menghubungkan setiap anggota masyarakat, baik secara langsung, ataupun tidak langsung. Makna integrasi sebagai representasi penekan individu melalui batasan dan peraturan yang
menyediakan berbagai fasilitas untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas pribadi dalam usaha memenuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Keberadaan masyarakat Karo sama seperti keberadaan kelompok maasyarakat lain yang juga direpresentasikan melalui sarana yang menjadi identitas masing-masing kelompok
masyarakat. John Fiske dalam Susilo, 2006: 24 mengatakan bahwa semua anggota kebudayaan menggunakan bahasa yang sama yakni tentang citra bunyi-bunyi yang
berkembang menjadi tulisan yang berbentuk huruf, kata, kalimat, teks gambar, dan simbol sebagai ekspresi atau ungkapan berupa benda hidup atau mati.
4.2.2 Fungsi Peneguh Status Sosial
Menurut Firth dalam Dillistone, 2001: 103 mengatakan bahwa sebuah simbol dapat menjadi sarana untuk menegakkan tatanan sosial atau untuk menggugah kepatuhan-
kepatuhan sosial. Dalam hal ini, teks relief Pilar Tebing di Berastagi telah menjadi sebuah sarana yang dipakai dalam masyarakat Karo dalam melanjutkan proses berkehidupan yang
teratur. Hal seperti ini dapat dengan mudah dijumpai pada setiap proses pelaksanaan kegiatan upacara adat atau ritual kebudayaan. Susanto dalam Susilo, 2006: 140 mengatakan bahwa
dalam status sosial tersimpan unsure prestise sehingga pemakaian simbolik status menjadi penting. Kepemilikan simbolik status, dalam hal ini, teks relief Pilar Tebing di Berastagi
diharapkan mampu merepresentasikan sikap respek terhadap orang lain untuk mendukung identitas yang ingin direpresentasikan sesuai dengan status sosialnya.
Makna status yakni berdasarkan jenis benda yang harus dimiliki. Benda yang dimiliki tersebut direpresentasikan untuk menunjukkan identitas status sosial yang tinggi. Tujuan
pemakaian makna status ini adalah memproyeksikan citra pada diri sendiri.
Universitas Sumatera Utara
4.2.3 Fungsi Edukatif
Relief Pilar Tebing di Berastagi merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam rekaman sejarah seni ukir tradisional masyarakat Karo. Sedyawati 2006: 26
mengatakan bahwa berbagai fungsi seni pertunjukan yang dapat dikenali baik lewat data masa lalu maupun data etnografik masa kini memiliki fungsi edukatif sebagai sarana
pendidikan untuk memperkuat atau memperlengkapi kekuatan kepribadian. Relief ini telah dikenal masyarakat Karo sejak berada dalam bangku pendidikan
Sekolah Dasar SD walau pemahaman yang ada hanya sederhana saja. Teks relief ini telah digunakan dari waktu ke waktu sebagai representasi norma yang berkembang dalam
kehidupan masyarakat Karo. Teks relief sebagai representasi ideologi masyarakat Karo merupakan sarana dan pedoman dalam menuntun masyarakat untuk bertindak dan
berperilaku sesuai norma yang telah dibuat dan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat Karo itu sendiri.
Interpretasi pada sebuah teks relief juga berfungsi edukatif untuk saling menghargai dan menghormati antara sesama anggota kelompok masyarakat dan juga sebuah sikap
penghormatan kepada Tuhan yang telah memberikan kehidupan. Prinsip ideologi untuk saling menghargai dan menghormati antara sesama anggota kelompok masyarakat dan juga
sikap penghormatan kepada Tuhan direpresentasikan dengan penghargaan yang diberikan oleh masing-masing anggota masyarakat dengan tetap menjunjung tinggi nilai kebersamaan
dan juga penghormatan yang ditujukan kepada Tuhan dalam bentuk ritual dan penyembahan yang sakral. Representasi teks relief Pilar Tebing di Berastagi sebagai konsep norma hidup
menjadi dasar pendidikan moral bagi kehidupan masyarakat Karo . Namun, nilai-nilai norma tersebut semakin memudar karena pengaruh yang terjadi baik langsung maupun tidak
langsung seiring waktu yang terus berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Santoso 2003: 9 mengatakan bahwa komunitas masyarakat mempunyai nilai-nilai dan norma-norma kultural yang diperoleh melalui warisan nenek moyang disamping melalui
kontak sosiokultural dengan mayarakat lainnya. Pemahaman yang berkembang dalam masyarakat pun akan terus bergerak searah dengan perkembangan pola pikir masyarakat
pemilik teks relief tersebut, dalam hal ini masyarakat Karo. Bahkan sangat memungkinkan bahwa pemahaman itu akan bergeser dari interpretasi ysng ada sekarang menuju pemahaman
yang lain yang dipengaruhi oleh perkembangan berpikir masyarakat terhadap sebuah objek relief dan kaitannya dengan kehidupan sekarang maupun untuk masa depan. Nilai-nilai dan
norma-norma yang dimiliki oleh suatu kelompok masyarakat memiliki kecenderungan untuk berubah secara terus-menerus. Demikian juga dengan nilai-nilai dan norma-norma dari hasil
kebudayaan yang digambarkan oleh rangkaian relief di Pilar Tebing di Berastagi yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat Karo.
4.2.4 Fungsi Pemenuh Kebutuhan Ekonomi