konseling yang telah diramu dari sejumlah sumber. Untuk itu penulis akan mengemukakan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang
dirumuskan oleh Prayitno dkk dalam buku Seri Pemandu Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah 1997 bahwa prinsip-prinsip
bimbingan konseling menyangkut empat prinsip yaitu: a.
Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan: Yaitu sebuah bimbingan dan konseling yang melayani semua
individu tanpa membedakan satu sama lain dengan beraneka ragam tingkah laku individu yang unik dan dinamis.
b. Prinsip yang berkenaan dengan permasalahan individu
Yaitu bimbingan konseling yang memperhatikan kondisi mental individu karena disebabkan adanya kesenjangan sosial, ekonomi,
dan budaya.
c. Prinsip-prinsip yang berkenaan dengan program pelayanan
Yaitu sebuah program bimbingan konseling yang harus di selaraskan dengan program pendidikan dimana program tersebut
harus fleksibel dengan kebutuhan individu. d.
Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan Yaitu suatu bimbingan konseling diharapkan dapat
mengembangkan individu yang akhirnya siswa tersebut mampu mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapi
melalui bantuan dari guru pembimbing dan orang tua.
15
Dari prinsip-prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa guru pembimbing yang telah memahami secara benar dan mendasar prinsip-
prinsip dasar bimbingan konseling tersebut akan dapat menghindarkan diri dari kesalahan dan penyimpangan-penyimpangan dalam praktek
pemberian layanan bimbingan dan konseling.
4. Asas Bimbingan dan Konseling
Dalam penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan asas-asas bimbingan dan konseling, yaitu ketentuan-ketentuan
yang harus diterapkan dalam penyelenggaraan pelayanan itu. Apabila asas- asas itu diikuti dan terselenggara dengan baik sangat dapat diharapkan
proses pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang diharapkan,
15
Hallen, Bimbingan…, h. 64
sebaliknya apabila asas-asas itu diabaikan atau dilanggar sangat dikhawatirkan kegiatan yang terlaksana itu justru berlawanan dengan
tujuan bimbingan dan konseling, bahkan akan dapat merugikan orang- orang yang terlibat di dalam pelayanan, serta profesi bimbingan dan
konseling itu sendiri.
16
Asas-asas tersebut terdapat 12 macam, diantaranya yaitu: a.
Asas Kerahasiaan Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada konselor tidak boleh
disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasiaan ini merupakan asas kunci dalam usaha bimbingan dan konseling. Jika asas ini
benar-benar dilaksanakan, maka penyelenggara atau pemberi bimbingan akan mendapat kepercayaan dari semua pihak, terutama
penerima bimbingan klien sehingga mereka akan mau memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan sebaik-
baiknya. Sebaliknya, jika konselor tidak dapat memegang asas kerahasiaan dengan baik, maka hilanglah kepercayaan klien,
sehingga akibatnya pelayanan bimbingan tidak dapat tempat di hati klien.
b. Asas Kesukarelaan
Proses bimbingan dan konseling harus berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihak klien, maupun dari pihak konselor.
Klien diharapkan secara suka dan rela tanpa ragu-ragu ataupun merasa terpaksa, menyampaikan masalah yang dihadapinya, serta
mengungkapkan segenap fakta, data dan seluk-beluk berkenaan dengan masalahnya itu kepada konselor, dan konselor juga
hendaknya dapat memberikan bantuan dengan tidak terpaksa, atau dengan kata lain konselor memberikan bantuan dengan ikhlas.
c. Asas Keterbukaan
Dalam pelaksanaan bimbingan konseling sangat diperlukan suasana keterbukaan, baik keterbukaan dari konselor maupun
keterbukaan dari klien. Keterbukaan ini bukan hanya sekedar bersedia menerima saran-saran dari luar, diharapkan masing-
masing pihak yang bersangkutan bersedia membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah.
d. Asas Kekinian
Masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah-masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau, dan juga
bukan masalah yang mungkin akan dialami di masa yang akan datang. Asas kekinian juga mengandung pengertian bahwa
konselor tidak boleh menunda-nunda pemberian bantuan. Jika
16
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999, cet. I, h. 115
diminta bantuan oleh klien atau jelas-jelas terlihat misalnya adanya siswa yang mengalami masalah, maka konselor hendaklah segera
memberikan bantuan.
e. Asas Kemandirian
Pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan menjadikan si terbimbing dapat berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain
atau tergantung pada konselor.
f. Asas Kegiatan Usaha bimbingan dan konseling tidak akan memberikan buah yang
berarti bila klien tidak melakukan sendiri kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan dan konseling. Hasil usaha bimbingan dan
konseling tidak akan tercapai dengan sendirinya, melainkan harus dengan kerja giat dari klien sendiri. Konselor hendaklah
membangkitkan semangat klien sehingga ia mampu dan melaksanakan kegiatan yang diperlukan dalam penyelesaian
masalah yang menjadi pokok pembicaraan dalam konseling.
g. Asas Kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjadinya perubahan pada diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah
yang lebih baik.
h. Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling berusaha memadukan sebagai aspek kepribadian klien. Sebagaimana diketahui individu memiliki
berbagai aspek kepribadian yang kalau keadaannya tidak seimbang, serasi dan terpadu justru akan menimbulkan masalah. Di
samping keterpaduan pada diri klien, juga harus diperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan.
i. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, baik ditinjau dari norma agama, norma
adat, norma hukumnegara, norma ilmu, maupun kebiasaan sehari- hari. Asas kenormatifan ini diterapkan terhadap isi maupun proses
penyelenggaraan bimbingan dan konseling.
j. Asas Keahlian
Usaha bimbingan konseling perlu dilakukan asas keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur, teknik dan
alat instrumentasi bimbingan dan konseling yang memadai. Untuk itu para konselor perlu mendapat latihan secukupnya,
sehingga dengan itu akan dapat dicapai keberhasilan usaha pemberian layanan.
k. Asas Alih Tangan
Dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling, asas alih tangan
jika konselor sudah mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu individu, namun individu yang bersangkutan
belum dapat terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor dapat mengirim individu tersebut kepada petugas atau badan yang lebih ahli.
l. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini menuntut agar pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya pada waktu klien mengalami masalah dan menghadap
kepada konselor saja, namun di luar hubungan proses bantuan bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan adanya dan
manfaatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
17
5. Tujuan Bimbingan dan Konseling