KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI UJUNG JABUNG
6.3 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN EKONOMI UJUNG JABUNG
6.3.1 Kebijakan Infrastruktur
Sebagai salah satu penentu utama keberhasilan agar dapat bersaing di dalam era globalisasi dan perdagangan bebas adalah jumlah infrastruktur yang mencukupi dengan kualitas yang baik.
Pengembangan infrastruktur dan utilitas ini pada dasarnya ditujukan untuk mendukung proses produksi, koleksidistribusi dan kelancaran perdagangan Kawasan Ekonomi Ujung Jabung sehingga dapat menarik minat investor, baik PMA dan PMD untuk membuka usaha karena adanya jaminan biaya produksi relatif kompetitif yang dapat meningkatkan daya saing harga produksi dibanding dengan di daerah lainnya.
Kebijakan dalam sektor infrastruktur ini adalah meliputi peningkatan dan pengembangan infrastruktur darat, laut, udara dengan tujuan:
membuka aksesibilitas dengan sentra-sentra produksi dan pusat-pusat
koleksidistribusi, baik didalam wilayah Provinsi Jambi maupun provinsi lain disekitarnya.
Mewujudkan keterhubungan antar simpul-simpul perdagangan nasional dan
internasional.
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arah pengembangan infrastruktur di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Perhubungan Darat
a. Membangun jalan akses dari Kota Jambi ke kawasan Ekonomi Ujung Jabung dengan
fungsi jalan sebagai arteri primer.
b. Membangun jalan akses dari Kota Muara Sabak ke kawasan Ekonomi Ujung Jabung
dengan fungsi jalan sebagai kolektor primer.
c. memperbaiki semua jalan yang rusak terutama yang berhubungan dengan Kota
jambi dan Kawasan Ekonomi Ujung jabung.
d. Membangun jaringan jalan kereta api (khususnya untuk angkutan barang) menuju
Kawasan Ekonomi Ujung Jabung yang terhubung dengan sistem jaringan jalan kereta api di Sumatera.
2. Perhubungan Laut
a. Membangun pelabuhan peti kemas di Kawasan Ekonomi Ujung jabung dengan
panjang dermaga sekurang-kurangnya 500 meter 1 dengan kapasitas dapat melayani
kapal yang mempunyai panjang sekitar 320 meter dan draft 16 meter dengan bobot di atas 125.000 DWT (± 135.000 GT).
b. Peralatan utama penanganan kontainer (The main container handling equipment)
yang direkomendasikan adalah Gantry Cranes 2
1 Beradasarkan hasil studi ”Pre-Feasibility Study and Conceptual Business Plan for Container Terminal Near Sorong” dikemukakan desain kapal sebagai paremeter penentu dermaga terminal kontainer sebagai berikut:
Trade
Trade Volume (est)
Design Ship Capacity (TEU)
Draft
Length
USEurope trades
1,500 to 2,000 TEU
12.5 m
245 m
Untuk kepentingan jangka panjang, maka pelabuhanterminal peti kemas di Ujung Jabung ini perlu direncanakan kedalam katagori struktur jaringan Intrasian, walaupun untuk tahap awal mungkin lebih sesuai dimasukan ke dalam katagori feeder untuk melayani kapal berkapasitas 2000-4000 TEU dengan panjang kapal sekitar 280 m dan draft 14 m. Ukuran kapal ini sesual dari hasil penelitian masuk dalam kapal yang beroperasi di kawasan jalur internasional. Menurut aturan, simpelnya kapal di desain untuk dapat melalui Terusan Panama oleh karena itu lebar kapal tidak lebih dari 32,8 m pada quay wall sepanjang ± 320 m (280 m + 32,8m). Apabila terminal di desain untuk kapal yang lebih kecil, maka dimungkinkan untuk mengurangi panjang dermaga dengan menyediakan mooring dolphin ketimbang membangun quay sepenuhnya.
Namun demikian dalam kerangka waktu yang lebih panjang dengan menggunakan peraturan dari pengalaman serupa, untuk sebuah dermaga dengan panjang 320 m akan dibutuhkan cadangan untuk tongkang atau kapal-kapal lokal dan domestik yang bersandar secara bersamaan dengan kapal Intrasian. Dengan demikian terminal dengan panjang sekitar
500 m akan menyediakan keleluasaan untuk jangka waktu 20 tahun ke depan. Sebagai Catatan: kapal kontainer terbesar di dunia saat ini adalah kapal Emma Maersk yang dimiliki oleh AP Moller-Maersk
Group buatan tahun 2008. Secara resmi, Emma Maersk mampu membawa sekitar 11.000 kaki setara unit-dua puluh (TEU) atau kapal ini mampu membawa sekitar 1.400 kontainer lebih dari kapal lain Adapun spesifikasi teknis kapal kontainer Emma Maerks ini adalah sebagai berikut: - Tonnage
: 170,974 GT (55,396 NT)
- Length
: 397 metres (1,300ft)
- Beam
: 56 metres (180ft)
- Draft
: 15.5 metres (51ft)
- Capacity
: 156,907 DWT, 11,000T 2 Penggunaan Gantry Crane daripada jenis Mobile Harbour Cranes karena kapal intrasian dengan kapasitas 6000 TEU akan
mengalami kesulitan untuk menyesuaikan dengan peralatan lainnya. Walau dari segi investasi jauh lebih murah dengan menggunakan mobile harbour crane namun bila dikaitkan dengan kepentingan pelayanan setingkat internasional dan jangka panjang, maka penggunaan gantry crane ini merupakan suatu keharusan.
Penggunaan gantry crane ini pada dasarnya tidak terlepas dari kebutuhan produktivitas pelabuhan, dimana pada saat ini di Penggunaan gantry crane ini pada dasarnya tidak terlepas dari kebutuhan produktivitas pelabuhan, dimana pada saat ini di
menggunakan peralatan RTRGs adalah sekitar 25 Ha dengan panjang quay sekitar
250 m 3 .
3. Perhubungan Udara
a. Memperluas jaringan pelayanan angkutan udara dari Bandara Sutan thaha dengan
kota-kota utama, baik di Indonesia, maupun internasional.
b. Membuka kerjasama dengan bandara internasional untuk memperluas jaringan
pelayanan angkutan udara darike Jambi secara timbal balik.
4. Pengembangan Jaringan Pelayanan InterAntar Moda
o Pengembangan angkutan pemandu moda untuk melayani angkutan dari Kawasan
Ekonomi Ujung Jabung (Pelabuhan laut) – Kota Muara Sabak - kota Jambi - Bandara Sultan Thaha.
o Penyediaan angkutan umum dengan trayek Jambi – Ujung Jabung
produktivitas pelabuhan di Singapura dan pelabuhan-pelabuhan pemindahmuatan (trans-shipment) utama di Malaysia, yang memiliki produktivitas sekitar 100 – 110 peti kemas per jam.
3 Pilihan utama peralatan di dalam areal penumpukan (stacking area) adalah: Mobile Harbour Cranes, Reach Stackers, Fork Lifts, RTGs.
Penggunaan mobile harbour cranes dalam area penumpukan biasanya terbatas untuk menangani kontainer kosong atau di terminal dengan volume rendah. Hal ini mungkin sesuai selama masa awal apabila skala terminal diperkecil degan tujuan untuk memperkecil biaya investasi. Namun hal ini bukan solusi yang efektif untuk kepentingan jangka panjang. Reach stackers and forklifts dioperasikan pada terminal dengan volume menengah. Peralatan ini membutuhkan lahan yang lebih besar dibanding dengan menggunakan container handling equipment lainnya
Pada tabel dibawah dapat dilihat kaitan antara produktivitas lahan dengan besaran handling equipment berdasarkan Rencana Induk Pelabuhan Nasional di Indonesia. Penanganan volume lalu lintas kontainer dengan volume menengah sampai tinggi adalah berada batas reach stackers dan RTGs. Reach stacker dan forklift mempunyai nilai jual apabila perawatannya cukup baik. Dengan demikian dimungkinkan di dalam rencana pengembangan pada tahun-tahun awal menggunakan reach stacker dan kemudian secara bertahap berpindah ke RTGs sejalan dengan perkembangan volumenya. Namun penggantian peralatan tersebut harus direncanakan secara cermat dan hati-hati
Equipment
Traffic Volume (TEU)
Land Area Productivity (TEUHayr)
Bridge Cranes
40,000-100,000
RMG (all types)
Straddle Carriers
200,000-1,000,000
10,000-20,000
Reach StackersFLT
5,000-10,000
6.3.2 Kebijakan Sistem logistik dan Rantai Suplai
Sistem logistik merupakan bagian terpenting dari infrastruktur dalam kaitannya dengan kepentingan ekonomi atau dengan kata lain sistem logistik adalah sebagai urat nadi perdagangan pada khususnya. Tanpa kelancaran logistik, maka seluruh proses produksi dan perdagangan dapat terganggu. Dalam hal ini yang perlu menjadi perhatian adalah perkembangan logistik yang baik harus selalu dikaitkan dalam mata rantai suplai dan arus barangjasa.
Ketentuan mengenai sistem logistik ini telah diatur di dalam Peraturan Presiden No. 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Sistem Logistik Nasional.
Kebijakan sistem logistik dan rantai suplai di Kawasan Ekonomi Ujung jabung adalah mengembangkan sistem logistik sedemikian rupa, sehingga pengadaan (procurement) atau penyaluran (distribution) produk dapat berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tercipta nilai tambah (value added) dan daya saing yang kompetitif
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arah pengembangan sistem logistik dan rantai suplai (supply chain) di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Penyederhanaan prosedur ekspor, impor, dan proses kepabeanan secara optimal sesuai
dengan kesepakatan di dalam ASEAN Single Window 4 , sehingga dapat mencapai biaya logistik dan waktu pengiriman pada tingkat yang wajar dan kompetitif.
2. Ketentuan hukum yang jelas untuk mendukung kepastian usaha logistik.
3. Mengembangkan regulasi logistik, perpajakan dan suku bunga bagi pengadaan berbagai
sarana dan prasarana secara terpadu sehingga biaya yang dikeluarkan dapat berada pada tingkat yang wajar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
4. Penyediaan fasilitas pergudangan yang cukup dan memadai.
5. Penyediaan jaringan pelayanan antar moda (darat, laut, udara termasuk ASDP) secara
terpadu untuk memperkuat konektivitas antar lokasi dalam setiap komponen rantai suplai meliputi segmen-segmen: rantai suplai hulu (Upstream Supply Chain), rantai suplai internal (Internal Supply Chain) dan rantai suplai hilir (Downstream Supply).
4 Indonesia menargetkan kebijakan ini akan jalan sepenuhnya pada akhir tahun 2007. Target ini dikaitkan dengan implementasi penyederhanaan prosedur ekspor, impor, dan proses kepabeanan di ASEAN
6. Menjamin penggunaan armada logistik yang layak dan laik jalan.
7. Mengembangkan kerjasama dengan supplier (supplier partnership) dan juga
mengembangkan aliansi strategis (strategic alliance) untuk dapat menjamin lancarnya pergerakan barang dalam rantai suplai (supply chain).
8. Pemanfaatan teknologi informasi yang handal untuk mendukung prinsip-prinsip rantai
suplai mencakup : o pelayanan: Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C) dan e-commerce
Supply Chain. o proses pemantauan arus barang antar wilayah
o proses arus transaksi dan keuangan.
6.3.3 Kebijakan Energi, Air Bersih dan Informasi Komunikasi Telekomunikasi
6.3.3.1 Kebijakan Energi
Energi listrik merupakan komponen yang sangat krusial dari infrastruktur bagi kelancaran kegiatan industri dan bisnis (termasuk menarik investasi).
Kelangkaan energi (gas dan listrik) serta biayanya yang cenderung meningkat terus (terutama sejak PT PLN memberlakukan tarif nonsubsidi) pada saat ini menjadi kendala dominan bagi para pelaku industri manufaktur di Indonesia dan kondisi ini tentunya akan menghambat minat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
Kebijakan dibidang energi di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung ini adalah menjamin kecukupan pasokan energi secara maksimal untuk melayani kebutuhan selama 24 jam penuh sehingga kegiatan produksi selalu dapat mencapai, baik untuk kepentingan skala ekonomi tinggi maupun skala ekonomis, disertai dengan kemampuan untuk
mengantisipasi pertumbuhan industri dalam jangka panjang. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arah pengembangan energi di Kawasan Ekonomi
Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Membangun pusat pembangkit tenaga listrik sendiri, sehingga kebutuhan listrik tidak
bergantung kepada PT. PLN 5 .
2. Memaksimalkan penggunaan batubara untuk pembangkit listrik pada tahap awal, yang
secara bertahap beralih sepenuhnya PLTG 6
3. Membangun jalur pipa gas dari sumber gas terdekat ke Kawasan Ekonomi Ujung Jabung.
4. Mengembangkan infrastruktur PLTG.
5. Kelebihan daya yang dihasilkan dari pembangkit dapat diupayakan disalurkan untuk
kepentingan masyarakat yang ada disekitar kawasan melalui PLN.
6.3.3.2 Kebijakan Air Bersih
Pengadaan air bersih sama pentingnya seperti energi listrik untuk berbagai kebutuhan, meliputi : industri, perkantoran, kapal-kapal yang berlabuh, rumah tangga bagi seluruh penghuni di Kawasan Ekonomi Ujung jabung, dan lain-lain. Volume air yang dibutuhkan cukup besar yang tidak mungkin dipenuhi dari PDAM Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Dalam hal ini penyediaan air bersih melalui sumber air tanah dalam dengan pompa tidak direkomendasikan mengingat dampaknya terhadap lingkungan terutama intrusi air laut ke kawasan.
Kebijakan dibidang air bersih di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung ini adalah menjamin kecukupan pasokan secara maksimal untuk melayani kebutuhan selama 24 jam penuh sehingga kegiatan produksi selalu dapat mencapai, baik skala ekonomi tinggi maupun skala ekonomis, disertai dengan kemampuan untuk mengantisipasi pertumbuhan industri dalam jangka panjang
Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arah pengembangan air bersih di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
5 kebutuhan energi melalui program akselarasi penyediaan tenaga kelistrikan melalui PPA (Power Purchase Agreement) dengan pihak PLN sebagai penyedia distribusi sesuai dengan PP no 262006 untuk memperoleh insentif pada pihak
swastainvestor domestik maupun internasional dalam penyelenggaraan tenaga listrik adalah bukan menjadi solusi yang efektif untuk menjamin kelancaran pasokan dan kepentingan dalam jangka panjang. Kebutuhan tenaga kelistrikan melalui penyediaan PPA dengan PT. PLN mungkin efektif hanya untuk tahun awal saja sambil menunggu pembangkit tenaga listrik selesai dibangun dan beroperasi
6 Energi Gas Alam belum dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan nasional karena Indonesia masih terikat kontrak jangka panjang dengan negara lain yang akan berakhir sekitar tahun 2018. Sementara penyediaan Gas Alam dalam
skala nasional untuk Indonesia Bagian Barat yang paling efisien adalah di pasok dari Kalimantan Timur atau Kep. Natuna. Pada saat ini infrastruktur Gas Alam berupa instalasi perpipaan baru dibangun untuk Pulau Jawa dari Kalimantan (KALIJA). Dengan demikian ke depan pengembangan infrastruktur perpipaan Gas untuk wilayah Pulau Sumatera mungkin dapat
1. Membangun instalasi penjernihan air bersih sendiri sehingga kebutuhan air bersih selalu
terjamin pasokannya.
2. Instalasi penjernihan air bersih wajib dibangun dengan sistem water treatment plant
termasuk instalasi water recycling dengan standar kesehatan dunia.
3. Produksi air bersih yang dikembangkan dapat menghasilkan air siap minum (portable).
4. Kelebihan debit volume air bersih yang dihasilkan dapat disalurkan untuk kepentingan
masyarakat yang ada disekitar kawasan.
5. Menerapkan pengadaan sumur resapan air pada setiap bagian kawasan untuk menjaga
kelestrian lingkungan dan menjaga ketersediaan sumber air tanah secara berkelanjutan untuk mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan.
6.3.3.3 Kebijakan Informasi Komunikasi dan Telekomunikasi
Seperti diketahui, bahwa pada dasarnya teknologi informasi ditekankan pada hasil data yang diperoleh sedangkan pada teknologi komunikasi ditekankan pada bagaimana suatu hasil data dapat disalurkan, disebarkan dan disampaikan ke tempat tujuan.
Teknologi informasi berkembang cepat seiring dengan meningkatnya perkembangan komputer dengan piranti pendukungnya serta perkembangan teknologi komunikasi yang ada. Sementara teknologi komunikasi berkembang cepat seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi elektronika, sistem transmisi dan sistem modulasi, sehingga suatu informasi dapat disampaikan dengan cepat dan tepat.
Kebijakan dibidang informasi komunikasi dan telekomunikasi adalah mengintegrasikan data permintaan dan penawaran dalam rantai suplai (supply chain) secara akurat dan cepat untuk mendukung Business to Business (B2B), Business to Customer (B2C) dan e-commerce Supply chain dalam rangka meningkatkan keunggulan kompetitif.
Kegiatan e-commerce ini adalah sebagai pendukung dalam kegiatan-kegiatan: industri, transportasi, perbankan, asuransi dan jasa perdagangan yang dikembangkan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kesiapan kawasan terhadap global supply chain.
Pengembangan sistem perbankan dan perdagangan akan memerlukan dukungan sistem IT (arus informasi dan teknologi) dan telekomunikasi yang modern dan terintegrasi secara internasional, terutama dalam kaitannya transaksi, aliran dana, asuransi ekspor, jaminan ILC dan lain-lain.
Arus informasi yang dimaksud, diantaranya: Arus informasi pasar, mitra bisnis, ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara produsen (penyedia) dengan pengguna (konsumen) .
Arus informasi keuangan meliputi perkreditan penjaminan, jadwal pembayaran
berbagai transaksi bisnis, kepemilikan serta pengiriman dan penerimaan, dan lain-lain. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arah pengembangan informasi komunikasi dan
telekomunikasi di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Memanfaatkan posisi geografis yang cukup strategis, sebagai alternatif (secondary
option) menjadi ICT-hub Singapore atau international gateway yang menghubungkan jaringan ICT Asia-Pacific dan benua-benua lainnya. ICT-networks yang dicakup meliputi jaringan komunikasi data, voice (telekomunikasi) dan multi media (video streaming), baik menggunakan media wireline (kabel tembaga maupun kabel serta optik) maupun wireless (teknologi nir-kabel).
2. Pengembangan jaringan ICT tetap mengacu kepada Blue Print yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah melalui DeTiknas.
3. Penyediaan jaringan telepon dan sistem pertelekomunikasian yang mampu menjangkau
seluruh masyarakat dan mampu melayani kebutuhan telekomunikasi bagi sektor industri, perdagangan, dan perkantoran. Jaringan telekomunikasi yang disediakan harus memiliki coverage yang luas dan kapasitas yang memadai.
4. Membangun ’cyber centerbuilding’ pada lokasi-lokasi strategis yang menyediakan
fasilitas co-location bagi operatorpenyelenggara telekomunikasi, penyelenggara jaringan telekomunikasi, dan jasa telekomunikasi serta value added service lainnya.
5. Penggunaan teknologi telekomunikasi: mulai dari analog, digital, GSM, CDMA, VOIP, dll.
disesuaikan dengan karakteristik kawasan yang dilayani.
6. Tarif telepon dan akses internet yang kompetitif dan terjangkau oleh pengguna.
7. Penyediaan akses internet cepat melalui broadband access di lokasi-lokasi strategis di
seluruh kawasan disertai dengan penetrasi pengguna internet dan pertumbuhan kepemilikanketersediaan fasilitas komputer yang cukup tinggi.
6.3.4 Kebijakan Sanitasi dan Penyehatan Lingkungan
Kebijakan sanitasi dan penyehatan lingkungan di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah menjaga baku mutu kualitas lingkungan dan baku mutu kualitas limbah sesuai dengan standar yang berlaku.
Penyehatan Lingkungan (Environmental Sanitation) adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah.
Dengan demikian sanitasi dan penyehatan lingkungan yang dikembangkan di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung secara keseluruhan meliputi:
Sistem drainase dan pembuangan air hujan Sistem Pengolahan Sampah Sistem Pengolahan limbah rumah tangga, perkantoran dan fasilitas umum Sistem pembuangan limbah industri
Berdasarkan kebijakan tersebut. maka arah pengembangan sanitasi dan penyehatan lingkungan di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan Sistem Drainase Pembuangan Air Hujan;
a. Prinsip dasar pengembangan system dan jaringan drainase dan pembuangan
limpasan air hujan (run-off) adalah mempercepat dan mengendalikan penyaluran limpasan air hujan menuju tempat-tempat penampungan atau saluran-saluran yang ada termasuk sungai dan danau; serta meminimasimeniadakan genangan-genangan yang diakibatkan oleh limpasan air hujan yang berisiko untuk timbulnya banjir.
b. Pembangunan dan pengelolaan jaringan drainase dan pembuangan air hujan
dilakukan secara konvensional maupun dengan carametode-metodeteknologi ramah lingkungan dan berkesinambungan dengan tujuan pembangunan jangka panjang.
c. Mengembangkan dan membangun sistem jaringan drainase dan pembuangan air
hujan yang terpadu termasuk untuk kepentingan preservasi lingkungan, penyediaan air bersih, dan kualitas kehidupan yang nyaman dan asri.
d. Melakukan rehabilitasi sungai-sungai dan saluran pembuangan air hujan yang sudah
ada dan berisiko merusak lingkungan, mengganggu supply air bersih, serta menimbulkan bencana banjir.
e. Mengembangkan ’retention pond’ dan ’detention pond’ pada setiap peruntukan
untuk kawasan-kawasan permukiman atau industri baru.
f. Menerapkan sistem ’terasering’, ’silt trap’, dan membangun ’turap’ untuk
mengendalikan aliran limpasan air hujan khususnya di kawasan-kawasan yang memiliki kelerengan (kemiringan lahan) tinggi.
2. Pengembangan Sistem Pengolahan Sampah
Sampah yang di hasilkan dari berbagai kegiatan produktif di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung meliputi sampah industri, perkantoran jasa perdagangan, pelabuhan dan permukiman, dan kegiatan lainnya
a. Untuk pengolahan sampah-sampah tersebut disarankan untuk dikelola oleh suatu
perusahaan swasta atau pola kerjasama Badan pengelola Kawasan dengan swasta.
b. Dari pelayanan ini, maka seluruh pelaku kegiatan di dalam kawasan ditarik retribusi
kebersihan dengan besaran bervariasi sesuai dengan skala kegiatannya.
c. Teknologi pengolahan sampah disesuaikan dengan hasil kajian, yaitu dapat dilakukan
dengan sistem: pengomposan (composting); pembakaran sampah (Incenerator); Tempat Pembuangan Akhir Sampah TPA (landfill); Kombinasi sistem composting dan icenerator; atau Kombinasi ketiga teknologi diatas, dimana teknologi landfill digunakan sebagai
sink dari residu yang dihasil dari kedua teknologi diatas (composting dan icenerator)
Pada sistem TPA
dengan teknik open dumping tidak disarankan untuk
dikembangkan di kawasan ini.
3. Pengembangan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
Limbah yang dihasilkan dari kawasan meliputi limbah rumah tangga (permukiman), perkantoran, pelabuhan, kapal-kapal, dan limbah industri yang mungkin tercakup di dalamnya limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun).
a. menerapkan system septic tank untuk limbah MCK
b. Air limbah rumah-tangga, perkantoran, pelabuhan, kapal dan industri ditangani
secara terpadu dalam sistem pengolahan air limbah (Sewerage Treatment Plant) secara terpadu dalam sistem pengolahan air limbah (Sewerage Treatment Plant)
c. Dari pelayanan ini, maka seluruh pelaku kegiatan di dalam kawasan ditarik retribusi
dengan besaran bervariasi sesuai dengan skala kegiatannya.
d. Mengingat penerapan IPAL cukup besar biaya, maka untuk pengadaannya dapat
dilakukan oleh perusahaan swasta atau pola kerjasama Badan Pengelola dengan swasta.
e. Penerapan IPAL secara terpadu dan terintegrasi ini relatif lebih menguntungkan,
karena setiap pelaku industri di kawasan tidak harus menyediakan sistem pembuangan dan pengolahan air limbah sendiri yang harus sesuai dengan ketetapan standar buku mutu limbah cair untuk masing-masing jenis industrinya. Demikian juga dalam segi pengawasan dan pengendaliannya relatif lebih mudah sehingga dengan cara ini diharapkan dapat tercipta suatu kawasan industri yang ramah lingkungan. Lestari dan berkelanjutan.
6.3.5 Kebijakan Investasi Kebijakan investasi di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah mengembangkan sistem
pelayanan satu atap (national single window) untuk mengakomodir kebutuhan investorpengusaha dalam memperoleh pelayanan yang efisien, mudah, dan cepat sesuai dengan standar internasional yang dibangun melalui koordinasi yang baik antara lembaga-lembaga pemerintah yang berkepentingan dalam penanaman modal.
Adapun arahan pengembangan kebijakan investasi di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah ditujukan untuk menurunkan ekonomi biaya tinggi, memperlancar arus barang dan jasa, memfasilitasi infrastruktur perdagangan luar negeri dan dalam negeri, dalam kerangka untuk meningkatkan daya saing komoditi ekspor, yaitu dengan cara:
1. Membangun birokrasi yang efisien dalam rangka menyederhanakan prosedur perizinan
dan transparansi kebijakan.
2. Melakukan reformasi kepabeanan dalam rangka mewujudkan prosedur pabean yang
efisien, cepat dan dapat diprediksi yang berlaku sama bagi seluruh pengusaha, baik asing maupun domestik.
3. Mewujudkan konsistensi kebijakan pemerintah dan peraturan-peraturan daerah agar
tidak berubah sewaktu-waktu yang dapat membuat ketidakpastian untuk berusaha atau mempersulit kelancaran usaha.
4. Melakukan kerjasama antar daerah dengan Pemda lainnya dalam rangka untuk
mewujudkan harmonisasi, baik kebijakan pemerintah lintas sektoral maupun lintas wilayah (terkait dengan perda-perda perdagangan dalam negeri dan luar negeri, kebijakan industri, kebijakan pertanian, kebijakan fiskal, kebijakan perburuhan, kebijakan perbankan, kebijakan moneter dan fiskal, dll).
5. Mengimplementasikan UU No.25, 2007 tentang Penanaman Modal
6.3.6 Kebijakan Standarisasi
Kebijakan standarisasi di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah menerapkan standar Asean dengan ketat dan secara bertahap diarahkan kepada standar Uni Eropa (EU) dalam rangka agar seluruh produk-produk yang dihasilkan terdaftar pada standar produk dalam Harmonisasi Asean dan Internasional, sehingga dapat menembus pasar Asean dan pasar Global dengan daya saing yang kompetitif dibanding produk-produk sejenis yang dihasilkan oleh negara lain.
Berdasarkan kebijakan standarisasi tersebut, maka arahan kualitas produk-produk yang dihasilkan dari Kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Memberdayakan lembaga akreditasi dan fasilitas laboratorium penguji yang ada di
Indonesia untuk penguatan standar kualitas produk sesuai dengan standar Asean dan secara bertahap ke standar Uni Eropa (UE)
2. Menerapkan kewajiban standar keamanan produk dan ketentuan label bagi seluruh
industri sesuai dengan standar Asean dan Global untuk semua komoditi yang berorientasi ekspor.
3. Menjalin kerja sama dengan principal dari negara tujuan ekspor sebagai penjamin
produk, dengan tujuan agar produk-produk buatan Indonesia (kawasan Ekonomi Ujung Jabung) dites terlebih dahulu oleh principal sebelum di ekspor ke negara bersangkutan.
4. Setiap produk yang dihasilkan dari Kawasan Ekonomi Ujung Jabung yang berorientasi
ekspor wajib didaftarkan pada standar produk dalam harmonisasi ASEAN.
5. Setiap produk untuk kepentingan ekspor yang dihasilkan wajib di dukungan oleh
3 komponen dasar yang mencirikan buatan Indonesia berkualitas, yaitu dengan pemberian merk (branding), pengemasan (packaging) dan desain produk (product design) yang dirancang dengan bagus dan dilindungi dengan HKI dan sertifikasi produk.
6.3.7 Kebijakan Suprastruktur
SDM dan teknologi pada dasarnya merupakan prasyarat mutlak untuk tumbuh dan berkembangnya sektor perindustrian agar selalu dapat mengikuti perkembangan pasar dan kualitas yang dinginkan konsumen.
Kebijakan suprastruktur adalah mengembangkan lembaga-lembaga pendikan formal dan informal untuk menyediakan SDM yang berkualitas dan mampu menyerap transfer
teknologi industri sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kebijakan tersebut, maka arahan pengembangan suprastruktur untuk
mendukung kepentingan perindustian di kawasan Ekonomi Ujung Jabung adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan lembaga pendidikan Politeknik setingkat D3 untuk menyediakan
tenaga terlatih siap pakai dari berbagai bidang keahlian sebagai SDM yang dapat menerima transfer teknologi.
2. Mengembangkan lembaga pendidikan kejuruan setingkat SLTA dan lembaga pedidikan
non formal dari berbagai jurusan untuk menyediakan tenaga terampil dan siap pakai sebagai tenaga operator terlatih diberbagai kegiatan industri, jasa dan perdagangan.
3. Mengembangkan balai-balai pelatihan diberbagai bidang, seperti permesinan, elektrik,
komputer, perbengkelan dan lain-lain.
4. Mengembangkan pusat pelatihan shipping crew, yang ditujukan untuk menciptakan
crew-crew kapal yang handal, untuk mendukung international shipping and marine yang akan dikembangkan di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung.
5. Mengembangan lembaga R D dibidang perkebunan, agro industri dan produk.
6.3.8 Kebijakan Pengembangan Perumahan dan Permukiman
Perumahan dan permukiman pada dasarnya ditujukan untuk menyediakan perumahan bagi para pekerja dikegiatan-kegiatan utama di Kawasan Ekonomi Ujung Jabung yang meliputi pekerja, baik lokal maupun asing (expatriat).
Perumahan dan permukiman yang disediakan direkomendasikan berupa apartemen yang dapat dibagi kedalam kelas, meliputi untuk expatriat, excecutive, staf, pekeja biasa dan buruh. Hal ini dipertimbangkan untuk menjamin keamanan lingkungan dan kenyamanan penghuni karena sistem pengawasan dapat diselengarakan secara terpadu dan terintegrasi. Demikian juga bagi para pekerja yang datang secara temporer disediakan hotel dan penginapan.
Untuk kemudahan bagi para pekerja dan penghuni di kawasan juga disediakan armada pemadu moda yang melayani angkutan kawasan – Kota Muara sabak – Kota Jambi – Bandara secara reguler.