupaten
Sarolangun, Kabupaten Bungo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
5. Potensi energi panas bumi yang dimiliki oleh Provinsi Jambi terdapat di sepanjang wilayah
Pesisir Pantai Timur dengan tingkat produksi hanya mencapai 807 MW.
6. Energi terbarukan yang meliputi tenaga matahari, angin, biomasa, biogas, dan gambut
mempunyai potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.
7. Energi gheo thermal, micro hydro yang terdapat di wilayah Kabupaten Tebo, Merangin,
Sarolangon dan Kerinci atau pada wilayah Barat Provinsi Jambi.
8. Wilayah Timur Provinsi Jambi yang diarahkan sebagai wilayah zonasi distribusi yang
didukung oleh potensi transportasi laut dan pembangunan pelabuhan. Provinsi Jambi memiliki potensi yang besar di sektor pertambangan. Beberapa pertambangan
yang skala besar dan sudah dieksploitasi adalah pertambangan minyak dan gas, sedangkan potensi pertambangan lainnya yang mempunyai skala besar tetapi dieksploitasi antara lain pertambangan batu bara dan semen.
Potensi pertambangan tersebut jika dikelompokkan atas wilayah usaha pertambangan maka potensi pertambangan di Provinsi Jambi terdiri dari :
1) Wilayah Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara
Pengembangan wilayah usaha pertambangan mineral dan batubara meliputi: pertambangan batubara di Kabupaten Sarolangun, Kabupaten Bungo, Kabupaten
Tebo, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Batanghari dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.
pertambangan mineral di Kabupaten Kerinci, Kabupaten Sarolangun, Kabupaten
Merangin, Kabupaten Bungo, Kabupaten Tebo, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Muaro Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
2) Wilayah Usaha Pertambangan Minyak dan gas bumi
Pengembangan wilayah usaha pertambangan minyak dan gas bumi berkembang dan diarahkan di beberapa kabupaten meliputi Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Kabupaten Muara Jambi, Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, Kota Jambi, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo dan Kabupaten Bungo.
3) Wilayah Usaha Pertambangan Rakyat
Pengembangan wilayah usaha pertambangan rakyat tersebar di seluruh kabupaten di wilayah provinsi.
4) Arahan pola ruang bagi kawasan potensi pertambangan
Pengembangan kegiatan penambangan harus memperhatikan kelestarian
lingkungan baik selama proses produksi maupun masa eksploitasi
Pemeliharaan fungsi kawasan yang didasarkan pada asas kelestarian lingkungan
5) Potensi Pertambangan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki kandungan minyak bumi dan gas yang cukup besar. Pada saat ini ada 2 perusahaan asing yaitu PETRONAS dari Malaysia dan PETROCHINA dari China, yang melakukan eksplorasi gas dan minyak bumi di wilayah ini. Kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki cadangan minyak bumi kurang lebih 250 juta barrel sedangkan gas alam cair potensinya 2 Milyard Feet Cubic Gas sebagai potensi sumberdaya non hayati.
Selain minyak gas dan bumi, bahan galian tambang potensial untuk dikembangkan diantaranya Gambut, Andesit, Pasir Pantai, Pasir Sungai, Kaolin, Tanah Liat, Granit Putih, dan Pasir Kuarsa.
Bahan galian andesit yang dapat dimanfaatkan untuk batu dinding atau batu ukiran
terdapat di Kecamatan Mendahara desa Rano, Kecamatan Dendang (Bukit Ibul), Kecamatan Muara Sabak (Desa Parit Culum) dengan deposit mencapai kurang lebih 320.460.000 m3.
Pasir pantai banyak terdapat disepanjang pantai barat di desa Bakutuo Kecamatan
Sadu. Volume cadangan sekitar 51.750.000 m3. Pasir kuarsa terdapat di Pantai Pulau Berhala dengan deposit sekitar 1.350.000 m3. Jumlah volume cadangan tereka tanah liat di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
sekitar 65.916.000 m3 yang tersebar di Desa Simpang, Kecamatan Rantau Rasau, Desa Bandarjaya Kecamatan Rantau Rasau, desa Kota Baru Kec. Dendang, Desa Margomulyo dan Margodadi Kecamatan Mendahara.
Bahan galian Granit putih tersebar di sekitar Pulau Berhala, dengan volume
cadangan yang dimiliki sekitar 500.000.000. Jumlah volume cadangan pasir sungai tereka yang tersebar di sepanjang tepi sungai
Berbak kecamatan Rantau Rasau adalah sekitar 11.695,200 m3. Jumlah volume cadangan tereka kaolin sekitar 629.500 m3 yang tersebar di
Kecamatan Rantau Rasau, Kecamatan Nipah Panjang dan Mendahara (jalan simpang kiri).