Peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pdi)
Oleh :
WILDA FAHRIYAH 206011000090
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011
(2)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pdi)
Oleh :
WILDA FAHRIYAH 206011000090
Di bawah bimbingan
Drs. H. Paimun
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2011
(3)
JAKARTA”. Telah diujikan dalam sidang Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada Tanggal 3 Maret 2011, skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 3 Maret 2011 Panitia Ujian Skripsi
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Tanggal Tanda Tangan Bahrissalim, M.Ag
Nip: 196803071998031002 ……… ……….. Drs. Safiuddin Shidiq, M. Ag
Nip: 196703282000031001 ……… ……….. Penguji I
Dr. H. Faridal Arkam, M.Pd
Nip: 195003071979031004 ……… ……….. Penguji II
Dr. Akhmad Sodiq, MA
NIP: 197107091998031001 ……… ………..
Mengetahui, Dekan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 195710051987031003
(4)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, N a m a : Wilda Fahriyah
Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta, 30 Oktober 1986 NIM : 206011000090
Jurusan / Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam (Al-quran) di SMP
Muhamadiyah 35 Jakarta
Dosen Pembimbing : Drs. H. Paimun
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
Jakarta, 07 Januari 2011 Mahasiswa Ybs.
Wilda Fahriyah NIM. 206011000090
(5)
i
ABSTRAK
Nama : Wilda Fahriyah Nim : 206011000090
Fak/jur : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul : “Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta”.
Pada umumnya siswa mengalami kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, menghafal, menterjemahkan, mengambil inti sari kandungan, mentafsirkan al-Quran.
Pelaksaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran pendidikan agama islam (al-Quran) yaitu Pelayanan Orientasi, Pelayanan Penempatan, Pelayanan Pembelajaran, Pelayanan Informasi, Pelayanan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang menantang, sudah cukup baik.
Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta. Dari perhitungan di atas diperoleh rxy sebesar 0,613. Hal ini berarti bahwa korelasi antara variabel X (Bimbingan dan Konseling) dengan variabel Y (mengatasi kesulitan belajar) merupakan korelasi positif yang signifikan. dengan memperhatikan besarnya rxy yang dihasilakan yaitu 0,613 yang berada pada rentang 0,40 - 0,70 berarti terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup antara variabel X (Bimbingan dan Konseling) dan Y (mengatasi kesulitan belajar). Maka dapat disimpulkan bahwa berarti bimbingan dan konseling berperan terhadap kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran).
(6)
ii
melalui proses yang cukup panjang, pada akhirnya skripsi in dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw beserta keluarga dan sahabatnya demikian juga para pengikutnya yang setia mengikuti jejak Rasul.
Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa dorongan moril dan materil. Karena penulis yakin tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Disamping itu, izinkan penulis untuk menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bapak Prof. Dr. H. Dede Rosyada, M. A, selaku dosen seminar Proposal beserta seluruh staffnya.
2. Ketua dan sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Bahrissalim, M. Ag dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam bapak Drs. Sapiuddin Shidiq. M.Ag beserta seluruh staffnya.
3. Bapak Drs. H. Paimun yang telah sabar dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu dosen fakultas ilmu tarbiyah dan keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga bapak dan ibu dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat dikemudian hari.
5. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang sangat spesial penulis haturkan dengan rendah hati dan rasa hormat kepada kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Muhamad Ali dan ibunda Hj. Latifah serta keluarga penulis kaka linda, bang niko, lutfi, fahri dan bang dika yang dengan segala
(7)
iii
memberikan izin, bantuan, dan kerja samanya dalam penelitian.
7. Bapak pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-temanku Mahasiswa UIN khususnya anak-anak tarbiyah jurusan pendidikan agama Islam angkatan 2006, teman-teman dekatku Tari, Nurhayati, Masning dan Mahfud selalu memberikan support yang semangat.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin.
Jakarta, 9 Januari 2011
(8)
iv
LEMBAR PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pendidikan Agama Islam ... 5
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 5
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 7
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 8
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 10
B. Bimbingan Konseling Pendidikan Agama Islam ... 11
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ... 11
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 14
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling ... 17
C. Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam ... 19
(9)
v
5. Peran Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan
Belajar Penidikan Agama Islam ... 37
D. Kerangka Berfikir... 37
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 39
B. Variabel Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Instrumen Penelitian... 41
F. Teknik Analisis Data ... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah ... 46
B. Diskripsi Hasil Penelitian ... 50
C. Analisis Data ... 51
D. Interpretasi Data ... 53
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 56
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
(10)
vi
Tabel 3.2 Kisi Instrumen Penelitian 42
Tabel 3.3 Jawaban dalam Skoring 43
Tabel 3.4 Indeks Korelasi Product Moment 44
Tabel 4.1 Keadaan Guru 48
Tabel 4.2 Keadaan Karyawan 49
Tabel 4.3 Keadaan Siswa 49
Tabel 4.4 Keadaan Sarana dan Prasarana 50
Tabel 4.5 Perhitungan Angka Indeks Korelasi antara Variabel X (bimbingan dan konseling) dan variabel Y (mengatasi kesulitan belajar) dalam bidang study pendidikan agama islam
(11)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan di sekolah sebagai usaha untuk mendewasakan siswa mempunyai peranan dalam membina dan membimbing siswa agar dapat menjalani hidup di masyarakat. Dalam usahanya tersebut ada saja hambatan-hambatan yang datang, baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal), sehingga diperlukan pemecahan.
Dalam proses pembelajaran terdapat interaksi antara guru dan murid, interaksi pembelajaran tersebut tidaklah selalu berjalan dengan lancar. Ada banyak faktor-faktor yang menghambat proses pembelajaran itu, di antaranya faktor internal, yang menyangkut seluruh diri pribadi, termasuk fisik maupun mental atau psikofisiknya yang ikut menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar. Di samping itu faktor eksternal yang bersumber dari luar individu yang bersangkutan misalnya ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai dan lingkungan sosial maupun lingkungan keluarganya yang kurang harmonis.
Kedua faktor tersebut dapat mempengaruhi proses belajar siswa, dan hal ini juga menjadi masalah bagi mereka. Oleh karena itu, diperlukan adanya program khusus dari guru dan pendidik umumnya yang berupa bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa.
(12)
Bimbingan dan konseling dirasakan sangat perlu di lembaga-lembaga pendidikan, karena bimbingan merupakan kegiatan bantuan yang diberikan kepada individu secara terus menerus dalam mengahadapi persoalan-persoalan yang timbul dalam hidupnya.1
Sebagaimana kita ketahui bahwa pendidikan agama islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta didalamnya terbagi menjadi lima mata pelajaran yaitu:
1. al-Quran
2. Fiqih atau ibadah dan muamalah 3. Aqidah
4. Akhlak
5. Tarikh dan Kebudayaan Islam 6. Kemuhamadiyahan
Di antara enam mata pelajaran tersebut sebagian dari siswa banyak yang mengalami kesulitan dalam belajar. Kesulitan belajar ini tidak seluruhnya dapat diatasi hanya oleh guru yang mengajar (guru bidang studinya) saja. Oleh karena itu, diperlukan program khusus yaitu bimbingan dan konseling yang mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam terutama al-Quran dengan cara menggalakkan dan mengintensifkan siswa dalam membaca al-Quran, menghafal, mengartikan, menulis, dan mengambil intisari (kandungan isi) al-Quran. Dengan adanya bimbingan dan konseling di sekolah dapat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dan menciptakan proses pembelajaran dengan baik.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta. Dengan alasan sebagai berikut:
1. Menurut asumsi, siswa di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta semua beragama Islam
1
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, ( Surabaya : Usaha Nasional, 1983 ), h. 74
(13)
2. Ingin membuktikan bahwa siswa di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta pintar dalam mengkaji al-Quran.
3. Belum ada yang meneliti di sekolah SMP Muhamadiyah 35 Jakarta tentang Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam (al-Quran).
B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah
Adapun masalah yang terkandung dalam judul skripsi sebagai berikut: a. Kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran) di SMP
Muhamadiyah 35 Jakarta
b. Penyebab kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran) c. Pelaksanaan bimbingan dan konseling
d. Pelayanan-Pelayanan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran)
e. Kendala-Kendala dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling pendidikan agama Islam
f. Peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran)
2. Pembatasan Masalah
Dari masalah-masalah di atas penulis akan membatasi permasalahan dalam skripsi ini sebagai berikut:
a. Kesulitan belajar pendidikan agama Islam khusus dalam mata pelajaran al-Quran di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta
b. Pelaksanaan bimbingan dan konseling
c. Peran bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran)
3. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
(14)
a. Kesulitan apa saja yang di alami siswa dalam belajar pendidikan agama Islam (al-Quran) di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta?
b. Layanan-layanan bimbingan dan konseling apa saja yang diberikan di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran)?
c. Sejauh mana peran bimbingan dan konseling di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran)?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran) pada siswa SMP Muhamadiyah 35 Jakarta
b. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta
c. Untuk mengetahui peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama Islam (al-Quran) pada siswa SMP Muhamadiyah 35 Jakarta.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian masalah yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
a. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat berguna terutama bagi penulis untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan dan pengalaman. b. Dapat berguna terutama bagi pihak pengelola pendidikan dalam mengatasi
kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran)
c. Bagi pembaca dapat meningkatkan nilai-nilai syariat islam terutama dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
(15)
5
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Banyak teori dan konsep yang telah dikemukakan oleh para ahli tentang pendidikan agama islam, diantaranya konsep yang dikemukakan oleh
Zuhairini adalah ”usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak
didik supaya hidup sesuai dengan ajaran Islam”.2
A.D. Marimba Pendidikan Agama Islam adalah ”Bimbingan Jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian-kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Kepribadian utama yang dimaksud adalah kepribadian muslim.3
Sedangkan menurut Dr Mohd. Fadil Al-Djamaly yang dikutip oleh M. Arifin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, yaitu: Proses yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan yang mengangkat
2
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional 1983) h. 27
3
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : PT. Al-Ma‟arif,
(16)
derajat kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya (pengaruh dari luar).4
Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam itu dipandang sebagai proses mengarahkan dan membimbing siswa kearah pendewasaan pribadi yang beriman, berilmu pengetahuan yang paling mempengaruhi dalam perkembangannya untuk mencapai titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk itu, pendidikan agama islam itu tidak hanya berorientasi saja pada pendidikan akhirat, akan tetapi juga berupaya membantu mempersiapkan generasi masa depan yang lebih baik.
“Sedangkan Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 66 Jakarta adalah pendidikan agama Islam diberikan untuk peningkatkan potensi spiritul dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencangkup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama Islam. Peningkatkan potensi spiritual mencangkup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagaamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatkan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk tuhan”.
“Pendidikan agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, takwa, dan ahlak serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkungan lokal, nasional, regional maupun global”. 5
“Setelah mengetahui pengertian kedua istilah tersebut, maka Pengertian Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta adalah agama Islam merupakan pedoman kehidupan bagi setiap muslimin dan muslimat. Sumber utamanya adalah al-Quran. Dengan berpedoman kepada al-Quran niscaya umat akan memperoleh kebaikan di dunia dan akhirat, serta tidak akan tersesat untuk selama-lamanya”.
4
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), Cet.1, h.13-14. 5
(17)
“Pendidikan agama Islam sangat penting perananya dalam rangka membina pribadi generasi muda, menjadi insan beriman dan bertakwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, dan menungjung tinggi rasional dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan tuntunan al-Quran”.6
2. Fungsi Pendidikan Agama Islam
Fungsi Pendidikan Agama Islam menurut teori dan konsep Samsul Nizar dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu:
a. Dimensi Mikro (internal), yaitu manusia sebagai subyek dan obyek pendidikan. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi memelihara dan mengembangkan fitrah (potensi) insan yang ada dalam diri anak didik seoptimal mungkin sesuai dengan norma agama. Tegasnya fungsi pendidikan dalam presepektif Islam adalah proses penanaman nilai-nilai ilahiah pada anak didik, sehingga mereka mampu mengaktualisasikan diri semaksimal mungkin sesuai dengan prinsip-prinsip religius.
b. Dimensi Makro (eksternal), yaitu perkembangan kebudayaan dan peradaban manusia sebagai hasil akumulasi dengan lingkungannya. Pada dimensi ini, pendidikan yang dilakukan berfungsi sebagai sarana pewaris budaya dan identitas suatu komunitas yang ada didalamnya manusia melakukan berbagai bentuk interaksi dan saling mempengaruhi anatara satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mampu menyerap, mengolah, dan menganalisa serta menjabarkan aspirasi dan identitas masyarakat pada peserta didiknya, sekaligus mampu mewarnai perkembangan nilai masyarakat yang berkembang dengan warna dan nilai Islami7.
Sedangkan Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 66 Jakarta adalah Pendidikan agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, hubungan dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia,
6
Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Kemuhamadiyahan Tingkat SMP/MTS, Jakarta 2007, h. 1
7
Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama 2001), h. 121-122.
(18)
hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. 8
“Dan Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta adalah Pendidikan agama Islam dan Kemuhamadiyahan menekankan keseimbangan, keselarasan, hubungan dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya sesuai dengan al-Quran dan As-sunah”.
“Pendidikan Kemuhamadiyahan diarahkan pada pemahaman dasar-dasar gerakan dan doktrin ideologi Muhamadiyah, seperti tafsir muqoddimah anggaran dasar, khitbah perjuangan, kepribadian muhamadiyah dan pedoman hidup islami warga muhamadiyah. Selain itu para siswa secara partisipatif diikutsertakan dalam berbagai kegiatan persyarikatan”.9
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan Islam terlebih
dahulu di jelaskan apa sebenarnya makna dari ”tujuan” tersebut. Secara etimologi, tujuan adalah ”arah, maksud atau haluan”. Secara terminologi,
tujuan berarti sesuatu yang diharapkan tercapai setelah usaha atau kegiatan
selesai”.10
”Menurut dalam bukunya Abdul Majjid dan Dian Andayani
mengatakan bahwa ”Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan
untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengenalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaan, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi”.11
”Oleh karena itu berbicara pendidikan agama Islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacu pada penanaman nilai-nilai Islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai
8
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar SILABUS SMP Negeri 66 Jakarta. H. 54 9
Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Kemuhamadiyahan Tingkat SMP/MTS,..., h. 1
10
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Cipta Press, 2002), Cet. Ke-1, h. 15
11
Abdul Majjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agma Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan implementasi kurikulum 2004) Cet Ke-1, h.135
(19)
keberhasilan hidup (hasanah) di dunia bagi peserta didik yang mungkin akan mampu membuahkan kebaikan (hasanah) di akhirat kelak”.12
Sedangkan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 66 Jakarta adalah:
a. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya serta kepada Allah SWT
b. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisipin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.13
Serta Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta adalah:
1) Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang pendidikan agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, Sesuai al-Quran dan As-Sunah.
2) Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlakul karima, yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, kreatif, inovatif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya islam dalam komunitas sekolah sesuai al-Quran dan As-Sunah.
12
Abdul Majjid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi (Konsep dan implementasi kurikulum 2004)…h.136
13
(20)
3) Menanamkan, menumbuh dan meningkatkan kesadaran peserta didik untuk mengamalkan ajaran Islam serta mendawahkannya secara berorganisasi sesuai dengan petunjuk al-Quran dan As-Sunah. Melalui pemahaman gerakan, organisasi dan amal usahanya, dengan tujuan menanamkan rasa tanggung jawab kedalam diri Siswa.14
Dari semua tujuan itu merupakan penggabaran dari nlai-nilai Islam yang hendak diwujudkan dalam pribadi manusia pada akhir proses suatu pendidikan.
4. Ruang Lingkup pendidikan Agama Islam
Untuk mencapai tujuan Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 66 Jakarta, diberikanlah materi-materi Pendidikan Agama Islam sebagai berikut:
a. al-Quran b. Aqidah c. Akhlak d. Fiqih
e. Tarikh dan Kebudayaan Islam15
Sedangkan Untuk tujuan tersebut, di berikanlah materi pendidikan agama Islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta yang meliputi:
a. al-Quran dan Hadist b. Aqidah
c. Akhlak
d. Fiqih (Ibadah dan Muamalah) e. Tarikh dan Kebudayaan Islam f. Kemuhamadiyahan16
B. Bimbingan dan Konseling
14
Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Kemuhamadiyahan Tingkat SMP/MTS, .... , h. 2
15
Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar SILABUS SMP Negeri 66 Jakarta. h.54 16
Majlis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhamadiyah, Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Kemuhamadiyahan Tingkat SMP/MTS, Jakarta 2007, h. 2
(21)
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang berbeda dan mengandung makna yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Pengertian bimbingan dan konseling tersebut akan diuraikan dari masing-masing arti, namun tidak dapat dijelaskan dengan pengertian yang satu. Pengertian bimbingan, berasal dari kata guidance dan konseling yang dahulunya disebut atau dikenal dengan penyuluhan, berasal dari kata counseling. Penjelasan dari kedua kata bimbingan (guidance) dan konseling (counseling), akan diuraikan sebagaimana pada paparan berikut ini.
a) Pengertian Bimbingan
Secara etimologi bimbingan merupakan terjemahan dari kata bahasa Inggris, yakni ”guidance”. Kata ”Guidance” berkaitan dengan kata ”guiding” showing a way (menunjukan jalan), leading (memimpin), coducting (menuntun), giving instruction (memberi petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan), giving advice (memberikan nasehat).
Bimbingan ditinjau dari pengertian diatas, menunjukan pada dua hal yang satu dengan yang lainnya dapat berdiri sendiri, yaitu :
a. Memberikan informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasehat.
b. Menuntun atau mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan, yaitu dengan tujuan ini mungkin hanya diketahui oleh pihak yang mengarahkan dan mungkin pula perlu diketahui oleh semua kedua belah pihak.17
Adapun pengertian bimbingan secara terminology, maka terdapat beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli. Untuk lebih jelasnya akan dikemukakan beberapa pendapat dari para ahlinya, antara lain adalah :
“Pendapat Lester D. Crow dan Alice Crow beliau mengatakan bahwa : Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang baik pria dan wanita yang memiliki pribadi yang baik dan pendidikan yang memadai kepada seseorang individu dari setiap usia untuk
17
W.S. Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1997) Cet. Ke-1, h. 65
(22)
menolongnya mengemudikan kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri mengembangkan arah pandangannya sendiri, membuat pilihannya sendiri dan memikul bebannya sendiri”.18
Sementara itu Bimo Walgito menjelaskan bahwa Bimbingan adalah merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya agar individu atau kelompok individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.19
Oleh karena itu dapat dideskripsikan bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh pembimbing untuk mencapai kemandirian dengan mempergunakan berbagai bahan melalui interaksi dan pemberian nasihat serta gagasan dalam suasana asuhan dan berdasarkan norma-norma yang berlaku.20
“Dari sekian banyak definisi bimbingan yang telah dikemukakan di atas, I. Djumhur mengemukakan rumusan bimbingan yang dapat
dijadikan kesimpulan adalah “suatu proses pemberian bantuan yang
terus menerus dan sistematis kepada individu dalam memecahakan masalah yang dihadapi, agar tercapai kemampuan untuk memahami dirinya (self understanding), kemampuan untuk menerima dirinya (self acceptance) dan kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realisation), sesuai dengan potensi diri dan lingkungan, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat. Bantuan itu dberikan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dan pengalaman khusus dalam bidang tersebut”.21
b) Pengertian Konseling
“H.M. Arifin, mengemukakan pengertian bimbingan dan
konseling dari segi etimologi sebagai berikut; kata “guidance” adalah kata dalam bentuk masdar dari kata „to guide‟ artinya menunjukan bimbingan atau menuntun orang lain ke jalan yang benar. Sedangkan
kata „counseling‟ adalah kata dalam bentuk masdar dari kata „to
18
Hallen A.M.Pd, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Press 2002) Cet. Ke-1, h.4
19
Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling ( studi dan karir ), ( Yogyakarta : Andi Offset, 1993 ). Cet. Ke-2, h. 5
20
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah ( berbasis Intelegensi ), ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h. 20
21
I. Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. Ke-8 ( Bandung: CV. Ilmu, 1975 ), h. 28
(23)
counsel‟ yang artinya memberi nasehat, atau anjuran kepada orang lain secara face to face (berhadapan muka)”.22
Adapun pengertian konseling dari segi terminology, menurut James F.
Adams, konseling adalah: “suatu pertalian timbal balik antara dua orang
individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (counselee), supaya ia dapat lebih baik memahami dirinya dalam hubungan masalah-masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan yang akan datang.23
Di dalam Al-Quran terdapat firman-firman Allah yang mengandung metode bimbingan dan konseling, karena Al-Quran sendiri diturunkan untuk membimbing dan menasehati manusia sehingga dapat memperoleh kehidupan batin yang tenang, sehat dan bebas dari konflik kejiwaan. Dengan metode ini manusia akan mampu mengatasi segala bentuk kesulitan hidup dengan dasar iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha menjadikan segalanya.
Selanjutnya dijelaskan pula bagaimana cara atau metode di dalam upaya penyampaikan bimbingan tersebut, yaitu dengan melalui sikap yang lemah lembut dan lunak hati dengan gaya menuntun atau membimbing kearah kebenaran. Hal ini telah didasarkan pada firman Allah SAW sebagai berikut:
Artinya:
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka
22
M.Arifin, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan abintang, 1976 ), H.18
23
I. Djumhur dan Moh Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. Ke-8 ( Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 29
(24)
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. QS.Al-Imran: 159
2. Fungsi Bimbingan dan Konseling
Bimbingan yang ada di sekolah dalam memberikan pelayanan kepada siswa adalah agar para siswa tersebut dapat mengambil manfaat semaksimal mungkin.Bimbingan dan konseling mempunyai fungsi yang penting dalam proses pendidikan, terutama dalam proses belajar mengajar. Dalam fungsi yang penting tersebut, Prof. H. M. Arifin, M.Ed menjabarkan fungsi khusus bimbingan adalah sebagai berikut:
a. Fungsi menyalurkan, yaitu fungsi bimbingan dalam hal membantu siswa dalam hal memilih jurusan sekolah. Jenis lanjutan sekolah, atau lapangan kerja sesuai dengan cita-cita, minat dan bakat.
b. Fungsi mengadaptasikan, yaitu fungsi bimbingan dalam hal membantu petugas-petugas di sekolah, khususnya guru dalam mengadaptasikan program bimbingan dan konseling sesuai dengan minat, kemampuan dan kebutuhan siswa.
c. Fungsi menyesuaikan, yaitu dalam rangka membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi dan memperoleh kemajuan dalam perkembangannya secara optimal. Fungsi ini dilakukan dalam rangka membantu siswa untuk mengidentifikasi, memahami dan memecahkan masalah.24
Fungsi bimbingan di atas, menjelaskan bahwa bimbingan itu berfungsi tidak hanya sebagai penunjang terhadap kegiatan pembelajaran, tetapi juga berkaitan dengan seluruh proses pendidikan dan proses pembelajaran. Dengan demikian maka keberadaan bimbingan di sekolah membantu pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.
Berbagai pendapat tentang fungsi pelaksanaan bimbingan dan konseling ini. Dari berbagai pendapat tersebut, Tohirin memaparkan beberapa fungsi bimbingan dan konseling, yakni:
24
.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyeluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1993 ), Cet ke-3, h. 194
(25)
a. Pencegahan yakni melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya. Berdasarkan fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling harus tetap diberikan kepada setiap siswa sebagai usaha pencegahan terhadap timbulnya masalah. Fungsi ini dapat diwujudkan oleh guru pembimbing atau konselor dengan merumuskan program bimbingan yang sistematis sehingga hal-hal yang dapat menghambat perkembangan siswa seperti kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial dan lain sebagainya yang dapat dihindari. b. Fungsi pemahaman yakni melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan
konseling dilaksanakan dalam rangka memberikan pemahaman tentang diri klien atau siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh klien itu sendiri dan oleh pihak-pihak yang membantunnya (pembimbing).
c. Fungsi pengentasan yakni apabila siswa mengalami suatu permasalahan dan ia tidak dapat memecahkannya sendiri lalu ia pergi ke pembimbing atau konselor, maka yang diharapkannya oleh siswa yang bersangkutan adalah teratasinya masalah yang dihadapinya. Siswa yang mengalami masalah dianggap berada dalam kondisi atau keadaan yang tidak mengenakkan sehingga perlu diangkat tau dikeluarkan dari kondisi atau keadaan tersebut.
d. Fungsi pemeliharaan yakni menurut Prayitno dan Erman Amti (1999) fungsi pemeiharaan berarti memelihara segala sesuatu yang baik (positif) yang ada pada diri individu (siswa), baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil yang perkembangan yang telah dicapai selama ini. Intelegensi yang tinggi, bakat yang istimewah, minat yang menonjol untuk hal-hal yang positif dan produktif dan berbagai aspek positif lainnya termasuk akhlak yang baik (mahmudah) dari individu perlu dipertahankan dan dipelihara. Bahkan lingkungan yang baik pun baik lingkungan fisik, sosial dan budaya, perlu dipelihara dan
(26)
sebesar-besarnya di manfaatkan untuk kepentingan individu (siswa). Selanjutnya Pryitno dan Erman Amti (1999) menyatakan bahwa fungsi pemeliharaan di sini bukan sekedar mempertahankan agar hal-hal yang telah disebutkan di atas tetap utuh, tidak rusak, dan tetap dalam keadaan semula, melainkan juga mengusahakan agar ha-hal tersebut bertambah lebih baik dan berkembang. Misalnya penjurusan dan penempatan siswa pada program-program akademik tertentu dan kegiatan kurikuler serta ekstrakulikuler disesuaikan dengan kemampuan, bakat, dan minat siswa. e. Fungsi penyaluran yakni Setiap siswa hendaknya memperoleh
kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan keadaan pribadinya masing-masing yang meliputi bakat, minat, kecakapan, cita-cita dan lain sebagainya. Melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan ke arah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal. f. Fungsi penyesuaian yakni Fungsi penyesuaian mempunyai dua arah. Pertama, bantuan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekolah atau madrasah. Keberhasilan siswa dalam belajar di sekolah atau madrasah banyak dipengaruhi oleh kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kedua, bantuan dalam mengembangkan program pendidikan yang sesuai dengan keadaan masing-masing siswa. Dalam arah kedua ini, lingkungan yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Antara siswa yang satu dengan lainya berbeda dalam aspek kepribadian, kemampuan, bakat, minat, dan aspek-aspek lainnya. Ada siswa yang cepat dalam belajar dan ada pula yang lambat. Ada pula siswa yang sangat berminat terhadap kegiatan tertentu di sekolah dan madrasah, ada pula yang tidak berminat sama sekali. g. Fungsi pengembangan yakni siswa di sekolah atau madrasah merupakan
individu yang sedang dalam proses perkembangan. Misalnya murid SD/MI adalah sosok individu yang sedang berkembang menuju usia SMP/MTS, siswa SMP/MTS adalah sosok individu yang sedang
(27)
berkembang menuju usia SMA/MA dan seterusnya. Mereka memiliki potensi tertentu untuk dikembangkan. Melalui fungsi ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada para siswa untuk membantu para siswa dalam mengembangkan keseluruhan potensinya secara lebih terarah. Dengan perkataan lain, pelayanan bimbingan dan koneling membantu para siswa agar berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing.
h. Fungsi perbaikan yakni melalui fungsi perbaikan ini, pelayanan bimbingan dan konseling diberikan kepada siswa untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa. Bantuan yang diberikan tergantung kepada masalah–masalah yang dihadapi siswa. Dengan kata lain, program bimbingan dan konseling dirumuskan berdasarkan masalah yang terjadi pada siswa. Berbeda dengan fungsi pencegahan, dalam fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat perioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.25
3. Tujuan Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling di sekolah dapat di kelompokan menjadi tiga, yaitu: tujuan umum,tujuan khusus, dan tujuan akhir.
a. Secara umum bimbingan dan konseling mempunyai tujuan yang sama dengan tujuan pendidikan, yaitu tercapainya perkembangan kepribadian yang optimal dan harmonis di antara unsur-unsurnya yang meliputi fisik, mental, emosional, social, dan moral, bahkan spiritual (religious). Apabila kepribadian telah berkembang secara optimal dan harmonis maka peserta didik dapat dikatakan telah dewasa. Tujuan pendidikan adalah kedewasaan, sedangkan tujuan bimbingan adalah kemandirian. Dalam ilmu pendidikan orang dewasa adalah orang yang sudah mampu mandiri. Orang yang sudah mandiri adalah orang yang sudah mampu bertanggung jawab.
25
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Jakarta: PT.Persada, 2007), h.42
(28)
b. Secara khusus bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa dalam :
1) Memahami dirinya, baik kekuatannya maupun kelemahannya.
2) Menentukan pilihan-pilihannya yang tepat, sebab kesalahan dalam menentukan pilihan dapat menimbulkan masalah baru yang mungkin lebih buruk.
3) Bimbingan dan konseling juga bertujuan membantu siswa dalam mencari jalan keluar atau memecahkan (mengatasi) masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupannya, terutama kehidupan sekolah, baik yang menyangkut masalah belajar, masalah social, maupun masalah pribadi.
4) Hal yang penting diperlukan dalam kehidupan adalah penyesuaian diri. Bimbingan dan konseling berusaha memberikan pelayanan kepada siswa agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, baik lingkungan alam, lingkungan sosial maupun lingkungan diri sendiri.
5) Di sekolah, bimbingan dan konseling di berikan agar siswa dapat mencapai prestasi yang optimal, khususnya prestasi belajarnya.
c. Adapun tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah agar siswa yang dibimbing dirinya sendiri (self-guidance).
Individu dipandang telah mampu membimbing dirinya sendiri apabila : 1) Telah mampu memahami diri (self understanding) baik memahami
kekuatan-kekuatannya ataupun kelemahan-kelemahannya.
2) Menerima dirinya (self acceptance) dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
3) Dapat mengarahkan diri (self direction) kepada tujuan mulia yang bermanfaat bagi kehidupannya.
4) Mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya (self actualization, self realization) dengan cara-cara yang terpuji tanpa ada pihak-pihak yang merasa di rugikan.
(29)
Apabila seseorang sudah berada dalam keadaan demikian maka itulah yang dikatakan self-reliance, yaitu orang yang sudah mampu berdiri diatas kaki sendiri, orang yang mampu bertanggung jawab, orang yang sudah mandiri (independence). Kemandirian memungkinkan tercapainya kesejahteraan (welfare). Inilah tujuan akhir bimbingan dan konseling.26
C. Bimbingan dan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar 1. Pengertian Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dapat diartikan “kesukaran siswa dalam menerima
atau menyerap pelajaran atau informasi yang diberitakan”.27 Menurut muhibbin syah dalam bukunya psikologi belajar bahwa “kesulitan belajar adalah siswa-siswa yang berkatagori diluar rata-rata (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak mendapat kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan kapasitasnya”.28 Sedangkan dalam pengertian lain, kesulitan belajar
adalah “keadaan dimana siswa atau anak didik tidak dapat belajar
sebagaimana mestinya”.29
Jadi yang dimaksud dengan kesulitan belajar Pendidikan Agama Islam
adalah “suatu kondisi proses belajar yang ditandai dengan hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai hasil belajar pada pendidikan agama islam. 2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Kesulitan Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar terdiri
dari dua macam, yaitu: “faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa sendiri dan faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa.30
Kedua faktor ini meliputi aneka ragam hal dan keadaan di antara lain:
26
Paimun, Bimbingan dan Konseling (Sari Perkuliahan), Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008. H. 19-21
27
Fadilah Suralaga, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perespektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet 1, h. 135
28
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wancana Ilmu, 1999), Cet 1, h. 165
29
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta Rineka Cipta, 1991), Cet 1, h. 77
30
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu 1999), Cet 1, h.170
(30)
a. Faktor Intern Siswa
Faktor intern siswa meliputi gangguan atau kekurang mampuan fisik dan psikologi siswa, meliputi:
Sebab yang bersifat fisik, yaitu: 1) Sakit
Siswa yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga terganggu sebagian alat inderanya dan menjadikan siswa terhambat dalam belajarnya.
2) Kurang Sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar di sebabkan karena capek, mengantuk, pusing, kurang daya konstrasinya atau tergangunya pikirannya.
3) Cacat Tubuh
Anak yang mengalami cacat tubuh akan mendapatkan kesulitan belajar karena ada sebagian alat inderanya terganngu atau tidak berfungsi.
Cacat tubuh ini meliputi:
1. Cacat tubuh yang ringan, seperti: kurang pendengaran dan penglihatan
2. Cacat tubuh serius, seperti: buta, tuli, bisu, hilang/tidak memiliki tangan dan kaki
Sedangkan sebab yang bersifat psikologi, yaitu: 1) Intelegensi
Kemampuan dasar (Intelegensi) merupakan wadah bagi kemungkinan terciptanya hasil belajar yang diharapkan. Setiap siswa atau anak didik memiliki intelegensi yang berbeda-beda sehingga seorang pendidik atau guru harus bisa memberikan porsi yang sesuai dengan kemampuan setiap siswanya. Apabila guru memberikan persoalan melebihi potensinya maka akan terjadi kesulitan belajar.
(31)
2) Bakat
Setiap anak atau siswa memiliki bakat yang berbeda-beda. Seorang siswa akan mudah mempelajari pelajaran yang sesuai denngan bakatnya, sehingga seorang guru harus mendiagnosis/meneliti bakat-bakat anak agar dapat menempatkan mereka sesuai dengan bakatnya. Kesulitan belajar bisa disebabkaan tidak adanya bakat pada pelajaran tersebut.
3) Minat
Tidak ada minat seseorang pada pelajaran akan timbulnya kesulitan belajar. Hal ini disebabkan tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhannya dan tidak sesuai dengan kecakapan.
4) Motivasi
Motivasi dapat menentukan baik-tidaknya dalam mencapai tujuan karena tanpa motivasi yang besar peserta didik akan mengalami kesulitan belajar, sehingga semakin besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan dalam belajarnya.
5) Kesehtan Mental
Hubungan dengan kesehatan mental dengan belajar adalah memiliki hubungan timbal balik. Seorang siswa yang memiliki mental yang sehat akan menimbulkan hasil belajar yang baik, sedangkan jika siswa memiliki mental yang tidak baik akan menghambat belajarnya dan menimbulkan kesulitan belajar.31 b. Faktor Ekstern Siswa
Faktor Ekstern Siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini meliputi: 1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama, tetapi juga dapat menyebabkan baik atau tidaknya belajar siswa. Faktor ini meliputi:
31
(32)
1. Faktor Orang Tua Cara Mendidik Anak
Orang tua yang tidak/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya akan menyebabkan kesulitan belajarnya.
Hubungan Orang Tua dan Anak
Hubungan orang tua dan anak yang baik akan menimbulkan belajar yang baik pada anak tersebut, tetapi sebaliknya jika hubungan orang tua dan anak tidak baik maka akan menimbulkan kesulitan belajar.
Bimbingan dari Orang Tua
Belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap dewasa dan tanggung jawab belajar tumbuh pada diri anak. Anak yang tidak mendapatkan pengawasan atau bimbingan dari orang tuanya akan menimbulkan kesulitan belajar.
2. Suasana Keluarga
Suasana keluarga yang ramai/gaduh tidak memungkinkan anak belajar dengan tenang dan terganggu konsentrasi belajarnya, sehingga menimbulkan kesulitan belajar. Akan tetapi jika suasana keluarga atau rumah tenang, tentram, dan damai akan menjadikan siswa belajar dengan baik.
a) Keadaan Ekonomi Keluarga
Keadaan ekonomi digolongkan beberapa bagian, yaitu: 1. Ekonomi yang kurang atau miskin
Ekonomi yang serba dengan kekurangan dapat menghabat atifitas belajar pada siswa karna dizaman moderen seperti saat ini dibutuhkan fasilitas-fasilitas yang memadai demi kelancaran dan memudahkan siswa dalam pembelajaran.
Keadaan ini akan menimbulkan: Kurangnya alat-alat belajar
Kurangnya alat-alat belajar dapat menghambat proses pembelajaran di sekolah misalnya tidak tersedianya
(33)
papantulis dikelas, dengan tidak adanya papan tulis dikelas maka siswa akan sulit menerima pelajaran yang di berikan oleh guru.
Kurangnya biaya yang disediakan orang tua
Kurangnya biaya yang disediakan orang tua dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa, karna tidak bisa dipungkiri bahwa dalam peroses pembelajaran diperlukan banyak sekali biaya seperti halnya membeli buku-buku tambahan mengikuti les tambahan.
Tidak memiliki tempat belajar yang baik
Tempat belajar yang tidak baik dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa misalnya keadaan gedung sekolah yang rapuh.
2. Ekonomi yang berlebihan/kaya
Siswa yang memiliki keadaan ini, jika berlebih-lebihan dan terlalu banyak bersenang-senang, serta dimanjakan oleh orang tuanya akan menghambat kemajuan belajarnya.
2) Faktor Sekolah a) Guru
Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, jika:
Guru yang tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa saja terjadi, karena vak yang dipegangnya kurang sesuai, hingga kurang menguasai, sehingga menerangan kurang jelas, sukar dimengerti oleh muridnya.
Hubungan guru dan murid yang tidak baik. Hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti: kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah tersenyum, tak suka membantu anak, suka membentak, dan lain-lain.
(34)
Metode mengajar guru yang dapat menyebabkan kesulitan belajar. Hal ini bermula dari guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi. Hal ini menunjukan metode guru yang sempit, tidak mempunyai kecakapan diskusi, tanya jawab, eksperimen, sehingga menimbulkan aktivitas murid dan suasana menjadi hidup
Guru–guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman hingga belum dapat mengukur kemampuan murid-muridnya, sehingga hanya sebagian kecil muridnya dapat berhasil dengan baik.
Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak, dan sebagainya.
b) Faktor alat pelajaran
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat pratikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan belajar. Misalnya: mikroskop, teleskop, proyektor dan lain-lain. c) Kondisi gedung
Kondisi gedung atau ruangan harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu diantaranya:
Ruang harus berjendela dan ventilasi cukup sehingga udara segar dapat masuk ruangan.
Dinding lantai harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian sehingga siswa dapat konsentrasi dengan mudah.
d) Kurikulum
Kurikulum yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan belajar, yaitu diantaranya:
(35)
Bahan-bahan pelajaran terlalu tinggi.
Bahan-bahan pelajaran yang terlalu tinggi dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa, misalnya saja siswa kelas VII SMP diajarkan bahan-bahan pelajaran siswa kelas IX SMP. Jelas saja hal ini dapan mnimbulkan kesulitan belajar pada siswa.
Pembagian bahan pelajaran tidak sesuai atau tidak seimbang (kelas VII banyak pelajaran dan kelas-kelas diatasnya sedikit pelajarannya).
Adanya pendataan materi. Hal-hal itu akan membawa kesulitan belajar bagi murid-murid. Sebaliknya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak akan membawa kesuksesan dalam belajar.
e) Kurangnya waktu sekolah dan kurang disiplin
Apabila sekolah masuk sore, siang dan malam maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menerima pelajaran, sebab energi sudah berkurang disamping udara yang relatif panas di waktu siang, dapat memproses kelelahan.
Disamping itu pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnnya murid sering terlambat datang, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan. Lebih-lebih lagi gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam pelajaran.
3). Faktor Mass Media dan Lingkungan Sosial
a) Faktor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku komik. Hal-hal itu akan menghambat belajar apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu hingga lupa dengan tugas dan belajar.
(36)
b) Faktor lingkungan sosial, seperti: teman bergaul tetangga yang nakal, dan aktivitas dalam lingkungan masyarakat yang terlalu banyak akan menghambat belajar.32
3. Jenis-jenis Kesulitan Belajar PAI
Kita mengetahui bahwa manusia bukan hanya makhluk biologis, namun juga makhluk spiritual yang memerlukan kebutuhan pemuas, kebutuhan rohani untuk berkembang dengan baik. Manusia perlu belajar dan diajar. Belajar merupakan aktifitas bagi setiap individu, dan tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar. Begitu juga dalam semangat belajar anak, terkadang menurun dan terasa sulit untuk berkonsentrasi dalam belajar.
Didalam pendidikan agama islam terdapat berbagai macam kesulitan dalam belajar terutama pada mata pelajaran al-Quran yaitu kesulitan dalam membaca al-Quran, menulis, menghafal, menterjemah, dan mengambil intisari (kandungan isi) al-Quran.
a. Kesulitan dalam membaca al-Quran
Disekolah masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca al-quran, hal ini disebabkan oleh:
1) Rasa malas dalam diri siswa
2) Tidak ada motivasi dalam diri siswa untuk belajar 3) Lingkungan kurang mendukung untuk belajar 4) Suasana rumah/keluarga yang sangat ramai
Dalam memahami bacaan al-Quran dibutuhkan pengajaran dan metode pembelajaran sebagai alat untuk memudahkan membaca al-Quran. Pada dasarnya untuk memudahkan membaca al-Quran seseorang harus mengetahui beberapa hal yaitu diantaranya mengetahui tentang kaidah ilmu tajwid sehingga dapat membaca al-Quran dengan baik dan benar.
b. Kesulitan dalam Menulis al-Quran
Telah di ketahui bahwa huruf-huruf al-Quran berawal dari alif dan diakhiri dengan ya’ yang bernama huruf hijaiyah. Didalam belajar penulisan
32
(37)
al-Quran seringkali di dapatkan kesulitan karena huruf al-Quran berbeda dengan huruf latin dan huruf-huruf al-Quran yang tiga puluh itu terbagai menjadi 4 macam bentuknya yaitu:
1) Berbentuk tunggal,
Yaitu yang tidak dapat bersambung dari kanan dan kiri. Dia selalu terpisah. Sebab menuliskan huruf arab dari kanan ke kiri.
2) Berbentuk Akhir.
Mengapa dari tunggal melompat ke akhir? Karena bentuk tunggal dan akhir sama besar dan kecilnya, sama tinggi rendahnya, sama panjang pendeknya, sama gemuk-kurusnya. Tandanya, dapat bersambung dari kanan saja, yang dibuat dari huruf tunggal disambung saja dari kanan. Terletak di akhir perangkai.
3) Berbentuk Awal.
Yaitu yang dapat bersambung kekiri saja, yang dibuat dari huruf tunggal yang dipotong ekornya mana-mana yang berekor. Dia terletak di awal perangkaian.
4) Berbentuk Tengah.
Yaitu yang dapat bersambung dari kanan dan ke kiri, yang dibuat dari huruf awal, sambung saja dari kanan. Dia terletak di tengah-tengah perangkaian.33
c. Kesulitan dalam Menghafal al-Quran
Banyak siswa-siswi di sekolah-sekolah mengalami kesulitan dalam menghafal al-quran diantara lain:
1) Faktor-faktor Kesulitan dalam menghafal al-Quran
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menghafal al-Quran atau menyebabkan mudahnya lupa dalam menghafal al-Quran, yaitu diantaranya:
33
Tombak Alam, Metode Membaca dan Menulis Al-Quran 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2002), Cet 6, h.11
(38)
a) Banyak berbuat dosa dan maksiat. Hal tersebut akan membuat orang mudah melupakan al-Quran dan membuat hati buta dari mengingat al-Quran, membaca dan menghafalnya.
b) Kurang sering mengulang-ngulang hafalan dan memperdengarkan hafalannya.
c) Terlalu banyak memikirkan urusan duniawi. Hal ini akan membuat hati bergantung kepadanya, sehingga tidak dapat menghafal dengan mudah.
d) Menghafal banyak ayat dalam waktu singkat, kemudian melanjutkan hafalan ayat berikutnya sebelum memantapkan hafalan ayat sebelumnya.
d. Kesulitan dalam Menterjemahkan al-Quran
Tarjamah adalah masdar fi’il ruba’i, artinya adalah penjelasan. Oleh karena itu, tulisan-tulisan yang menjelaskan biografi orang-orang besar, diberi nama Kutub at-Tarjim dan biografi masing-masing orang besar itu disebut dengan terjemahannya. Menurut beberapa pendapat penulis kamus, dapat dipahami bahwa di dalam terjemahan, diisyaratkan beberapa bahasa. Terjemah ialah pengalih bahasaan dari suatu bahasa ke bahasa lain, seperti dari bahasa Arab ke bahasa Persia.
Terkadang sebuah kata biasa di mengerti ketika berada dalam susunan kalimat. Oleh karena itu syarat penterjemah ialah harus mengerti dua bahasa untuk biasa mengartikulasikan dengan sempurna. Ringkasnya, naskah hasil terjemahaan harus mencerminkan naskah aslinya secara sempurna agar tidak terjadi kekurangan sedikit pun. Tentunya setiap kali teks asli memiliki kriteria tertentu, seperti teks-teks yang berkaitan dengan mazhab dan kitab-kitab samawi.
Dibandingkan dengan menerjemahkan teks-teks lainnya, menerjemahkan teks al-Quran sangat sulit dikarenakan nilai-nilai mukjizatnya yang sangat tinggi dan bahasanya yang luas akan makna34.
34Muhammad Hadi Ma‟rifat,
Sejarah Lengkap Al-Quran, (Jakarta:Al-Huda 2010), cet, 1. h. 268-269
(39)
Maka dari itu untuk mempermudah seseorang dalam menerjemahkan al-Quran di perlukan pemahaman yang akurat seperti yang di inginkan dalam bahasa aslinya.
e. Kesulitan dalam mengambil makna (isi kandungan) al-Quran
Ada beberapa perkara yang dapat menyebabkan sesesorang mengalami kesulitan dalam mengambil makna (isi kandungan) yang tertera didalam al-Quran. Perkara tersebut yaitu:
1) Kesaharian Qari‟ (seorang pembaca al-Quran) Jauh dari al-Quran
Manusia yang kesehariannya dekat dengan al-Quran (dia hidup bersama al-Quran), maka dia hanya memerlukan sedikit penjelasan dan tafsir dari lafal-lafal al-Quran. Baginya, mengetahui maksud al-Quran merupakan suatu hal yang ringan dan mudah, sebagaimana para sahabat Rasulullah. Berbeda dengan manusia yang kesehariannya jauh dari al-Quran, maka dalam memahami maksud-maksud atau isi kandungan yang terdapat di dalam al-Quran, dia membutuhkan banyak penjelasan sampai pada hal yang bersifat rinci. Mungkin, perkara-perkara yang mudah akan terasa sulit baginya.
Kondisi manusia pertama sebagaimana seseorang yang hidup di negrinya sendiri. Dia dapat menempuh perjalanannya ke berbagai tempat tanpa harus melihat petunjuk jalan ataupun bertanya. Sedikit penjelasan dan mudah. Sedangkan kondisi manusia kedua sebagaimana orang asing. Untuk menentukan sebuah tempat, maka petunjuk jalan yang tertulis di jalan-jalan dan bertanya kesana-kemari tidak cukup baginya. Tersesat dan bingung adalah hal yang biasa baginya, hingga dia tidak dapat memenuhi kebutuhan yang sebenarnya tidak jauh darinya.
2) Penguasaan Bahasa al-Quran yang Minim
Orang yang paham bahasa Arab dan uslub al-Quran serta banyak menggunakannya didalam bahasa pergaulan, maka dia tidak akan mendapatkan kesulitan untuk mengetahui petunjuk dari laflafal al-Quran. Dia juga dapat mengerti gambaran tentang makna-makna yang terdapat dalam ayat-ayat al-Quran.
(40)
Sedangkan orang yang tidak menguasai bahasa Arab dengan baik atau faham tetapi tidak menggunakannya dalam bahasa sehari-hari, maka dia tidak memperoleh gambaran tentang maksud al-Quran kecuali dengan bantuan tafsir. Berapa banyak lafal-lafal al-Quran yang asing bagi pendengarnya, atau kalimat yang menurut-nya perlu dibolak-balik, atau butuh simulasi untuk menafsirkan kalimat yang mahdzuf (terhapus), atau mendengar makna-makna berurutan yang pada dasarnya dia dapat mencerna gambarannya jika memang mau bersungguh-sungguh. Dia tidak dapat menemukan hubungan antara makna-makna yang berurutan tersebut dalam fikirannya, maka dia juga tidak bisa menyebut karakter makna yang agung tersebut kecuali dengan berbagai referensi yang tersebar dimana-mana.
Kondisi manusia pertama sebagaimana seseorang yang mendengar perumpamaan yang sangat populer berikut, “Ilmu di waktu kecil ibarat
ukiran di atas batu.” Yaitu dia bisa mengerti makna yang diinginkan dari perumpamaan tersebut, namun tidak terlintas didalam benaknya untuk mencari kosakatanya atau mencari definisi dari ilmu dan maksud perumpamaan tersebut.
Adapun kondisi manusia kedua, maka dari akibat penguasaan bahasa Arab yang minim, dia akan banyak bertanya tentang makna ilmu dan ilmu seperti apa yang diinginkan perumpamaan tersebut. Dia akan bertanya; bagaimana mungkin ilmu dapat dimiliki pada usia dini? Apa batasan usia dini? Apa makna mengukir? Kemudian, kenapa mesti menggunakan istilah batu? Dia akan berusaha keras untuk mencari tafsir dari makna kata yang sengaja di hilangkan. Seakan-akan dia berkata,
“Sesungguhnya pengaruh ilmu bermanfaat yang dipelajari di waktu kecil
sama seperti pengaruh ukiran. Ukiran adalah lubang halus dan indah
yang ada pada batu yang keras…dan seterusnya.” Penguasaan bahasa Arab yang minim menjadikanya susah payah mencari maksud perumpamaan tersebut. Maka, untuk menafsirkan lafal-lafalnya dan mengungkap takdir (tafsir) dari kata yang menurutnya telah dihilangkan,
(41)
membutuhkan waktu yang cukup lama. Meskipun demikian, dia belum mendapatkan pemahaman dan pengetahuan sebagaimana manusia jenis pertama tadi.35
Dari dua perkara diatas yang telah di uraikan bahwasannya perkara-perkara tersebut dapat membatasi hubungan antara qari’ (seorang pembaca al-Quran) dengan al-Quran. Sehingga qari‟ tersebut akan mengalami kesulitan dalam mengambil makna atau isi kandungan yang terdapat didalam al-Quran.
4. Layanan-Layanan BK dalam Rangka Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam (al-quran)
Masalah belajar adalah merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua usaha di sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut, Oleh sebab itu diperlukan layanan-layanan bimbingan dan konseling sebagai berikut:
a. Pelayanan Orientasi
Adapun cara pelayanan orientasi dalam membaca al-Quran secara garis besar seseorang harus menguasai beberapa hal, yaitu :
1) Pengenalan huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf berikut makhorijul hurufnya. Hal ini dikarenakan untuk bisa membaca al-Quran 90% ditentukan oleh penguasaan huruf hijaiyah dan 1% oleh tanda baca, hukuman lainnya.
2) Pengenalan tanda baca seperti kasroh, pathah, dhammah, sukun dan lainnya. Tanda baca dalam al-Quran seperti A, I, U, E dan O dalam bahasa latin yang berfungsi untuk menyambungkan kata.
3) Pengenalan isyarat baca seperti panjang, pendek, dobel (tasydid), dan seterusnya. Isyarat baca panjang dan pendek dalam al-Quran mengandung unsur irama lagu yang indah.
35
Salman bin Umar As-Sunaidi, Mengikat Makna Al-Quran Agar Bacaan Al-Quran Benar-benar Berkesan dan Membekas di Hati, (Klaten, Jawa Tengah: INAS MEDIA 2010) cet. 1. h. 153-158
(42)
4) Pengenalan hukum-hukum tajwid baca dengung (idgham), samar-samar (ikhfa), jelas (idzhar) dan lain-lainnya.
b. Pelayanan Penempatan.
Layanan bimbingan penempatan membantu menempatkan individu dalam lingkungan yang sesuai untuk perkembangan potensi-potensinya. Termasuk didalamnya:
1) Penempatan kedalam kelompok belajar, misalnya saja anak yang punya bakat dalam pelajaran al-Quran dikelompokkan kepada anak-anak yang minat baca tulis al-Quran, agar bakatnya tersebut berkembang dengan baik. 2) Penempatan didalam kelas, misalnya saja dalam pengaturan tempat duduk di
dalam kelas, anak yang tubuhnya pendek di tempatkan didepan sedangkan anak yang tubuhnya tinggi di tempatkan di belakang. Hal ini sangat membantu sekali dalam peroses pembelajaran di kelas.
3) Mengadakan kegiatan ekstrakulikuler, misalnya saja anak yang kurang dalam baca tulis al-Quran di kuhusukan dan diberi kegiatan ekstrakulikuler. c. Pelayanan Pembelajaran.
1) Untuk belajar Menulis Al-quran yang baik, maka cara-cara mengajarkan Menulisan al-Quran adalah:
a) Cara menuliskan huruf tunggal dari mana dimulai dan diakhiri, harus dipahami benar-benar. Karena apabila sudah paham benar menuliskan
huruf tunggal yang pertama, maka akan mudahlah menuliskan huruf kedua, ketiga, keempat, kelima, dam keenam. Dan mudah pula menuliskan huruf akhir, awal, dan tengah. Karena semuanya berpokok pangkal dari huruf tunggal. Maka dari itu, perhatikanlah benar-benar cara penulisan huruf tunggal tersebut.
b) Sesudah paham huruf tunggal, langsung diajarkan cara menuliskan huruf
akhir yang dapat bersambung dari kanan saja. Sebab huruf akhir dan huruf tunggal sama saja bentuknya, besar atau kecilnya, panjang atau pendeknya. Cuma bedanya, huruf akhir dapat bersambung dari kanan
(43)
saja. Membuat huruf akhir dari huruf tunggal yang disambung dari kanan.
c) Barulah diajarkan menuliskan huruf awal yang dapat bersambung ke kiri saja. Membuat huruf awal adalah dari huruf tunggal juga, yang di potong ekornya mana yang berekor. Otomatis sudah jadi huruf awal.
d) Terakhir baru diajarkan menuliskan huruf tengah, yang bersambung dari kanan ke kiri. Membuat huruf tengah adalah dari huruf awal yang sudah bersambung kekiri dan nyambung saja dari kanan. Otomatis sudah jadi huruf tengah saja dia.36
2). Untuk belajar Menghafal al-Quran yang mudah, maka cara-cara mengajarkan Menghafal al-Quran adalah:
a) Metode dalam Menghafal al-Quran, yaitu:
i.Metode Wahdah yang dimaksud dalam metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya dengan membacanya beberapa kali sehingga terbentuknya pola bayangannya dan penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkan hingga membentuk gerakan reflek pada lisannya.
ii.Metode Kitabah yang dimaksud metode ini adalah menulis ayat-ayat yang akan dihafalkan secara berulang kali kemudian ayat-ayat tersebut dibacakannya hingga lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis karena disamping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya.
iii.Metode Sima‟I yang dimaksud dalam metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan atau ayat-ayat yang akan dihafalkannya. Metode ini sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi pengfahal tunanetra atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal bacaan al-Quran.
iv.Metode Gabungan, yang dimaksud dalam ini adalah gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah. Dalam hal ini setelah penghafal
36
(44)
selesai menghafal ayat-ayat yang dihafalkannya kemudian ia mencoba menuliskannya diatas kertas dengan hafalan tersebut.
v.Metode Jama yang dimaksud dalam metode ini adalah ayat-ayat yang dihafal di baca secara kolektif atau bersama-sama dan di pimpin oleh seorang instruktur atau guru. Kemudian guru atau instruktur membimbingnya dengan mengulang kembali ayat-ayat yang di bacanya hingga hafal.
b) Strategi dalam Menghafal al-Quran i.Strategi Pengulangan Ganda,
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali proses menghafal saja, akan tetapi perlu adanya pengulangan ganda yaitu menghafal ayat-ayat dengan cara mengulanginya secara terus menerus, karena semakin banyak pengulangan maka semakin kuat pelekatan hafalan itu dalam ingatannya.
ii.Tidak Beralih Pada Ayat Berikutnya Sebelum Ayat yang Sedang di Hafal Benar-benar Hafal,
Dalam menghafal al-Quran diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam mengamati kalimat-kalimat dalam suatu ayat yang hendak dihafalkannya, ayat tersebut harus diingat karena banyaknya ayat-ayat yang ditinggal akan mengganggu kelancaran dan akan menjadi beban dalam proses menghafal. Oleh karena itu, ayat yang hendak dihafal harus dikuasai terlebih dahulu kemudian setelah itu melanjutkan ayat selanjutnya.
iii.Menghafal Urutan-urutan Ayat yang di Hafalnya dalam Satu Kesatuan Jumlah Setelah Benar-benar Hafal Ayat-ayatnya,
Yang dimaksud dalam hal ini yaitu menghafal ayat-ayat al-Quran dalam pengelompokan atau kesatuan jumlah, seperti per juz atau persurat yang ada dalam al-Quran sehingga memudahkan untuk mengingat atau menghafalnya.
(45)
iv.Menggunakan Satu Jenis Mushaf,
Pergantian dari satu mushaf ke mushaf yang lain akan membingungkan pola latihan dalam bayangannya, karena aspek visual akan mempengaruhi dalam pembentukan pola hafalannya.
v.Memahami Ayat-ayat yang di Hafalnya,
Memahami kandungan ayat yang sedang dihafalkannya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghafal al-Quran.
vi.Memperhatikan Ayat-ayat yang Serupa,
Di tinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur bahasanya diantaranya ayat-ayat al-Quran terdapat keserupaan atau kemiripan satu sama lainnya. Sebenarnya banyaknya pengulangan akan memberikan dalam menghafal al-Quran.
vii.Di Setorkan Kepada Orang Pengampu,
Menghafal al-Quran memerlukan adanya bimbingan yang terus menerus dari seorang pengampu karena menghafal al-Quran dengan sistem setoran kepada pengampu akan lebih baik dibandingan dengan menghafal sendiri.
3).Untuk belajar Menterjemahkan Al-quran yang mudah, maka cara-cara mengajarkan Menterjemahkan al-Quran adalah:
a) Anak menterjemahkan nama surat yang sedang di hafal. Misalnya Al-Ikhlas artinya mengesakan Allah.
b) Anak menghafal satu ayat yang menjadi target hafalan dengan cara yang telah dijelaskan.
c) Setelah anak hafal satu ayat dalam surat pendek. Anak menterjemahkan ayat yang di hafal dengan cara menterjemahkan kata per kata dalam ayat yang telah dihafal. Misalnya Qul: katakanlah. Hua: dia Allah: Allah.
Ahadun: satu atau esa, katakanlah Allah itu esa. Setelah itu ulangi beberapa kali sampai anak hafal. Untuk pengetahuan, jelaskanlah kepada anak bahwa di surat manapun kata tersebut di temukan, maka artinya sama. Misalnya kata Qul, dalam surat Al-Ikhlas artinya katakanlah. Maka
(46)
di surat apapun kata Qul ditemukan, maka artinya sama, yaitu katakanlah, sehingga tidak perlu memberikan terjemahan kata tersebut ketika mengajarkan terjemah surat Al-Kafirun, An-Naas, dan ayat-ayat lain yang ada kata-kata Qul.37
d. Pelayanan Informasi
Pelayanan informasi ini meliputi: Informasi dan diskusi tentang cara-cara belajar,
Tujuan informasi ini adalah agar memahami dan dapat melaksanakan cara-cara belajar yang efektif dan mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik. Informasi dan diskusi ini meliputi cara membagi waktu, cara menyusun jadwal kegiatan belajar, cara belajar yang efektif, cara memilih tekhnik belajar.
e. Pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang menantang,
Tujuan pemberian pengalaman belajar yang menantang adalah agar segala potensi yang ada pada anak dan segaligus aspek-aspek kepribadiannya dapat berkembang secara optimal. Kegiatan-kegiatan pelayanan bimbingan yang dapat diberikan melalui pengalaman belajar yang menantang disekolah antara lain berupa pemberian tugas individual, pemberian tugas kelompok, kegiatan kelompok diskusi, kegiatan extra kurikuler kegiatan praktek, kegiatan tutorial, berbagai kegiatan lomba, remedial teaching38
Pengalaman belajar yang menantang ini diberikan dalam rangka membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) yaitu membaca, menulis, menghafal, menterjemah, mengambil inti sari kandungan dan mentafsirkan ayat/surat Al-quran.
37
Nurul Habiburrahmanuddin, S.Ag, MA dan Nurul Hikmah, S.Ag, MA, Asyik dan Seru Menghafal Al-Quran Mulai Usia 0 Thaun Dengan Gerak dan Lagu Menterjemah Al-Quran Perkata dan Bahasa Arab Al-Quran, (Tangerang: At-Tafkir press, 2010), cet, 1. h. 35-36
38
Paimun, Bimbingan dan Konseling Seri Perkuliahan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta 2007, h.37
(47)
5. Peran Bimbingan dan konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar PAI Dalam proses pencapaian tujuan di sekolah, ditemukan banyak masalah yang dihadapi siswa, seperti masalah belajar yang merupakan inti dalam proses pendidikan dan apabila tidak dapat ditangani dapat mengganggu pencapaian tujuan pendidikan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa membutuhkan bantuan untuk menangani masalah yang dihadapinya sehingga kegiatan pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Dalam hal ini, peranan bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan.
Layanan-layanan di atas ini diberikan kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa membutuhkan suasana batin yang tenang agar dapat belajar dan meraih prestasi yang baik, maka agar kondisi ini dapat terwujud di perlukan peran serta tenaga bimbingan dan konseling untuk membantu siswa mengalami kesulitan belajar yang ia hadapi.
Dengan demikian jelaslah peranan bimbingan dan konseling sangat penting dan bermanfaat dalam menunjang kelancaran kegiatan proses pembelajaran khususnya pendidikan agama islam (al-Quran).
D. Kerangka Berfikir dan Hipotesis 1. Kerangka Berfikir
Manusia merupakan makhluk yang mulia. Dikatakan seperti itu karena manusia memiliki pengetahuan yang lebih dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Untuk menjadi manusia yang memiliki pengetahuan maka ia harus belajar.
Dalam kegiatan belajar yang dilakukan siswa tidaklah selalu lancar seperti yang diharapkan. Kadang-kadang di temukan banyak masalah yang dihadapi siswa, seperti masalah kesulitan belajar yang merupakan inti dalam proses pendidikan dan apabila tidak dapat ditangani dapat mengganggu pencapaian tujuan pendidikan. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kesulitan-kesulitan dalam belajar di sekolah itu banyak dan beragam, di antaranya: (1) faktor intern siswa adalah hal-hal atau
(48)
keadaan-keadaan yang muncul dari dalam diri siswa, (2) faktor ekstern siswa adalah hal-hal atau keadaan yang muncul dari luar diri siswa.
Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa membutuhkan seseorang yang mampu membantu untuk mengatsi masalah yang dihadapinya sehingga kegiatan pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan lancar. Siswa membutuhkan suasana batin yang tenang agar dapat belajar dan meraih prestasi yang baik, maka agar kondisi ini dapat terwujud diperlukan peran serta tenaga bimbingan dan konseling untuk membantu siswa mengatasi kesulitan yang ia hadapi.
2. Hipotesis
Hipotesis adalah “Jawaban sementara atau dugaan sementara, yang
sifatnya bisa benar juga bisa salah”. Maka dari itulah diperlukan penelitian.
Jadi, dari kerangka berfikir tersebut hipotesis yang diajukan sementara ini untuk menjawab benar atau tidaknya dugaan sementara mengenai peranan bimbingan konseling dan mengatasi kesulitan belajar, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antaara peranan bimbingan konseling dalam mengatsi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaraan pendidikan agama islam (al-Quran).
Ho : Tidak terdapat hubungan signifikan antara peranan bimbingan konseling dalam mengatsi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaraan pendidikan agama islam (al-Quran).
(49)
39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini meliputi:
1. Variable independent “X” (variabel bebas atau yang memberikan pengaruh) yakni Bimbingan dan Konseling
2. Variable dependent “Y” (variabel yang terikat atau yang di pengaruhi) yakni Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian1, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili populasi yang di teliti. 2
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Muhamadiyah 35 Jakarta tahun ajaran 2009-2010 yang terbagi dari 3 kelas yang berjumlah 103 siswa. Peneliti mengambil 20 % dari jumlah siswa.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h.115 2
(50)
Sampel adalah sebagai bagian dari populasi.3 Jadi yang menjadi sampelnya adalah 30 siswa dalam penelitian ini
Tabel 3.1 Populasi dan Sampel
NO Kelas Populasi Sampel
1 A 34 10
2 B 35 10
3 C 34 10
Jumlah 103 30
Adapun teknik yang penulis gunakan dalam pengambilan sampel adalah Random Sampling artinya pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak, dengan teknik itu setiap populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel. Dari penarikan sampel dengan teknik random sampling sebagai berikut:
Kelas VIII A 10 siswa Kelas VIII B 10 siswa Kelas VIII C 10 siswa
Jadi total sampel sebanyak 30 siswa.
C. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode sebagai berikut:
1. Library Research (Penelitian Kepustakaan) bertujuan untuk mengkaji masalah-masalah yang erat kaitannya dengan masalah yang di teliti. Penulis akan melakukan penelaahan literatur buku-buku dari perpustakaan yang ada
3
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), hal.118
(51)
kaitannya dengan materi pembahasan, baik berupa makalah-makalah, maupun literatur lain yang dianggap perlu guna memperoleh teori-teori yang lebih jelas.
2. Field Research (Penelitian Lapangan) bertujuan untuk mendapatkan data faktual yang ada di lapangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penulis mengadakan penelitian langsung ke tempat yang di jadikan objek penelitian, yakni SMP Muhamadiyah 35 Jakarta untuk mencari data tentang Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Pendidikan Agama Islam (al-Quran).
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi, Penulis melihat dan mengamati langsung sekaligus mencatat objek-objek dilapangan guna memperoleh data atau keterangan-keterangan yang akurat, objektif dan dapat dipercaya.
2. Wawancara, Penulis mengadakan wawancara langsung dengan guru bidang study bimbingan dan konseling dan kepala sekolah.
3. Angket, untuk mendapatkan data, maka Penulis menyebarkan angket kepada seluruh sampel (siswa kelas VIII) untuk diisi yang kemudian hasilnya dianalisis dan guru pendidikan agama islam. Penulis menyebarkan angket karena dalam penelitian ini penulis ingin memperoleh data mengenai peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran).
E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai Peranan bimbingan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama islam di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta adalah berupa angket yang terdiri dari 40 butir soal yang disebarkan kepada 30 orang siswa.
(1)
56
BAB V
PENUTUP
A. KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dan analisa yang penulis lakukan, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada umumnya siswa mengalami kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) yaitu kesulitan dalam membaca, menulis, menghafal, menterjemahkan, mengambil inti sari kandungan, mentafsirkan al-Quran. 2. Pelaksaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan guru
bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (al-Quran) yaitu Pelayanan Orientasi, Pelayanan Penempatan, Pelayanan Pembelajaran, Pelayanan Informasi, Pelayanan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang menantang, sudah cukup baik.
3. Peranan bimbingan dan konseling dalam mengatasi kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran) di SMP Muhamadiyah 35 Jakarta. Dari perhitungan di atas diperoleh rxy sebesar 0,613. Hal ini berarti bahwa korelasi antara variabel X (Bimbingan dan Konseling) dengan variabel Y (mengatasi kesulitan belajar) merupakan korelasi positif yang signifikan. dengan memperhatikan besarnya rxy yang dihasilakan yaitu 0,613 yang
(2)
57
berada pada rentang 0,40 - 0,70 berarti terdapat korelasi positif yang sedang atau cukup antara variabel X (Bimbingan dan Konseling) dan Y (mengatasi kesulitan belajar). Maka dapat disimpulkan bahwa berarti bimbingan dan konseling berperan terhadap kesulitan belajar pendidikan agama islam (al-Quran).
B. Saran-Saran
Dari kesimpulan di atas, maka saran-saran penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk lebih meningkatkan peranan bimbingan dan konseling di SMP Muhamadiyah 35, hendaknya guru bimbingan dan konseling lebih meningkatkan pelayanannya dalam hal kesulitan belajar pendidikan agama Islam.
2. Untuk meningkatkan pelayanan bimbingan dan konseling tersebut hendaknya pihak sekolah berupaya meningkatkan kemampuan petugas bimbingan dan konseling dengan mengadakan penataran-penataran atau seminar-seminar tentang bimbingan dan konseling untuk guru bimbingan dan konseling dan guru bidang studi agama.
3. Agar program bimbingan dan konseling yang sudah berjaan dapat terlaksana sesuai dengan target (yang lebih baik) hendaknya bekerjasama antara persona sekolah lebih ditingkatlan juga dnegan pihak yang terkiat seperti dinas kesehatan, kepolisian, dan lain-lain.
4. Untuk memperlancar bimbingan, terutama yang berkenaan dengan bimbingan belajar bidang studi pendidikan agama islam khususnya, hendaknya guru bimbingan dan konseing dapat menyalurkan siswa akan kemamuan mereka agar dapat meraih prestasi yang lebih baik dengan cara pemberian motivasi, memberikan teknik belajar yang baik, pembagian waktu dan memberikan keberanian kepada siswa untuk mengungkpakan masaalhanya. Di samping itu pihak sekolah juga mengadakan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
(3)
58
5. Untuk memperlancar kegiatan bimbingan dan konseling, hendaknya pihak sekolah mengupayakan srana dan prasarana yang belum terlengkapi di sekolah.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi Ketut Dewa, Bimbingan dan Penyuluhan Belajar di Sekolah, (Surabaya : Usaha Nasional, 1983
Zuhairini, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya,Usaha Nasional, 1983)
Marimba D. Ahmad, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1986)
Suralaga Fadilah, dkk, Psikologi Pendidikan dalam Perespektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005)
Syah Muhibbin, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wancana Ilmu, 1999)
Ahmadi Abu dan Supriyono Widodo, Psikologi Belajar, (Jakarta Rineka Cipta, 1991)
Arief Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Cipta Press, 2002)
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Rajawali Press)
Alam Tombak, Metode Membaca dan Menulis Al-Quran 5 Kali Pandai, (Jakarta: PT. Rineka Cipta 2002)
(5)
Habiburrahmanuddin Nurul dan Hikmah Nurul, Asyik dan Seru Menghafal Quran Mulai Usia 0 Thaun Dengan Gerak dan Lagu Menterjemah Al-Quran Perkata dan Bahasa Arab Al-Al-Quran, (Tangerang: At-Tafkir press, 2010)
Umar As-Sunaidi bin Salman, Mengikat Makna Al-Quran Agar Bacaan Al-Quran Benar-benar Berkesan dan Membekas di Hati, (Klaten, Jawa Tengah: INAS MEDIA 2010)
Winkel W.S, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Jakarta: Grasindo, 1997)
Hallen, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : Ciputat Press 2002)
Walgito Bimo , Bimbingan dan Konseling (studi dan karir), ( Yogyakarta : Andi Offset, 1993 )
Djumhur I dan Surya Moh, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Cet. Ke-8 ( Bandung: CV. Ilmu, 1975 )
Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan abintang, 1976 )
Arifin MZ, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyeluhan Agama, (Jakarta: Golden Terayon Press, 1993 )
---, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987)
---, Pokok-Pokok Pikiran Tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah, (Jakarta: Bulan bintang, 1976 )
(6)
Paimun, Bimbingan dan Konseling (Sari Perkuliahan), Universitas Islam Negeri ( UIN ) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008)