Konsep Dasar

1. Konsep Dasar

Sumberdaya hutan dituntut untuk memikul banyak fungsi yaitu fungsi ekologi, fungsi ekonomi, dan fungsi sosial. Oleh karena sifatnya yang sensitif terhadap perlakuan, maka sebidang lahan kawasan hutan tidak akan mampu memikul semua fungsi tersebut secara simultan. Hal ini menyebabkan kawasan hutan harus dibagi menjadi unit-unit manajemen yaitu, unit manajemen hutan konservasi untuk misi ekologi, unit manajemen hutan tanaman untuk misi ekonomi, dan unit manajemen hutan produksi untuk misi ekologi dan ekonomi.

Berdasarkan faktor-faktor yang menjadi pertimbangan utama membentuk unit manajemen, terdapat beberapa pengertian unit manajemen sebagai berikut:

a. Davis (1966). Unit manajemen hutan atau unit kelestarian hasil adalah suatu unit pengelolaan untuk menghasilkan produksi hasil hutan secara lestari dengan tujuan pencapaian keseimbangan antara pertumbuhan dan pemungutan hasil setiap tahun atau setiap periode tertentu. Unit manajemen dalam pengertian ini berfokus pada pengelolaan unit-unit tegakan untuk menghasilkan kayu secara lestari.

b. Davis dan Johnson (1987). Unit manajemen hutan adalah areal hutan dengan luasan tertentu yang terdiri atas sejumlah unit-unit lahan homogen yang dikelola untuk mencapai satu atau beberapa tujuan tertentu. Unit-unit lahan homogen penyusun unit manajemen tersebut diklasifikasi berdasarkan karakteristik fisik (seperti kelerengan, daerah aliran sungai), karakteristik vegetasi (seperti penutupan, potensi hasil hutan), dan karakterisitik pembangunan (seperti aksesibilitas wilayah). Unit manajemen dalam pengertian ini berfokus pada pengelolaan unit-unit lahan yang homogen secara terintegrasi untuk tujuan tertentu.

c. Noordwik V. M, dkk, (2003). Unit manajemen adalah unit-unit usaha yang terdapat pada suatu wilayah yang dikelola secara terintegrasi dengan unit- unit usaha yang ada di luar wilayah sebagai suatu unit pengelolaan. Luas suatu unit manajemen tergantung kepada kondisi spesifik wilayah, karakter sumberdaya di dalam dan di luar wilayah unit manajemen, serta pola-pola aliran lateral relatif (patterns of lateral flow relatif) antara unit-unit usaha yang ada di dalam unit manajemen Lingkup unit manajemen dalam pengertian ini lebih luas yakni mengintegrasikan wilayah.

d. Mosher (1986) juga memandang unit manajemen dari sisi wilayah pelayanan, yaitu keterkaitan unit-unit usahatani dari suatu wilayah dengan wilayah lain dalam hal penyediaan pelayanan pasar hasil usahatani dan pasar faktor-faktor poduksi serta pelayanan lainnya yang tekait dengan usahatani. Konsep lokalitas usahatani dan distrik usahatani yang dikemukaan oleh Mosher adalah konsep unit manajemen, dengan fokus pada wilayah pelayanan. Dalam hal ini, suatu unit manajemen dibangun berdasarkan hubungan-hubungan fungsional antara satu wilayah desa dengan pusat- pusat pelayanan di wilayah lainnya yang menyediakan fasilitas-fasilitas usahatani dan pasar produksi usahatani.

e. Clutter, dkk. (1983). Unit manajemen atau disebut sebagai cutting unit yaitu unit-unit pengelolaan hutan yang terkecil sebagai wadah untuk melaksanakan preskripsi pengelolaan. Kondisi biofisik setiap unit manajemen yang berbeda- beda menyebabkan intensitas pengelolaan setiap unit manajemen juga berbeda. Bentuk pengelolaan pada setiap unit manajemen disebut management regime. Pada pengelolaan hutan tanaman jati di Jawa, istilah cutting unit disebut petak.

f. Christaller (1933). Membagun unit menajamen berdasarkan pendekatan efisiensi biaya untuk mendapatkan pelayanan (produsen-konsumen). Dalam hal ini Christaller membagi dua wilayah unit manajemen yaitu range dan threshold. Range adalah wilayah unit manajemen dimana konsumen berhadapan dengan biaya transpor yang tinggi untuk mendapatkan pelayanan pada suatu tempat. Sedangkan threshold adalah wilayah unit f. Christaller (1933). Membagun unit menajamen berdasarkan pendekatan efisiensi biaya untuk mendapatkan pelayanan (produsen-konsumen). Dalam hal ini Christaller membagi dua wilayah unit manajemen yaitu range dan threshold. Range adalah wilayah unit manajemen dimana konsumen berhadapan dengan biaya transpor yang tinggi untuk mendapatkan pelayanan pada suatu tempat. Sedangkan threshold adalah wilayah unit

g. Unit manajemen dalam konsep hutan kemasyarakatan adalah wilayah pengelolaan hutan kemasyarakatan yang ditetapkan berdasarkan pertimbangan ketergantungan masyarakat setempat terhadap kawasan hutan di sekitarnya dan potensi hutan yang dapat dikelola oleh masyarakat setempat. Wilayah pengelolaan ini terdiri atas sejumlah unit-unit lokasi sebagai unit usaha yang dikelola oleh kelompok masyarakat (Departemen Kehutanan, 2001).

h. Unit manajemen dalam konsep social forestry adalah Areal Kerja Social Forestry (AKSF) yang ditata secara mikro menjadi blok-blok dengan mempertimbangkan aturan-aturan dan arahan-arahan tentang penataan ruang seperti RTRWP, RTRWK, dan TGHK/Padu Serasi serta peta penunjukan kawasan. Blok-blok tersebut menjadi dasar untuk mengembangkan usaha-usaha yang berhubungan dengan pemanfaatan hutan/lahan secara optimal dan lestari (Departemen Kehutanan, 2003).

Berdasarkan uraian pengetian unit manajemen di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu unit manajemen hutan mencakup tiga kesatuan yaitu, kesatuan areal/wilayah, kesatuan pekerjaaan, dan kesatuan organisasi.