Pengembangan Prinsip Asuransi Jiwa

c. Pendapatan dan investasi 9 Penanggung mengharapkan kejadian mortalitas akan lebih kecil dari mortalitas yang terdapat dalam daftar. Suatu usaha dilakukan untuk mempertahankan biaya sampai jumlah yang diduga dalam perhitungan tarif dan tingkat bunga tidak mengalami gejolak. Seluruh faktor ini merupakan faktor pengamanan. 10

3. Pengembangan Prinsip Asuransi Jiwa

Pola penyelenggaraan asuransi mempunyai suatu karakteristik tersendiri bila dibandingkan dengan pengelolaan pada bidang keuangan lainya, keunikan ini tidak akan dapat dimengerti bila kita tidak mengembangkan apresiasis yang cukup tentang dasar-dasar matematikanya. Beberapa pengukuran ilmiah tentang risiko sangatlah diperlukan dalam perusahaan asuransi. Pengukuran risiko ini merupakan dasar dari setiap sistem asuransi dan dimungkinkan melalui penerapan aturan nilai kemungkinan. a. Hukum-hukum nilai kemungkinan Terdapat tiga hukum nilai kemungkinan yang digunakan dalam asuransi jiwa dan kesehatan yaitu : 1 Hukum kepastian 2 Hukum nilai kemungkinan 3 Hukum nilai kemungkinan berganda 11 9 http:www.pdf-finder.comMateri-8-Asuransi-Jiwa.html 10 Darmawi Herman, Manajemen Asuransi, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2000, edisi 1, h. 76 11 http:minalove.comartikelmakalah+matematika+aktuaria Penggunaan prinsip-prinsip tersebut memudahkan penggambaran matematika risiko sebagai berikut : 1 Kepastian dapat dinyatakan oleh kesatuan atau 1, 2 Nilai kemungkinan sederhana atau nilai kemungkinan atau kemungkinan bahwa suatu kejadian akan terjadi dapat dinyatakan oleh bilangan pecahan yang bernilai antara 0 dan 1, 3 Nilai kemungkinan berganda atau kemungkinan bahwa dua kejadian yang tidak bergantung akan terjadi merupakan hasil dari kemungkinan kejadian yang terpisah dari masing-masing. Pernyataan umum metoda untuk menentukan nilai kemungkinan sederhana adalah pembagi penyebut sama dengan jumlah keseluruhan kejadian-kejadian yang mungkin, sedangkan pembilang terdiri dari kejadian. Pernyataan bahwa jumlah dari seluruh nilai kemungkinan yang terpisah sama dengan 1 berdasar pada asumsi bahwa kejadian-kejadian tersebut saling bebas mutually exclusive. Kejadian dikatakan saling bebas, bila kemunculan suatu kejadian tidak mempengaruhi kemungkinan kemunculan kejadian lainya. Misal seseorang meninggal pada usaia 35 tahun, maka tidak dapat meninggal pada usia 36 tahun atau pada usia lainya. 12 12 http:www.ebooklibs.commateri_matematika_aktuaria.html Nilai kemungkinan berganda bahwa kedua kejadian yang saling bebas akan terjadi sama dengan produk dari nilai kemngkinan sederhana dari masing-masing kejadian secara terpisah. Misal terdapat dua uang logam untuk undian, ingin diketahui kemungkinan bahwa keduanya terbuka di sisi yang sama. Karena telah diketahui bahwa kemungkinan masing-masing uang logam akan terbuka dari satu sisi adalah ½, maka nilai kemungkinan kedua uang logam akan terbuka di satu sisi adalah ¼ 12 x 2. Sesuai dengan hukum nilai kemungkinan berganda, nilai kemungkinan merupakan produk dari dua nilai kemungkinan sederhana hanya bila kedua kejadian tersebut saling bebas. Kedua kejadian dikatakan saling bebas, bila satu kejadian tidak mempengaruhi kejadian yang lainya. b. Penggunaan nilai kemungkinan untuk penaksiran kejadian di masa depan Ketiga hukum nilai kemungkinan di atas berguna dalam melakukan penaksiran kejadian yang mirip di masa depan, di mana kejadian tersebut dapat dinyatakan dalam satu pernyataan : 1 dengan alasan deduktif dan 2 dengan alasan indukrif. 13 13 http:www.pdf-finder.comMateri-8-Asuransi-Jiwa.html Keabsahan alasan deduktif tergantung dari kelengkapan di mana semua penyebab dalam penetapan fenomena ini diketahui. Dalam pengundian dengan menggunakan uang logam merupakan salah satu contoh, karena dengan kemampuan pengamatan didapati bahawa kemungkinan akan terbuka dari salah salah satu adalah ½. Alasan deduktif ini tidak dapat diterapkan dalam kebutuhan asuransi, karena tidak dapat menaksir kemungkinan kerugian. Tetapi dapat ditaksir secara induktif, dengan cara arus logika dari asumsi bahwa kejadian dimasa lalu akan terjadi lagi dimasa mendatang bila dalam kondisi yang sama. Alasan secara induktif ini tidak memerlukan analisis penyebab fenomena untuk dapat menaksir kejadian di masa mendatang. Oleh karena itu alasan induktif ini digunakan dalam asuransi jiwa, dari data yang menunjukan usia saat meninggal di masa lalu, nilai kemungkinan kematian dan kehidupan di masa depan dapat ditaksir. Taksiran ini berdasarkan pada asumsi keberlakuan hukum mortalita, hukum ini menyatakan bahawa suatu penyebab sedang beroperasi dalam suatu kelompok orang di mana sejumlah orang akan meninggal setiap tahun sampai keseluruhan orang tersebut meninggal. c. Hukum bilangan besar Keakuratan penaksiran teoritis terhadap kenyataan yang terjadi merupakan beban yang penting untuk suatu keberhasilan asuransi. Keakuratan ini bergantung pada dua faktor : 1. Kekuatan dalam statistika pendukung penaksiran dan 2. Jumlah unit atau percobaan yang dilakukan. 14 Berdasar jumlah faktor pertama, jelas bahwa keakuratan data merupakan hal yang fundamental bila diinginkan pengukran yang akurat. Statistika mortalita dari aneka sumber harus dipilih dengan hati-hati untuk melacak ketidak akuratan. Faktor kedua dalam penetapan penaksiran yang akurat adalah jumlah unit atau percobaan yang dilakukan atau diamati. Bila jumlah percobaan meningkat, maka variasi relatip kenyataan kejadian terhadap pengalaman “kemungkinan” akan berkurang, dan bila jumlah percobaan sangat besar maka kejadian aktual dan pengalamam akan nampak sama. Secara umum pernyataan di atas dinamai hukum bilangan besar teorema Bernoulli. Sebagai contoh, bila pengundian uang logam sebanyak 10 juta kali, maka kemungkinan untuk mendapatkan satu sisi dengan nilai ½ akan lebih besar. Tarif premi sendiri berdasar pada taksiran nilai kemungkinan kerugian di masa mendatang, sedangkan taksiran ini akan tidak abash kecuali bila terdapat 14 http:minalove.comartikelmakalah+matematika+aktuaria cukup besar kejadian yang muncul untuk menjamin peminimuman fluktuasi. Prediksi laju kematian di masa mendatang dalam asuransi jiwa berdasar pada apa yang terjadi di masa lalu yang menimpa pada sekelompok orang. Laju kematian ini tidak dapat di buat untuk satu orang saja atau sekelompok kecil orang missal 1.000 orang. Bila dalam table mortalita menunjukan pada satu usia tertentu meninggal dengan laju tujuh per seribu pertahun, tidak berarti bahwa dari kelompok 1.000 orang terdapat tepat 7 orang meninggal dalam setahun, tetapi dari sekelompok besar orang yang terdiri dari jutaan atau lebih kematian akan terjadi lebih kurang 7 orang per 1.000. Dengan merujuk pada prediksi laju mortalita, hokum bilangan besar mempunyai terapan ganda : 1. Terhadap data base dimana statistika dihasilkan dan 2. Terhadap populasi dimana laju mortalita ini digunakan. d. Distribusi kalim asuransi jiwa Dalam satu perusahaan asuransi jiwa hipotetik, perusahaan meliputi sejumlah orang dalam satu tahun dengan nilai kemungkinan meninggal dalan setahun adalah 2100. Perusahaan akan berharap terjadi sejumlah klaim 2 dari keseluruhan tertanggung, tetapi klaim aktual yang terjadi dapat lebih kecil atau lebih besar. Sesuai dengan hukum bilangan besar, jika jumlah tertanggung cukup besar, kejadian actual akan mempunyai penyimpangan yang cukup kecil dari kejadian yang diharapkan. Dengan menggunakan teori nilai kemungkinan, dapat dihitung nilai kemungkinan dari aneka penyimpangan klaim yang diharapkan expected, tergantung dari jumlah tertanggung. 15

B. Premi Asuransi