PENDAHULUAN Pelaksanaan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kenakalan Siswa Di MAN Jakarta

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu dapat bermanfaat baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungannya. 1 Pelayanan bimbingan merupakan bagian integral di lembaga pendidikan, melalui pelayanan bimbingan ini diharapkan siswa mampu bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan tuntutan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Hal ini selaras dengan konsep kurikulum Sekolah Menengah Umum tahun 1994, tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, seperti yang dikutip oleh W.S Winkel bahwa “Bimbingan merupakan bantuan khusus yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan”. 2 Sekolah merupakan tempat berkumpulnya siswa yang tentunya mereka masing-masing memiliki latar belakang yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya baik dari segi keadaan keluarga, ekonomi, adat istiadat, agama maupun dari segi sifat, bakat dan minat. Oleh karena adanya perbedaan sebagaimana tersebut di atas, maka tidak mustahil pula akan timbul berbagai macam problema yang mereka hadapi dalam menempuh pendidikan. Pada hakekatnya memang semua orang pasti mempunyai problema dalam hidupnya, namun adakalanya mereka dapat mengatasi atau memecahkannya sendiri, dan ada pula yang tidak dapat mengatasinya sendiri, sehigga mereka memerlukan bantuan orang lain yang 1 Hallen A, Bimbingan dan Konseling Jakarta: Ciputat Press, 2002, h. 9 2 W.S Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 1997, Cet. I, h. 78 mampu memberikan alternatif, serta solusi pemecahannya melalui bimbingan, arahan-arahan, nasehat, dan penyuluhan. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan masuknya budaya-budaya asing yang mengakibatkan dekadensi moral, “kenakalan remaja diantaranya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pengaruh film-televisi-video, iklim kekerasan dan kurangnya disiplin yang berlangsung di masyarakat, kelompok sebaya yang menyimpang dari berbagai faktor negatif lainnya dalam kehidupan sosial. 3 Kenakalan yang dilakukan oleh remaja menurut Kartini Kartono pada intinya merupakan produk kondisi masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya dan bisa disebut juga sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. 4 Ketidakmampuan mereka dalam memilih perbuatan baik dan buruk di sekitar masyarakat dengan segala pergolakan sosial yang menyimpang dari berbagai faktor negatif lainnya, maka pelayanan bimbingan di sekolah sangat membantu untuk menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Dengan begitu, mereka tidak akan melakukan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di sekitar lingkungannya. Siswa tingkat SMU termasuk dalam kelompok remaja madya yang ditandai dengan situasi psikologis yang serba tidak seimbang, sehingga pada saat melewati suatu tahap sosialisasi memungkinkan mereka terbawa oleh arus budaya dan norma yang keliru. Pada masa peralihan tersebut mereka dapat melakukan tindakan-tindakan sendiri, tidak lagi berpedoman pada ajaran agama yang secara jelas menganjurkan untuk bertingkah laku dengan baik dan sesuai dengan nilai-nilai agama. Masa seperti ini dapat mempengaruhi pola tingkah laku siswa SMU selama berada pada lingkungan sekolah. “Apabila kelompoknya menampilkan sikap dan perilaku yang baik maka ia cenderung akan ikut baik, apabila 3 Emil Durkheim, Pendidikan Moral: Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi Pendidikan , Jakarta: Erlangga, 1990, Terjemahan Drs Lukas Ginting, h. 13 4 Kartini Kartono, Patologi Sosial 2: Kenakalan Remaja Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998, Cet. Ke-3, h. 4 kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moralitas maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut.” 5 Tujuan sekolah menyediakan sarana pelayanan secara efektif dan membantu siswa dalam pengembangan potensi kognitif, maka perlu adanya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai tempat pencurahan segala permasalahan murid disamping kegiatan belajar. Bimbingan konseling di sekolah adalah pelayanan pada semua murid yang mengacu pada perkembangan mereka secara menyeluruh dan mereka dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Dalam hal ini seorang guru pembimbing harus bertanggung jawab dalam memberikan bimbingan dan konseling kepada siswa untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang mereka hadapi, dan membantu mereka dalam memilih perbuatan baik dan buruk di sekitar masyarakat yang sedang menghadapi kemerosotan moral, sehingga mereka tidak menyimpang dari berbagai faktor negatif dalam kehidupan sosial. Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk membahas ke dalam judul Skripsi “PELAKSANAAN BIMBINGAN KONSELING DALAM MENGATASI KENAKALAN SISWA DI MAN I JAKARTA ”. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MAN I Jakarta. Jenis pelayanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada siswa MAN I Jakarta. Kenakalan siswa MAN I Jakarta. Jenis kenakalan yang dilakukan siswa MAN I Jakarta. Penyebab terjadinya kenakalan di MAN I Jakarta. Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa. 5 Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: Rosda Karya, 2002, Cet. Ke-3, h. 198 Pembatasan Masalah Berdasarkan pada identifikasi tersebut, maka penulis merasa perlu untuk memberikan pembatasan masalah yang akan penulis bahas, yaitu: Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dari segi Bidang layanan BK, antara lain: Pengembangan kehidupan pribadi, Pengembangan kehidupan sosial, Pengembangan kemampuan belajar, Pengembangan karir. Jenis kenakalan siswa terdiri dari kenakalan yang bersifat a-moral dan a- sosial, kenakalan yang bersifat kriminologi. a. Kenakalan yang bersifat a-moral dan a-sosial, antara lain: Tidak mentaati perintah guru, Tidak masuk kelas tanpa keterangan, Datang terlambat ke sekolah, Membolos, Merusak sarana dan prasarana, Mencoret-coret tembok, Berkata kotor di sekolah, Membawa buku-buku porno, Membaca buku-buku porno, Merokok, Pergi ke kantin sekolah saat pelajaran berlangsung, Tidak mengikuti pelajaran sampai selesai. b. Kenakalan yang bersifat kriminologi, antara lain: Memeras Memalak teman di sekolah, Membawa senjata tajam, Berkelahi dengan sesama teman, Melakukan tawuran, Meminum-minuman keras, Menonton film porno, Menggunakan obat-obatan terlarang. Peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa. Perumusan Masalah Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu: Pelayanan Bimbingan dan Konseling apa saja yang diberikan MAN I Jakarta untuk mengatasi kenakalan remaja? Kenakalan apa yang dilakukan siswa di MAN I Jakarta? Bagaimana peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa MAN I Jakarta? Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah: Tujuan penelitian a. Mengetahui pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di MAN I Jakarta. Mengetahui kenakalan yang dilakukan siswa di MAN I Jakarta. Mengetahui peran Bimbingan dan Konseling dalam mengatasi kenakalan siswa di MAN I Jakarta. Kegunaan hasil penelitian Melalui analisa temuan dan hasil penelitian ini, maka kegunaan yang akan diambil adalah: a. Menambah pengetahuan peneliti tentang Bimbingan dan Konseling untuk bekal dikemudian hari sebagai tenaga pengajar yang peduli terhadap kebutuhan siswa terhadap pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. b. Untuk menambah sumber bacaan tentang Bimbingan dan Konseling di sekolah. c. Dapat digunakan sebagai masukan untuk pengembangan sekolah, yang meliputi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling terhadap siswa. d. Menambah sumber pengetahuan tentang mengatasi kenakalan siswa di lingkungan sekolah.

BAB II KAJIAN TEORETIK