Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang menangani suatu kerjasama dari sejumlah besar individu yang saling menyetujui untuk membagi risiko kerugian secara individual yang mungkin terjadi. Perusahaan asuransi jiwa merupakan perusahaan asuransi yang bidang usahanya yaitu risiko keuangan sebagai akibat dari kematian dari orang – orang yang mempertanggungkan jiwanya. 1 Sifat dasar asuransi jiwa, adalah proteksi terhadap kerugian finansial akibat hilangnya kemampuan menghasilkan pendapatan yang disebabkan oleh kematian, maupun usia lanjut. 2 Dalam Asuransi Jiwa yang dipertanggungkan adalah yang disebabkan oleh kematian death. Kematian tersebut mengakibatkan hilangnya pendapatan seseorang atau suatu keluarga tertentu. Risiko yang mungkin timbul pada asuransi jiwa terutama terletak pada unsur waktu time, oleh karena itu, sulit untuk mengetahui kapan seseorang meninggal dunia. Untuk memperkecil risiko tersebut, maka sebaiknya diadakan pertanggungan jiwa. 3 Apabila seseorang ditanggung oleh perusahaan asuransi jiwa maka keduanya harus menyetujui segala hal yang diperjanjikan oleh kedua belah pikah, dan kedua 1 Soeisno djojosoedarso, Prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan Asuransi, Jakarta: Salemba Empat, 1999 h. 73. 2 Herman Darmawi, Manajemen Asuransi, Jakarta: Bumi Aksara, 2000 h. 73. 3 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 h. 25. belah pihak tersebut wajib untuk memenuhi kewajibannya masing – masing. Segala hal yang diperjanjikan antara perusahaan asuransi dengan nasabah harus tertuang secara tertulis yang disusun oleh perusahaan asuransi jiwa dan disahkan oleh instansi yang berwenang, adapun perjanjian yang dimaksud tersebut disebut polis. Polis tersebut mencakup pernyataan bahwa pemegang polis akan melakukan pembayaran – pembayaran tertentu yang disebut premi dan perusahaan akan membayarkan sejumlah uang yang disebut uang pertanggungan bila selama masa perjanjian tersebut terjadi peristiwa tertentu pada nasabah tersebut, serta hal – hal lain yang terkait dengan asuransi itu sendiri. Pada dasarnya ada beberapa yang menentukan besarnya premi yang dibayarkan oleh seorang nasabah asuransi jiwa. Adapun faktor – faktor tersebut diantaranya adalah : 1 Mortalita : Kemungkinan seseorang meninggal dunia dalam jangka waktu tertentu. 2 Tingkat bunga : Sejumlah uang yang akan diperoleh dari dana yang akan diinvestasikan. 3 Biaya : Sejumlah pengeluaran yang dikeluarkan untuk pemasaran dan administrasi pemeliharaan polis asuransi jiwa. 4 Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1992 poin a.2 disebutkan Tentang Usaha Perasuransian, bahwa “Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam 4 Abbas Salim, Asuransi dan Manajemen Risiko, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005 h. 42. penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan”. Dari undang-undang tersebut dapat disimpulkan bahwa laju mortalita merupakan salah satu masalah penting yang harus diperhatikan dalam menetapkan suatu premi yang harus dibayarkan oleh pemegang polis, karena untuk mengetahui tingkat kematian seseorang, seorang aktuaria akan membutuhkan tabel mortalita untuk mengetahui probabilitas kematian dari para peserta asuransi, meskipun hidup dan mati seseorang adalah takdir Tuhan, namun seorang aktuaria tetap harus menghitung besarnya tingkat probabilitas kematian para nasabahnya, tentunya dengan menggunakan ilmu yang sesuai, sehingga penaksiran kematian yang ada bukanlah hal yang dikatakan mendahului Tuhan karena semua dilakukan berdasarkan penelitian dengan menggunakan disiplin ilmu yang ada. Laju mortalita adalah perbandingan dari sejumlah kematian yang terjadi dalam satu kelompok yang berusia antara x tahun dan x +1 tahun dengan jumlah orang yang hidup tepat berusia x tahun. Untuk mempermudah penggunaannya, maka laju mortalita disajikan dalam bentuk tabel yang disebut dengan tabel mortalita. Nilai dalam tabel mortalita menunjukan probabilitas seorang yang hidup pada permulaan suatu tahun akan meninggal sebelum akhir tahun tersebut. Tabel mortalita inilah yang nantinya akan digunakan sebagai pedoman dalam menghitung tingkat harapan hidup dimasa yang akan datang dalam satu kelompok tertentu. 5 5 http:minalove.comartikelmakalah+matematika+aktuaria Indonesia memiliki tabel mortalita yang bisa digunakan untuk penetapan premi bagi perusahaan asuransi di Indonesia. Tabel mortalita yang ada di Indonesia sudah mengalami beberapa kali perubahan, bahkan saat ini Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia AAJI tengah berupaya memperbaharui tabel mortalita III untuk mendukung penentuan premi yang lebih konservatif. Dalam program ini, AAJI menggandeng Persatuan Aktuaris Indonesia PAI, Swiss Re, dan Biro Perasuransian Bapepam LK guna membentuk Tim Mortalita Indonesia III. Direktur Eksekutif AAJI mengatakan bahwa “tabel mortalita tersebut perlu diperbaharui mengingat selama ini penentuan premi masih menggunakan rabel mortalita II yang diberlakukan sejak 10 tahun yang lalu 1999. “Otomatis ada perubahan yang signifikan dari kependudukan seperti adanya urbanisasi, kemudian faktor kesehatan yang juga berubah. Sehingga perlu diperbaharui,. Dengan diadakannya perubahan tabel mortalita yang ada di Indonesia, membuat negara kita memiliki tabel mortalita yang berbeda, sehingga aktuariapun perlu mengadakan perubahan dalam penetapan premi bagi para calon nasabah asuransi jiwa. 6 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian akan tabel mortolita yang digunakan oleh perusahaan asuransi, bagaimana penggunaan dari tabel mortalita tersebut, alasan dari pemilihan tabel mortalita yang digunakan, serta sejauhmana efektifitas tabel tersebut dalam 6 http:keuangan.kontan.co.idv2readkeuangan40847Tabel-Mortalita-III-Kelar-Akhir-Tahun meminimalisir kemungkinan terjadinya risiko klaim dimasa yang akan datang, oleh karena itu penelitian ini diberi judul “ Gambaran Penggunaaan Tabel Mortalita Dalam Penetapan Premi pada Asuransi Jiwa Studi PT Asuransi Jiwa BRIngin Life Syariah ”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah