d Ekspansi yaitu penambahan mesinperalatan yang telah ada
dengan mesinperalatan baru dengan teknologi sama atau lebih baiktinggi.
e Relokasi proyek yang sudah ada, yaitu pemindahan lokasi
proyekpabrik secara keseluruhan termasuk sarana penunjang kegiatan pabrik, seperti laboratorium dan gudang dari suatu
tempat ke tempat lain yang lokasinya lebih tepatbaik. b.
Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis digunakan untuk
memenuhi kebutuhan.
E. Teori dan Konsep Agribisnis
Konsep agribisnis adalah suatu konsep yang utuh mulai dari proses produksi, mengolah hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian. Agribisnis dapat diartikan juga sebagai suatu kesatuan kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan
pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Agribisnis dapat diartikan sebagai suatu kesatuan usaha yang meliputi salah
satu atau keseluruhan mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas. Agribisnis mencakup kegiatan usaha
yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian.
44
Di dalam Black’s Law Dictionary, abribisnis disebutkan sebagai:
45
“Agribusiness is pursuid of agriculture as an occupation or profit-making enterprise, including labor, land-use planning, and financing the cost of land,
equipment, and other necessary expenses. ” agribisnis mengejar pertanian
sebagai usaha pekerjaan atau laba perusahaan, termasuk perencanaan tenaga kerja, penggunaan lahan dan pendanaan biaya tanah, peralatan dan biaya lain
yang diperlukan.
Agribisnis diartikan sebagai kegiatan pertanian yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan usaha, tenaga kerja, rencana penggunaan tanah, biaya
penggunaan tanah, sarana dan kebutuhan lain yang penting. Dengan demikian, agribisnis merupakan konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, pengolahan
hasil, pemasaran, dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian.
46
Menurut Bungaran Saragih, agribisnis sebagai suatu sistem meliputi empat subsistem, yaitu:
47
44
Arsyad dkk dalam Soekartawi, Agribisnis; Teori dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 2
45
Bryan A. Carner, “Black‟s Law Dictionary”, dalam Nina Nurani, Daya Saing Agribisnis,
Bandung: Penerbit Nuansa, 2007, h. 13.
46
Nina Nurani, Daya Saing Agribisnis, Bandung: Penerbit Nuansa, 2007, h. 13.
47
Bungaran Saragih, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: LPJI Graha Griya Sarana, 2001, h. 16.
a. Subsistem agribisnis hulu up-stream agribusiness yang merupakan
kegiatan ekonomi yang menyediakan sarana produksi bagi pertanian, seperti industry dan perdagangan agrokimia pupuk, pestisida, industry agro-
otomotif mesin dan peralatan, dan industry benihbibit. b.
Subsistem usaha tani on-farm agribusiness yang merupakan kegiatan ekonomi dengan menggunakan sarana produksi yang dihasilkan oleh
agribisnis hulu untuk menghasilkan produk pertanian primer. Termasuk kedalam usaha tani ini adalah usaha tanaman pangan, usaha tanaman
holtikultura, usaha tanaman obat-obatan, usaha perkebunan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
c. Subsistem agribisnis hilir down-stream agribusiness yang berupa kegiatan
ekonomi dengan mengolah produk antara maupun produk akhir, beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik maupun pasar internasional.
d. Subsistem penunjang supporting system yang mencakup seluruh kegiatan
dengan menyediakan jasa bagi agribisnis, seperti lembaga pemasaran, lembaga keuangan, lembaga penelitian dan lembaga pemerintah.
Strategi pembangunan pertanian dengan menerapkan konsep agribisnis, sesungguhnya terdiri dari tiga tahap perkembangan yang semestinya terjadi secara
berurutan, yaitu:
48
48
Syahyuti, 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2006, h. 19-20.
a. Agribisnis berbasis sumber daya yang digerakan oleh kelimpahan sumber
daya sebagai faktor produksi factor-driven, dan berbentuk ekstensifikasi agribisnis dengan dominasi komoditas primer.
b. Agribisnis berbasis investasi investment-driven melalui percepatan industri
pengolahan dan industri hulu serta peningkatan sumber daya manusia. c.
Agribisnis berbasis inovasi innovation-driven, dengan kemajuan teknologi. Pada tahap ini, komoditas yang diproduksi adalah hasil dari penerapan ilmu
pengetahuan yang tinggi dan tenaga kerja terdidik, memiliki nilai tambah yang besar, dan tujuan pasar yang lebih luas.
Di Indonesia pengembangan agribisnis merupakan sesuatu yang sangat potensial bagi kesejahteraan masyarakat. Hal ini didukung dengan keadaan
menguntungkan berikut:
49
a. Lokasi Indonesia di garis khatulistiwa yang menyebabkan adanya sinar
matahari yang cukup bagi perkembangan sektor pertanian. Suhu tidak terlalu panas dan karena agroklimat yang relatif baik, maka kondisi lahan juga relatif
subur. b.
Lokasi Indonesia berada di luar zona angin taifun seperti yang banyak menimpa Filipina, Taiwan dan Jepang.
49
Soekartawi, Agribisnis; Teori dan Aplikasinya, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, h. 3-4.
c. Keadaan sarana dan prasarana seperti daerah aliran sungai, tersedianya
bendungan irigasi, jalan di pedesaan yang relatif baik, mendukung berkembangnya agribisnis.
d. Adanya kemauan politik pemerintah yang masih menempatkan sektor
pertanian menjadi sektor yang mendapatkan prioritas. Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan bahwa hukum berfungsi sebagai
sarana dalam menjawab tantangan dan kebutuhan masyarakat dimana hukum itu berlaku.
50
Dalam konteks ekonomi, John Naisbitt mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menuntut adanya penerapan demokrasi
yang lebih luas. Penerapan demokrasi tersebut diperoleh melalui keikutsertaan rakyat guna menunjang ekonomi nasional.
51
Hukum agribisnis adalah hukum yang mengatur usaha pertanian mulai dari farm sampai dengan pemasaran produk. Agribisnis merupakan cara pandang baru
dalam melihat pertanian yang berarti pertanian tidak hanya on-farm avtivities tetapi juga off farm ativities. Dengan begitu pemahaman tentang pertanian tidak hanya
sebagai bercocok tanam dan berkebun semata, namun juga telah menyediakan sarana produksi, memproses dan memasarkan output-nya, serta dengan melibatkan lembaga
penunjang, seperti lembaga keuangan perbankan, penelitian dan pengembangan.
52
50
Moh Koesnoe, Identitas Hukum Nasional, Yogyakarta: UII Press, 1997, h. 27.
51
John Naisbitt, Global Paradoks; Semakin Besar Ekonomi Dunia, Semakin Kuat Perusahaan Kecil, Jakarta: Bina Aksara, 1994, h. 32.
52
Rachmat Pambudi, Bisnis dan Kewirausahaan dalam Sistem Agribisnis, Bogor: Wirausaha Muda, 2001, h. 130.
Secara lugas dapat diakui bahwa hukum yang mengatur agribisnis pada umumnya berupa kebijakan yang terputus. Namun demikian, sebagaimana dikatakan
oleh Sri Adiningsih bahwa sumber utama pertumbuhan nasional adalah agribisnis, yang selama ini menjadi konsumsi domestik penunjang ekonomi nasional.
53
Sejak kemerdekaan Indonesia bahkan di dalam UUD 1945, sektor agribisnis secara eksplisit telah disinggung melalui Pasal 33 ayat 3 dan ayat 4. Ini
menunjukan bahwa pengelolaan yang baik terrhadap sektor agribisnis akan menjadi modal bagi kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.
Landasan hukum yang berkaitan dengan agribisnis diantaranya adalah Peraturan Pemerintah PP RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional RPJMN Tahun 2004-2009 sebagai pelaksanaan dari Pasal 19 ayat 1 UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional. Peraturan Pemerintah PP tersebut menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi diarahkan pada peningkatan daya saing, peningkatan produktivitas dan nilai
tambah produk pertanian untuk peningkatan kesejahteraan petani. Peningkatan daya saing diarahkan pada peningkatan akses petani pada sumber daya produktif seperti
teknologi, informasi pemasaran, pengolahan, permodalan, peningkatan kemampuan manajemen, peningkatan standar mutu komoditas, penataan dan pengembangan
industri pengolahan produk pertanian.
54
53
Bungaran Saragih, Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor: LPJI Graha Griya Sarana, 2001, h. 145.
54
Kepres RI no. 7 tahun 2005, dalam Nina Nurani, Daya Saing Agribisnis, Bandung: Penerbit Nuansa, 2007, h. 32.
Agribisnis merupakan kegiatan yang dapat membantu masyarakat dalam mengembangkan pertanian yang selama ini dikembangkan secara tradisional melalui
program agrikultur.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA KEUANGAN MIKRO SYARIAH LKMS
A. BMT Miftahussalam Handapherang
Berdirinya BMT Mifathussalam dilatarbelakangi oleh maraknya pelepas- pelepas uang rentenir yang memungut keuntungan sangat besar serta sangat
memberatkan kegiatan usaha masyarakat. Keadaan ini menimbulkan kesadaran tersendiri dari beberapa tokoh masyarakat di Desa Handapherang untuk membentuk
sebuah lembaga permodalan yang dapat mengayomi para pengusaha kecil. Beberapa pertemuan membahas pendirian lembaga keuangan tersebut
dilaksanakan pada tahun 1995. Dengan modal awal Rp. 600.000,- ditambah hibah dari pemerintah sebesar Rp. 3.000.000,-, dimulailah operasional lembaga keuangan
mikro Syariah dan berkantor di Jl. H. Ubad No. 94 Handapherang kab. Ciamis. Pada tahun 1997, setelah dirasa yakin dan mampu mengoperasikan lembaga
keuangan Syariah tersebut, pihak pengelola mengajukan legalitas hukum kepada instansi terkait. Akhirnya, pada tanggal 14 Juli 1997 lembaga keuangan mikro
Syariah tersebut sah berdiri sesuai dengan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Usaha Kecil Republik Indonesia Nomor: 305BHKWK 10VII1997
tentang legalitas usaha yang telah dibentuk dengan nama BMT MIFTAHUSSALAM. Dari hasil rapat anggota Kopontren Miftahussalam dibentuk kepengurusan
dengan Ketua Dadan Apip Hamdan, S.Ag, Sekretaris Drs. H. Saeful Uyun, M.Pd.I dan Bendahara Edi Cahyadi.