Penggambaran Kekuatan Panglima Doukah Ni Haji. Penggambaran Proses Penciptaan Seorang Perempuan Pertama Dari Tanah Liat. Penggambaran Tradisi Dalam Kehidupan Masyarakat Karo

Teks relief memiliki makna kehadiran kekuatan yang lain dalam hidup manusia yang berasal dar kekuatan gaib yang juga sering dihubungkan dengan kekuatan Tuhan. Masyarakat Karo menjadikan semua kekuatan yang tidak berasal dari manusi itu sendiri menjadi sebuah penggambaran kekuatan Tuhan yang dibangun berdasarkan konsep tradisional dan diwariskan sampai hari ini. Tanda dasar ground teks relief mempunyai suatu representasi yang diinterpretasikan oleh interpretan sehingga teks relief menjadi bermakna. Keberadaan relief yang menggambarkan konsep tiga Tuhan Dibata sitelu dalam sistem kepercayaan masyarakat Karo adalah suatu representasi eksistensi masyarakat karo yang dari sejak masa awal dimulainya kehidupan sudah mengenal Tuhan dan pengenalan akan Tuhan itu juga dibangun melalui sistem kepercayaan yang sakral. Penggambaran Tuhan dalam sistem kepercayaan masyarakat Karo yang terdapat pada Pilar Tebing di Berastagi adalah suatu penggambara kehadiran Tuhan Semesta Tonggal Sinasa yang menjelma menjadi tiga wujud yang bernama Beru Noman Kaci-kaci, Ompung Utara Diatas, dan Panglima Doukah Ni Haji. Representasinya dalam kehidupan masyarakat Karo adalah sebagai pencipta dunia dan masyarakat Karo itu sendiri. Selain itu, ketiga Tuhan tersebut juga menjadi penolong yang senantiasa melindungi masyarakat Karo serta pemberi rejeki atas hidup masyarakat Karo diatas dunia yang telah diciptakan.

4.3.1.2 Penggambaran Kekuatan Panglima Doukah Ni Haji.

Keberadaan relief tersebut menunjukkan makna yang melambangkan penggambaran kekuatan Tuhan yang jauh lebih besar dari kekuatan manusia. Makna tersebut juga menggambarkan betapa terbatasnya kekuatan manusia untuk menolak atau menghindar dari keinginan Tuhan itu sendiri karena pada kenyataannya, manusia tidak memiliki kemampuan untuk melawan kekuatan Tuhan. Bahkan manusia itu sendiri pun tidak memiliki kuasa yang Universitas Sumatera Utara penuh terhadap dunia yang telah Tuhan berikan sebagai tempat bagi manusia itu untuk melanjutkan kehidupannya. Panglima Doukah Ni Haji adalah Tuhan yang dikenal dalam sistem kepercayaan masyarakat Karo sebagai pencipta semua bencana alam, baik dari angin, tanah dan udara merupakan sebuah perlambangan kekuatan Tuhan yang dapat menghancurkan semua kehidupan manusia di dunia.

4.3.1.3 Penggambaran Proses Penciptaan Seorang Perempuan Pertama Dari Tanah Liat.

Perempuan adalah awal dari segala kehidupan dan inti dari semua kehidupan. Perempuan menjadi kunci bertahan atau tidaknya siklus kehidupan di dunia. Relief tersebut bermakna bahwa manusia tidak memiliki kuasa yang penuh atas nafas dan kehidupan mereka, karena nafas yang ada dalam hidup manusia adalah pemberian Tuhan. Relief yang menggambarkan proses penciptaan perempuan pertama terdiri dari tiga bagian. Masing-masing bagian menunjukkan urutan proses penciptaan. Keberadaan relief tersebut memberikan makna tentang arti seorang perempuan dalam melengkapi kehidupan dan juga sebagai perpanjangan tangan Tuhan untuk melanjutkan kehidupan manusia di dunia.

4.3.1.4 Penggambaran Tradisi Dalam Kehidupan Masyarakat Karo

Relief yang menggambarkan tradisi dalam kehidupan masyarakat Karo ini terdiri dari dua bagian yaitu sebagai berikut. Pertama, relief yang menggambarkan sebuah upacara adat dalam rangka memberikan penghormatan terakhir kepada anggota masyarakat yang meninggal dunia. Proses upacara akan dilangsungkan dan dihadiri oleh semua keluarga terdekat dan masyarakat guna menghormati dan menunjukkan tanggungjawab sebagai keluarga yang juga ikut merasakan dukacita. Kegiatan seperti ini bermakna persatuan dan Universitas Sumatera Utara sikap yang tetap menjunjung nilai-nilai kebersamaan yang diharapkan mampu mengurangi beban keluarga yang berduka. Kedua, relief yang menggambarkan sikap patriotisme masyarakat dalam membela kelompok atau masyarakat yang mendapat perlawanan dari kelompok atau masyarakat yang lain. Pembelaan tersebut dilakukan guna melindungi wilayah teritorial atau salah satu anggota masyarakat yang mendapat perlakuan tidak baik oleh kelompok lain. Tradisi ini lebih dikenal dengan nama Sar-sar lambe yang juga berarti perang terhadap kelompok lain yang mencoba mengganggu kelompok mereka. Tradisi seperti ini adalah sebuah perwujudan sikap patriotisme masyarakat Karo yang banyak dipengaruhi oleh prestis sebagai masyarakat yang tidak menerima perendahan oleh kelompok masyarakat lain. Namun, hal seperti ini sudah jarang ditemui pada zaman sekarang. Perubahan itu dikarenakan berkembangnya pola pikir masyarakat yang mulai menyebabkan bergesernya nilai-nilai patriotisme masyarakat Karo. Penggambaran keadaan masyarakat Karo yang seperti ini mengandung muatan makna yang menunjukkan masyarakat Karo adalah kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi nilai sebuah kedaulatan yang mutlak dan tidak berada dibawah tekanan ataupun intervensi dari kelompok masyarakat lain, namum pada kenyataannya, masyarakat Karo sendiri juga bukanlah sebuah kelompok masyarakat yang memberikan tekanan kepada kelompok masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat Karo adalah kelompok masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan yang diyakini menjadi dasar kehidupan karena manusia diciptakan untuk saling melengkapi.. Nilai-nilai yang dijunjung oleh masyarakat Karo itu sendiri tidak hanya berlaku bagi kelompok masyarakat lain. Masyarkat Karo juga sangat menghormati alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya karena menurut kepercayaan masyarkat Karo, alam adalah Tuhan itu sendiri yang juga sebagai sahabat dan pendamping hidup manusia. Namun jika Universitas Sumatera Utara diperlakukan dengan tidak sewajarnya maka alam itu sendiri dapat menjadi musuh yang bahkan mengancam kelangsungan hidup manusia di dunia. 4.3.2 Makna Konotasi 4.3.2.1 Makna Teks Relief Pilar Tebing di Berastagi Sebagai Sebuah Representasi Eksistensi Diri Pada zaman Yunani kuno, ideologi konstruksi eksistensi makna menurut Uexkull dalam Cassier, 1987: 38 adalah representasi pembentukan konotasi makna yang diawali dua orang ketika mengadakan perjanjian. Selanjutnya dalam setiap perjanjian memateraikannya dengan memecahkan sesuatu seperti lempengan, cincin, dan benda dari tanah liat menjadi dua bagian yang masing-masing menyimpan satu bagian. Eksistensi suatu artistik dunia asosiasi barang dan benda yang memiliki makna merupakan sumber ilham tentang benda penghargaan ketika barang dan benda memiliki pemaknaan tentang hal yang dapat dicapai berkat dedikasi manusia di samping berkat usaha bersama. Akan tetapi, barang dan benda itu merupakan pusat kegiatan yang penuh daya tarik, penuh daya cipta, penuh tanggapan, dan penuh denyutan. Barang dan benda tersebut senantiasa melalui pemakaiannya dilihat lebih jauh melalui diri sendiri kepada pemaknaan cakrawala yang luas dan pengalaman-pengalaman yang lebih kaya sehingga barang dan benda tersebut memiliki makna yang vital dan sakral Dillistone, 2001: 195. Keberadaan relief-relief pada Pilar Tebing di Berastagi menjadi suatu representasi eksistensi masyarakat Karo. Relief tersebut telah menjadi dasar dan pusat kegiatan adat istiadat masyarakat Karo. Makna teks relief tersbut tidak hanya dilihat sekedar pahatan dan ukiran yang berupa gambar namun lebih cenderung kepada keberadaan masyarakat Karo sebagai masyarakat yang memprouksi teks relief tersebut. Kemudian teks relief tersebut telah berubah menjadi tanda pengenal atau penanda identitas yang memiliki asosiasi konotasi Universitas Sumatera Utara makna yang lebih luas, dan mungkin akan terus berkembang sesuai pemahaman masyarakat yang juga terus berkembang akan keberadaan relief tersebut.

4.3.2.2 Makna Teks Relief Pilar Tebing di Berastagi Sebagai Sebuah Representasi Interaksi Sosial