Akan tetapi, di luar semua itu, guna melancarkan strategi pemulihan hubungan dan citra Amerika Serikat di negeri-negeri muslim, Amerika
Serikat harus meluncurkan sebuah kampanye informasi publik yang luas, menggunakan seluruh instrumen dan saluran komunikasi yang dimiliki
73
C. Kebijakan Jangka Pendek
Mencanangkan kebebasan, kesempatan dan penghargaan terhadap derajat manusia melalui demokrasi adalah salah satu solusi jangka panjang
untuk mencegah berlanjutnya gelombang teror saat ini. Agar kebijakan jangka panjang ini bisa mengakar, Amerika Serikat Serikat mengoperasikan empat
tindakan prioritas dalam bentuk kebijakan jangka pendek
74
. 1. Mencegah Serangan oleh Jaringan Teroris
Sesungguhnya sebuah negara tidak memiliki kewajiban yang lebih penting terhadap warganya dari pada melindungi jiwa dan kehidupan
masyarakat. Jiwa keras yang sudah tertanam dalam hati para teroris hampir tidak bisa diperbaiki, salah satu dan mungkin satu-satunya cara untuk
menghentikan mereka hanyalah dengan melumpuhkan atau menghancurkan mereka. Jaringan-jaringan yang selama ini menghubungkan antara satu
orang dengan yang lain akan diputuskan, sumber kekuatan, fasilitas dan pendanaan mereka pun harus dihilangkan. Dengan demikian jaringan itu
tidak akan berkerja dan akan terganggu. Pemerintah Amerika Serikat Serikat bekerja sama dengan para
partner di seluruh bagian dunia berusaha mengumpulkan dukungan publik
73
Ibid., h. 392.
74
Homeland Security Council, 911 Five Years Later, p. 7.
untuk memerangi aksi terorisme, mencegah para teroris memasuki wilayah Amerika Serikat Serikat dan mendirikan alat protektif untuk mereduksi
kemungkinan diserang. Untuk mencegah serangan dari kelompok teroris ini, maka perlu
dibuat beberapa langkah strategis. a. Menyerang Jaringan Kerja dan Markas Teroris.
Amerika Serikat Serikat dan koalisinya secara rutin bertindak aktif dan efektif melawan teroris dan beberapa kelompok ekstrimis
lainnya yang menimbulkan ancaman serius bagi dunia internasional. Amerika Serikat Serikat dan sekutu berupaya menyerang jaringan dan
markas para teroris baik di dalam negeri maupun di luar negeri dengan menggunakan elemen kekuatan nasional. Ada beberapa target yang
sesungguhnya sudah ditargetkan oleh Amerika Serikat Serikat dan sekutu.
• Pemimpin. Yaitu seseorang yang memberikan semangat ideologis yang menjadi pegangan para pengikutnya untuk kemudian
diperjuangkan. Para pemimpin juga memberikan beberapa arahan, disiplin dan motivasi untuk menyelesaikan tugas yang sudah
diberikan. Kebanyakan kelompok teroris memiliki figur sentral yang menjadi ruh perjuangan. Seterusnya untuk beberapa operasi terdapat
beberapa pemimpin dan menejer yang memberikan petunjuk tentang fungsi dan wilayah yang bersifat lokal. Kehilangan seorang pemimpin
sentral dalam organisasi seperti ini akan menyebabkan menurunnya kohesivitas kelompok dan pada beberapa kasus bahkan bisa menjadi
pemicu hancurnya kelompok. Namun, di beberapa kelompok lainnya, kehilangan pemimpin sentral biasanya langsung digantikan dengan
kandidat yang telah berpengalaman atau dengan mendesentralisasikan struktur komando-komando yang membuat usaha kelompok Amerika
Serikat dan sekutu semakin sulit dalam menghilangkan jaringan teroris tersebut.
• Kaki tangan pemimpin yang mencakup operator, fasilitator dan trainner dalam jaringan teroris. Merekalah yang menggerakkan
kelompok teroris. Di lain pihak, teknologi dan globalisasi telah meningkatkan kemampuan kelompok ini untuk merekrut kaki tangan
termasuk para tenaga terdidik. Ini membuat Amerika Serikat Serikat dan koalisinya harus lebih gigih dan rutin dalam melacak dan
melumpuhkan bahkan membunuh kaki tangan ini. • Senjata. Senjata adalah alat yang digunakan untuk membunuh dan
meningkatkan dampaknya. Para teroris mengeksploitasi banyak sumbangan untuk mengembangkan dan mendapatkan senjata. Dana
ini termasuk dana yang didapatkan dari negara sponsor, pencurian, perampokan, perdagangan gelap dan lain-lain
75
. Para teroris kemudian memanfaatkan teknologi yang sudah ada –bahan peledak, senjata
mini, misil dan alat-alat lain- dengan cara konvensional maupun non- konvensional untuk melakukan teror dan mendapatkan hasil yang
sukses. Mereka juga menggunakan teknologi non senjata seperti pesawat terbang pada tragedi 11 Sepetember. Namun di atas semua
75
Homeland Security Council, Strategies , p. 4.
itu, yang paling ditakutkan oleh semua pihak adalah jika senjata pemusnah masal berhasil didapatkan oleh para teroris. Jika senjata
pemusnah masal ada di tangan mereka, maka kerusakan yang dihasilkan akan jadi berlipat ganda. Oleh karena itu, mencegah agar
semua tidak terjadi adalah kunci prioritas dari strategi Amerika Serikat Serikat.
• Pendanaan. Dana lah yang membuat semua aksi ini menjadi mungkin. Dengan tersedianya dana, maka dengan mudah alat-alat yang
dibutuhkan dalam operasi bisa dibawa dan didapatkan. Kelompok teroris mendapatkan pendanaan dari berbagai sumber termasuk
sumbangan dari para kontributor, NGO dan sedekah, selain itu dana ini juga didapatkan dari sejumlah tindak kriminal seperti penipuan,
pemerasan, penculikan dengan tebusan dan sebagainya. Mereka kemudian mentransfer dana ini melalui berbagai mekanisme, baik
melalui sistem perbankan biasa, debit, kurier uang cash dan “hawalas” yaitu sebuah alternatif pembayaran yang berlandaskan kepercayaan
semata. • Komunikasi. Komunikasilah yang membuat para teroris mampu
mendapatkan, menyimpan dan memanipulasi serta mengubah informasi. Metode komunikasi yang mereka gunakan cukup beragam.
Biasanya mereka menggunakan kurir dan komunikasi dari wajah ke wajah dan cenderung menggunakan media yang bisa diakses di
wilayah tempat mereka menetap. Para teroris juga menggunakan teknologi mutahir untuk meningkatkan efisiensi. Metode seperti ini
bisa dengan menggunakan internet yang dieksploitasi untuk menciptakan propaganda, merekrut anggota baru, mencari sumber
dana dan sumber-sumber meteri lainnya. Tanpa kemampuan komunikasi seperti ini, kelompok teroris tidak akan mampu
mengorganisir sebuah operasi dengan efektif, mengeksekusi serangan atau menyebarkan ideologi mereka.
• Propaganda operasi. Yaitu sesuatu yang digunakan oleh kelompok teroris untuk membenarkan aksi kekerasan sekaligus yang
menginspirasi individu guna mendukung atau bergabung dalam aksi tersebut. Kemampuan kelompok teroris dalam mengeksploitasi
internet dan media dunia lainnya memudahkan mereka untuk mempopulerkan ideologi radikal dan teori konspirasi untuk merekrut
siapa saja di belahan bumi ini. Selain pencapaian yang bertaraf global, teknologi tersebut membuat kelompok teroris mampu menyebarkan
propagandanya secara cepat bahkan lebih cepat dari usaha koordinasi dan distribusi penghadangan gerakan aksi teror itu sendiri.
Setelah memetakan target-target tersebut, Amerika Serikat Serikat dan sekutu melakukan penyerangan seperti di Afganistan dan Irak dan
penangkapan di sejumlah tempat. Strategi ini sering disebut dengan pre- emptive. Yaitu strategi menyerang sebelum diserang. Pre-emptive
mencakup penangkapan, pembunuhan dan pelumpuhan kelompok teroris sebelum mereka sempat melakukan apa-apa.
Bentuk lain dari strategi pre-emptive ini adalah melakukan interogasi terhadap tersangka teroris untuk mendapatkan informasi
tentang target dan identitas teroris lainnya. Untuk memudahkan interogasi ini bisa dilakukan dengan cara memberi zat sugesti seperti
narkoba dan lain-lain. Proses ini memang mengenyampingkan hak asasi manusia.
Dengan alasan pre-emptive ini jugalah Amerika Serikat kemudian memasuki negara lain guna memberantas bibit-bibit terorisme. Amerika
Serikat masuk ke wilayah Afganistan dan Irak, kemudian melakukan sejumlah perubahan agar terorisme bisa dihilangkan. Amerika Serikat
juga masuk ke negara-negara muslim yang diperkirakan memiliki potensi terorisme, seperti Indonesia, Timur Tangah, Afrika Utara serta negara-
negara di Asia Tenggara. Intervensi ini legitimatif, karena negara-negara yang menjadi
sarang terorisme –dalam anggapan Amerika Serikat- telah terancam kehilangan kedaulatan. Untuk itu, Amerika Serikat lah sebagai satu
satunya polisi dunia yang akan mengambil tanggung jawab untuk mengatasi potensi terorisme di negara yang telah “kalah” oleh para
teroris. b. Menghalangi para teroris agar tidak memasuki wilayah Amerika Serikat
Serikat dan menghentikan perjalanan internasional mereka. Menghadang kelompok teroris agar tidak bisa masuk ke wilayah
Amerika Serikat Serikat akan berpengaruh secara signifikan terhadap mobilitas gerakan mereka. Strategi ini akan menghambat mobilitas dan
efektifitas jaringan. Kelompok teroris biasanya mendasarkan gerakannya pada jaringan kecil untuk memfasilitasi perjalanan dan sering
dokumentasinya salah teridentifikasi karena didapatkan melalui operasi pencurian.
Amerika Serikat Serikat -untuk hal ini- akan memperketat keamanan melalui sistem pengamanan yang berlapis di setiap perbatasan,
bandara dan jalan lintas. Amerika Serikat Serikat juga akan terus mengembangkan praktek pengamanan dan peningkatan teknologi untuk
mengurangi kemungkinan serangan dengan mencegah para teroris menyeberangi wilayah AS. Usaha ini akan mencakup peningkatan semua
aspek keamanan penerbangan, mempromosikan perjalanan yang aman dan pemeriksanan identitas perjalanan serta menciptakan dan
meningkatkan pertukaran informasi internasional untuk mengamankan perjalanan dan memerangi laju terorisme.
c. Menjaga Target Potensial Sasaran Serangan. Para teroris tergolong orang yang oportunistik. Mereka
mengeksploitasi target-target yang rawan diserang dan mencari alternatif target yang membuat pengamanan ditingkatkan. Sejak tragedi 11
Sepetember 2001 trend target mulai berubah dari yang sebelumnya hardened sites seperti kantor pemerintahan kepada softer targets seperti
sekolah, restoran, tempat ibadah dan transportasi umum dimana warga tidak bersalah berkumpul dan tidak selalu mendapat pengamanan
76
. Target para teroris memang beragam, namun mereka cenderung
76
Ibid., p. 5.
menyerang target yang telah dipilih, karena akan memberikan dampak yang lebih luas baik dalam ekonomi, kerusakan dan sebagainya.
2. Menghalangi Para Teroris Agar Tidak Mendapatkan Senjata Pemusnah Masal
Jika senjata pemusnah masal berada ditangan para teroris, maka akan menjadi ancaman terbesar yang dihadapi dunia. Amerika Serikat Serikat
sudah mengambil sikap agresif untuk mencegah agar kelompok teroris tidak memiliki akses terhadap materi-materi, perlengkapan dan industri senjata
pemusnah masal, bahkan negara adi daya ini akan meningkatkan aktivitas penghalangan bagi kelompok teroris ini melalui sebuah usaha yang
terintegrasi di setiap level pemerintahan, bekerja sama dengan partner untuk mengawasi ancaman baru ini.
Tahun 2005, Presiden Bush menandatangai Executive Order 13382, yang membolehkan pemerintah AS untuk mem-blok alat pengayaan senjata
pemusnah masal dan menangkap orang-orang yang menyediakan dukungan atau jasa bagi pengayaan senjata tersebut. Pada bulan juli 2006 pemerintah
Amerika Serikat Serikat dan Rusia juga meluncurkan inisiatif global untuk memerangi nuklir milik teroris, inisiatif ini diluncurkan agar mampu
membangun sebuah kerangka kerja internasional untuk meningkatkan kerja sama, dan melawan ancaman terorisme global
77
. Inisiatif ini akan sangat berguna untuk menciptakan fokus internasional guna memastikan bahwa
setiap komunitas internasional akan berusaha semampunya untuk mencegah
77
Homeland Security Council, 911 Five years Later, p. 11.
agar senjata nuklir, materi-materi dan pengetahuannya tidak sampai ke tangan para teroris.
Terkhusus bagi pihak Amerika Serikat Serikat, negara ini memiliki pendekatan yang komprehensif terkait dengan senjata pemusnah masal
78
. • Menentukan dan memahami niat, kemampuan, dan rencana para teroris
untuk mengembangkan atau mendapatkan senjata pemusnah masal. Amerika Serikat Serikat perlu memahami dan menilai kredibilitas
laporan ancaman dan menyedian penilaian teknis terhadap kapabelitas senjata pemusnah masal para teroris
• Mencegah akses para teroris terhadap bahan-bahan, keahlian dan hal lain yang membantu teroris dalam menciptakan senjata pemusnah masal.
Amerika Serikat Serikat memiliki pendekatan yang agresif dan global untuk mencegah pihak musuh agar tidak mendapatkan akses kepada
materi-materi, keahlian, metode transportasi, sumber dana dan hal lain yang memfasilitasi senjata pemusnah masal ini.
• Menghalangi para teroris memanfaatkan senjata pemusnah masal. • Mendeteksi dan merusak gerakan dan usaha kelompok teroris untuk
mendapatkan materi-materi senjata pemusnah masal • Mencegah dan merespon serangan teroris yang berhubungan dengan
senjata pemusnah masal • MenDefinisikanmemahami latar belakang dan sumber peralatan sejata
pemusnah masal para teroris
78
Ibid,, p. 11-12.
Sejumlah langkah di atas menunjukkan bagaimana ketakutan Amerika Serikat khususnya terhadap penggunaan senjata pemusnah masal
itu. Phobia ini sekaligus menjadi alasan tertulis serta retorika invansi Amerika Serikat Serikat ke wilayah Irak. Irak bagi Amerika Serikat adalah
negara yang berbahaya, karena memiliki senjata pemusnah masal yang bisa digunakan kapan saja. Amerika Serikat juga berasumsi bahwa Irak memiliki
kedekatan khusus dengan al-Qaida. Asumsi ini menjadi alasan penyerangan Amerika Serikat Serikat ke Wilayah Irak, meskipun belum ada bukti
autentik apakah Irak memang memiliki senjata pemusnah masal itu atau tidak.
Amerika Serikat tidak akan menunggu sampai bukti itu di dapatkan, karena di zaman seperti ini, tidak ada celah untuk membuat kesalahan.
Tidak adanya bukti bukan berarti tidak adanya aktifitas senjata pemusnah masal. Guna mencegah terjadinya bencana di masa depan, maka tindakan
preemption penyerangan lebih dahulu ini perlu dilakukan. 3. Menghalangi Teroris Mendapatkan Dukungan dan Perlindungan dari Negara
Lain
War on terrorism memang menghadapi kendala yang cukup banyak. Para teroris tetap mampu bertahan meskipun markas dan banyak
pemimpinnya telah dibunuh atau ditangkap. Salah satu yang membuat perang ini semakin rumit adalah adanya dukungan baik berupa dana,
fasilitas senjata maupun perlindungan dari negara lain. Amerika Serikat Serikat dan sekutu akhirnya tidak membedakan lagi
antara siapa sesungguhnya pelaku teror dan siapa yang hanya mendukung
dan melindungi kelompok teroris. Negara atau kelompok mana saja yang memilih untuk menjadi sekutu atau teman kelompok teroris secara otomatis
telah menjadi lawan dari kebebasan dan keadilan. Dunia --dengan demikian- - akan menghukum negara tersebut. Untuk mematahkan kerja sama antara
kelompok teroris dengan negara sponsor tersebut, Amerika Serikat Serikat dan sekutu akan menghancurkan alur pendanaan dari negara kepada
kelompok teroris sembari mengakhiri sponsor mereka terhadap teroris. a. Mengakhiri Sponsor terhadap Teroris.
Sponsor negara merupakan hal penting bagi kelompok teroris, sponsor itu bisa dalam bentuk dana, senjata, latihan serta perlindungan.
Beberapa negara sponsor disinyalir telah memiliki kemampuan untuk mengembangkan senjata pemusnah masal dan teknologi penghancur
lainnya, yang bisa jatuh ke tangan para teroris. Amerika Serikat Serikat mendaftar lima negara yang dianggap sebagai sponsor utama kelompok
teroris yaitu Iran, Syiria, Sudan, Korea utara dan Cuba. Amerika Serikat Serikat akan mengupayakan pemberian sanksi atas mereka dan
mengusulkan agar negara tersebut diisolasi dari pergaulan internasional sampai mereka mengakhiri dukungannya terhadap kelompok teroris
termasuk menyediakan perlindungan. Iran merupakan negara sponsor teroris yang paling aktif melalui
Garda Revolusi Islam dan Kementerian Inteligen dan Keamanan. Teheran merencanakan operasi teroris dan mendukung kelompok-
kelompok seperti Hizbullah di Libanon, Hamas dan kelompok Jihad Islam di Palestina. Iran juga tidak mau menyerahkan pimpinan senior al-
Qaida yang berada dalam tawanan Iran Tahun 2003
79
. Dan yang paling menakutkan adalah senjata pemusnah masal yang muncul di Teheran.
Untuk tujuan inilah, Amerika Serikat mendesak PBB sehingga keluarlah Resolusi 1747 yang melarang pengayaan uranium Iran sekaligus
mengisolasi negara ini dari pergaulan internasional Syiria juga merupakan negara sponsor yang signifikan dan pantas
mendapat perhatian. Pemerintahan di Damaskus mendukung dan menyediakan kemudahan bagi Hizbullah, Hamas dan Jihad Islam
palestina. Amerika Serikat Serikat akan terus menentang kedua negara ini.
b. Mengacaukan Aliran Bantuan dari Negara kepada Kelompok Teroris Sampai Amerika Serikat Serikat berhasil mengeliminasi
sponsorship negara terhadap kegiatan teror, Amerika Serikat akan mengacaukan dan meniadakan aliran bantuan dari negara kepada
kelompok teroris. Amerika Serikat akan terus menciptakan dan menguatkan kemauan internasional international will untuk
menghalangi dukungan materi kepada kelompok teroris. Amerika Serikat akan membangun kerja sama internasional untuk mengisolasi negara
sponsor secara finasial. Amerika Serikat serikat juga akan terus mengekspos kelompok dan peralatan yang digunakan negara untuk
mendukung teman terorisnya.
4. Menghalangi Kontrol kelompok Teroris atas Sebuah Negara
79
Homeland Security Council, Strategi
es, p. 7.
Kelompok teroris berusaha untuk mencari sebuah negara yang strategis sebagai tempat perlindungan dan persembunyian untuk
merencanakan teror. Dari markas inilah mereka menghancurkan Timur Tengah, menyerang Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dahulu para
teroris pernah membangun markas di Afganistan, dan kemudian pindah ke Irak sebagai fron sentral untuk melawan Amerika Serikat. Amerika Serikat
akan terus mencegah agar para teroris tidak menduduki wilayah-wilayah baru yang belum terjaga dan terdemokratisasikan.
Berikut langkah-langkah konkret yang telah dan akan dilakukan Amerika Serikat Serikat
80
: • Di Afganistan dan Irak, Amerika Serikat bekerja untuk membangun
kapasitas pemerintah untuk mengontrol dan menangkap kelompok teroris dan pemberontak
• Di Afganistan, tentara nasional sudah meningkatkan kemampuan mereka dengan tambahan 26.000 personel terlatih dan dilengkapi dengan senjata,
sehingga saat ini Afganistan telah memiliki 57.8000 personel terlatih • Dengan kerja sama bersama Eropa, Amerika Serikat memberi bantuan
kepada Turki untuk menghilangkan dukungan materi dan finansial kepada kelompok pemberontak Kurdi
• Di Indonesia, Amerika Serikat Serikat menyediakan latihan peningkatan kemampuan kepada seluruh personel kepolisian dan personel anti terror
untuk meningkatkan kemampuan mendeteksi dan menghancurkan
80
Homeland Security Council, 911 Five years Later, p. 14-15.
jaringan teroris. Usaha ini termasuk pengawasan terhadap pondok- pondok pesantren
• Di Filipina, Amerika Serikat membantu membangun Light Reaction Companies untuk melawan teroris di Mindanao, secara rutin juga melatih
kepolisian nasional untuk melawan kelompok teroris di Pulau Jolo •
Di Afganistan dan Kolombia, Amerika Serikat Serikat sudah meluncurkan kerja sama dengan tenaga militer, dalam menghilangkan
pendanaan narkotik untuk kelompok pemberontak Inilah langkah-langkah yang diambil oleh pihak Amerika Serikat
Serikat, namun di saat upaya di atas gagal, maka strategi pre emptive kembali dilaksanakan
BAB IV ANALISIS KEBIJAKAN WAR ON TERRORISM PRESIDEN BUSH
Kampanye war on terrorism telah melahirkan ide-ide baru yang radikal. Ide radikal ini terlihat terutama dalam arah baru kebijakan luar negeri Amerika
Serikat Serikat. Seperti yang ditulis di bab III bahwa mulai Tahun 1940-an Amerika Serikat Serikat menerapkan dua arah besar kebijakan luar negeri yaitu
pengimbangan kekuatan lawan deterrence dan penyebaran ide liberal Strategi tersebut telah menghasilkan berkah kelembagaan dan kemitraan
internasional yang luar biasa. Lahirnya NATO dan Organisasi Perdagangan Dunia WTO dan sebagainya merupakan sebagian imbas positif kebijakan luar negeri
tersebut. Amerika Serikat Serikat membangun koalisi kemitraan yang terlembagakan dan memperkuat stabilitas internasional. Amerika Serikat Serikat
membuat kekuatannya aman bagi dunia dan sebagai balasannya dunia setuju untuk hidup di dalam sistem Amerika Serikat Serikat
81
. Namun ide-ide baru yang dijalankan Presiden Bush telah mengacaukan
kondisi tersebut. Amerika Serikat Serikat mulai berambisi untuk menggunakan kekuatan politik dan militernya yang tak tertandingi untuk mengubah dan
mengatur tatanan dunia. Amerika Serikat ingin memperluas pengaruhnya dari “setengah gelas” menjadi “satu gelas penuh”.
Richard Haass, Direktur Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri mengatakan bahwa tujuan utama kebijakan luar negeri Amerika Serikat
Serikat saat ini adalah mengintegrasikan negara dan organisasi lain ke dalam
81
G. John Ikenberry, “Ambisi Imperial AS” dalam Council on Foreign Policy, Amerika Serikat dan Dunia; Memperdebatkan Bentuk Baru Politik Internasional, Penerjemah Yusi A.
Pareanom dan Zaim Rofiqi Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005, h. 439.