10
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan dan eksistensi suatu perusahaan, tidak terlepas dari adanya peran dan kontribusi para pemangku kepentingan stakeholders. Masyarakat lokal adalah
satu diantara beberapa pemangku kepentingan dalam suatu perusahaan. Lokasi tempat berdiri dan beroperasinya suatu perusahaan, terdapat masyarakat disekitarnya
yang terkena dampak dari aktivitas bisnis tersebut, baik dampak positif maupun dampak negatif. Untuk itu perusahaan perlu memberikan kepedulian terhadap
masyarakat di sekitar lokasi usahanya. Kepedulian perusahaan tersebut tertuang dalam suatu program yang dikenal dengan CSR Corporate Social Responsibility
atau tanggung jawab sosial perusahaan. Bagi perusahaan yang konsisten menerapkan CSR dalam aktivitasnya, dalam
jangka panjang akan mendapatkan keuntungan dalam bentuk kepercayaan dari stakeholders-
nya. Menurut Azheri 2011, fakta menunjukkan adanya korelasi positif antara perusahaan yang menerapkan CSR dalam aktivitas usahanya dengan apresiasi
masyarakat. Oleh karena itu, penerapan CSR tidak lagi dianggap sebagai “cost” semata-mata, melainkan sebagai investasi jangka panjang bagi perusahaan yang
bersangkutan. Pemerintah sebagai regulator telah memasukkan substansial pengaturan CSR
yang tersebar dalam berbagai peraturan perundang-undangan diantaranya adalah Undang-Undang Penanaman Modal UU PM, Undang-Undang Perseroan Terbatas
Universitas Sumatera Utara
11 UU PT, Undang-Undang Mineral dan Batu Bara UU Minerba, dan yang terbaru
adalah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 tahun 2012 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Undang-Undang Penanaman Modal UU PM dalam Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan”. Sementara huruf d UU PM menyatakan bahwa “setiap penanam modal berkewajiban menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi
kegiatan usaha penanam modal”. Dengan ditegaskannya tanggung jawab sosial perusahaan sebagai kewajiban penanam modal, maka pasal 15 UU PM telah
meletakkan landasan yuridis perubahan paradigma sifat CSR dari sukarela voluntary menjadi keharusan mandatory.
Bagi perusahaan yang tidak melaksanakan kewajibannya dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 UU PM yang menyatakan :
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 5
yang tidak memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 dapat dikenai sanksi administratif berupa :
a Peringatan tertulis;
b Pembatasan kegiatan usaha;
c Pembekuan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal; atau
d Pencabutan kegiatan usaha danatau fasilitas penanaman modal.
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan oleh
instansi atau lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
12 3.
Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Penjelasan Pasal 15 huruf b UU PM menyatakan bahwa “tanggung jawab
sosial perusahaan adalah tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal untuk tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang, dan sesuai
dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat”. Meskipun CSR telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan,
namun dalam implementasinya CSR di Indonesia masih bersifat multitafsir dalam artian pelaksanaannya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lain sesuai
dengan pemahaman dan kebutuhan perusahaan bersangkutan terhadap CSR. Sehingga, program-program CSR yang dilakukan oleh suatu perusahaan memiliki
dampak yang berbeda pula, terutama bagi masyarakat lokal sekitar perusahaan. Hal ini disebabkan karena letak kelemahan pengaturan CSR yang ada
sekarang ini adalah tidak dikembangkan secara sistematis, rasional, dan tidak ada sinkronisasi antara ketentuan peraturan perundang-undangan, serta tidak adanya
standarisasiacuan dalam melaksanakan program CSR, sehingga wajar jika implementasi CSR di Indonesia beraneka ragam. Disamping itu, terdapat perdebatan
dari berbagai kalangan asosiasi pengusaha mengenai penerapan CSR sehingga implementasi CSR di Indonesia belum terlaksana secara menyeluruh.
Terlepas dari perdebatan mengenai pengaturan CSR, jika dipahami nilai-nilai substansial dari program CSR tersebut, maka setiap perusahaan baik milik Negara
Universitas Sumatera Utara
13 maupun milik swasta dengan penuh kesadaran akan menganggap CSR sebagai salah
satu kewajiban perusahaan untuk bertanggung jawab terhadap setiap stakeholder-nya para shareholder, karyawan buruh, pelanggan, komunitas lokal, pemerintah,
lembaga swadaya masyarakat LSM. Hal ini berkaitan dengan ketentuan pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang menegaskan bahwa “…bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasi oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat”.
Bagi perusahaan yang memahami CSR sebagai suatu kewajiban, maka CSR mempunyai arti yang sangat strategis bagi perusahaan diantaranya :
1. Sebagai strategi untuk menjamin keberlangsungan perusahaan;
2. Sebagai strategi untuk meningkatkan citra perusahaan;
3. Sebagai sarana untuk menjalin hubungan yang harmonis antara
perusahaan dan lingkungan; 4.
Sebagai wujud kegiatan kepedulian perusahaan kepada masyarakat; 5.
Sebagai bentuk implementasi nilai-nilai perusahaan; 6.
Sebagai wujud kepatuhan pada hukum; dan 7.
Sebagai wujud dari program untuk menjadikan masyarakat lebih mandiri Azheri, 2011: 212-213.
PT Bank Nagari Tbk adalah lembaga perekonomian yang merupakan bank pembangunan daerah Sumatera Barat yang berkomitmen sebagai bank yang paling
dekat dengan masyarakat dan melayani semua lapisan masyarakat, serta berkontribusi dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat di
Universitas Sumatera Utara
14 Sumatera Barat. Hal ini diperkuat oleh adanya hubungan yang terintegrasi antara
Pemerintah Daerah PEMDA, Bank Nagari, dan masyarakat. Seperti terlihat pada ilustrasi berikut :
PEMDA Bank
Nagari Masyarakat
Ketiga elemen tersebut memiliki keeratan hubungan yang sangat kuat karena saling pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Bank Nagari dimiliki
oleh PEMDA, sementara PEMDA terbentuk karena adanya masyarakat sehingga PEMDA memiliki masyarakat. Bank Nagari sebagai agent of development, terbentuk
karena adanya keinginan dari PEMDA untuk medorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran pemerintah, korporasi, dan
masyarakat dalam pembangunan menurut Mudiarta 20011 disebut sebagai hubungan tripartit.
Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Perkebunan Kecamatan Pangkalan Koto Baru Pangkalan Koto Baru Dalam Angka Tahun 2011, Kenagarian
Pangkalan memiliki luas areal produktif perkebunan karet 974 Ha dan luas areal produktif perkebunan gambir 630 Ha, dari total luas wilayah Nagari Pangkalan
12.430 Ha. Jika dilihat besarnya luas lahan perkebunan karet dan perkebunan gambir di Nagari Pangkalan, maka hal ini mengindikasikan bahwa perkebunan karet dan
perkebunan gambir adalah sumber mata pencarian utama masyarakatnya. Hal ini juga bisa dilihat dari persentase mata pencarian penduduk dari seluruh wilayah di
Universitas Sumatera Utara
15 Kecamatan Pangkalan Koto Baru yaitu, petani gambir dan karet 85 , pedagang
dan restoran 10 , sopir dan jasa serta buruh lainnya 5 . Luasnya lahan perkebunan tersebut, tidak menjamin tingkat kesejahteraan
yang memadai bagi seluruh masyarakatnya. Karena pendapatan masyarakat juga ditentukan oleh harga pasar karet dan gambir yang cenderung tidak stabil. Jika harga
karet ataupun gambir lagi bersahabat dengan para petani karet 10.000-17.000kg dan gambir 13.000-18.000kg, maka perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat
pun meningkat serta kondisi sosial yang kondusif. Namun jika terjadi sebaliknya harga karet dibawah 9.000kg dan harga gambir dibawah 10.000kg, maka
perekonomian masyarakat Pangkalan pun akan melemah dan diiringi oleh serangkaian kerusakan sosial karena himpitan beban ekonomi seperti pencurian yang
menyebabkan tidak kondusifnya situasi sosial masyarakat. Masyarakat di Kenagarian Pangkalan yang bermata pencarian utama sebagai
petani karet dan petani gambir, memiliki pola ketergantungan terhadap kedua mata pencarian utama tersebut. Pola ketergantungan tersebut tentu berdampak negatif bagi
kelangsungan hidup masyarakat setempat dan menyebabkan kondisi perekonomian masyarakat Pangkalan tidak stabil. Sehingga kondisi ekonomi masyarakat yang tidak
stabil rentan akan gejolak-gejolak sosial. Untuk mengeluarkan masyarakat dari jerat ketergantungan terhadap satu
bidang mata pencarian, maka diperlukan suatu upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui potensi-potensi yang dimilikinya. Upaya pemberdayaan
Universitas Sumatera Utara
16 masyarakat ini misalnya dapat dilakukan oleh pemerintah, badan usaha, LSM
maupun oleh pihak-pihak lainnya. PT Bank Nagari Tbk yang beroperasi di Nagari Pangkalan, keberadaannya
adalah untuk menggerakkan perekonomian masyarakat agar tercipta kondisi kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Perusahaan ini menuai keuntungan yang
berasal dari masyarakat lokal di wilayah kerja perusahaan tersebut, sehingga diperlukan adanya feedback dari perusahaan kepada masyarakat.
Untuk itu, Bank Nagari sebagai lembaga keuangan yang tumbuh dan berkomitmen untuk membangun dan mensejahterakan masyarakat di Sumatera Barat,
Kecamatan Pangkalan Koto Baru khususnya, diharapkan perannya untuk dapat berkontribusi dalam membangun masyarakat Pangkalan. Diantaranya adalah melalui
program CSR sebagai salah satu program yang muncul karena keberadaan dunia usaha untuk dapat bertanggung jawab terhadap masyarakat lokal dan lingkungan
disekitar lokasi usahanya, karena aktivitas bisnis perusahaan secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat
lokal. Bank yang kini juga tengah dipersiapkan sebagai Bank Pembangunan Daerah
BPD regional champion atau bank terkemuka di wilayahnya tersebut, dalam kegiatan operasionalnya memang tidak melupakan masyarakatnya. Program
Corporate Social Responsibility CSR, juga terus dijalankan seperti di bidang
pendidikan, sosial, agama, kesehatan, dan lingkungan. Dengan komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melalui
program CSR yang pada dasarnya dilandasi oleh prinsip pengembangan komunitas
Universitas Sumatera Utara
17 community development, Bank Nagari bersama-sama dengan PEMDA dapat
semakin memantapkan tekatnya untuk mensejahterakan masyarakat melalui pelaksanaan program-program CSR. Mengingat pentingnya nilai-nilai substansial
dari program CSR, maka menjadi suatu persoalan yang menarik untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai bentuk program CSR Bank Nagari dan manfaatnya
bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat lokal.
1.2. Rumusan Masalah