pendidikan sekolah biasanya terjadi interaksi antara sesama siswa, dan antara siswa dengan pendidik. Proses interaksi
tersebut dalam kenyataannya bukan hanya memiliki aspek sosiologi yang positif saja. Akan tetapi, juga membawa akibat
lain yang memberi dorongan bagi anak remaja di sekolah untuk menjadi nakal.
3. Keadaan Masyarakat
Keadaan masyarakat dan kondisi lingkungan dalam berbagai corak dan bentuk akan berpengaruh baik langsung maupun tidak
langsung terhadap anak-anak remaja, dimana mereka hidup berkelompok perubahan-perubahan masyarakat yang
berpengaruh berlangsung secara cepat dan ditandai dengan peristiwa yang menegangkan, seperti persaingan di bidang
perekonomian, pengangguran, yang bervariasi pada garis besarnya memiliki korelasi yang relevan dengan adanya
kejahatan pada umumnya, termasuk kenakalan remaja.
46
4. Cara Mengatasi Kenakalan Siswa
Adapun cara yang dilakukan dalam upaya mengatasi kenakalan remaja sebagaimana yang dikemukakan oleh seorang kriminologi,
Soerdjono Dirjo Siswono, S.H., yang dikutip Soedarsono dalam bukunya “Kenakalan Remaja”, mengemukakan bahwa asas umum dalam
pengulangan kejahatan yang banyak dipakai oleh Negara-negara maju, yaitu:
a. Cara moralitas, dilaksanakan dengan penyebaran ajaran agama dan
moral, perundang-undangan yang baik dan sarana-sarana yang dapat menekan nafsu untuk berbuat kejahatan.
46
Kartini Kartono, Patologi Sosial…, h. 20-22
b. Cara abolisionalistis, berusaha memberantas mengulangi kejahatan
dengan sebab musababnya, umpamanya diketahui bahwa faktor tekanan ekonomi kemelaratan merupakan salah satu penyebab
kejahatan, maka usaha untuk mencapai tujuan dalam mengurangi kejahatan yang disebabkan oleh faktor ekonomi, merupakan cara
abolisiolistis.
47
Perioritas utama di dalam mengatasi kenakalan remaja adalah mencegah dengan cara memadai dan imprehensif. Adapun cara
mencegah kenakalan remaja dengan cara preventif, kuratif, dan rehabilitas. Sedangkan pendekatan preventif terbagi menjadi tiga
kelompok, yaitu: 1.
Usaha dari rumah tangga Menciptakan rumah tangga atau keluarga yang beragama, kemudian
menciptakan keluarga yang harmonis adanya kesamaan norma- norma yang dipegang antara bapak atau ibu dan keluarga lainnya di
keluarga dalam hal mendidik anak, memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak, memberikan perhatian yang cukup terhadap
pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat setempat, dan mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan ‘krisis keluarga’
secara positif dan konstruktif. 2.
Usaha dari sekolah Sarana dan prasarana sekolah memadai, kuantitas dan kualitas guru
yang memadai, mengembalikan wibawa guru, kesejahteraan guru kondisi sosial ekonomi guru perlu diperbaiki, tugas rangkap guru
antar sekolah sebaiknya dihindari, kurikulum sekolah yang terlalu padatbanyak dan kurang relevan hendaknya ditinjau kembali, lokasi
sekolah hendaknya berada diluar daerah rawan, jauh dari pembelanjaan pusat hiburankeramaian.
3. Di lingkungan masyarakat
47
Sudarsono, Etika Islam Tentang Kenakalan Remaja, Jakarta: PT Bina Aksara, 1989, Cet. I, h. 93
Mengenai lingkungan masyarakat sangat tergantung pada usaha yang dilakukan orang dewasa yang ada di lingkungan tersebut
memberikan perhatian dan membina para remajanya untuk berkreasi secara bebas dan terarah, selain itu dengan memberikan kepercayaan
kepada para remaja untuk ikut serta dalam suatu tugas kemasyarakatan sehingga akan terbentuk rasa tanggung jawab pada
diri mereka akan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat. Mengarahkan dan memberi contoh yang baik kepada
para remaja akan menghasilkan suatu generasi penerus harapan semua anggota masyarakat.
48
Menurut Prof. DR. dr. H. Dadang Hawari, dibutuhkan langkah- langkah konkret oleh masyarakat yaitu mampu menciptakan kondisi
lingkungan hidup yang bebas dari rasa takut, aman, dan tentram, bebas dari segala bentuk kerawanan sebagaimana yang tertera pada pengaruh
lingkungan masyarakat terhadap timbulnya kenakalan remaja.
49
Bagi remaja yang sedang dalam masa perkembangan membutuhkan lingkungan yang dapat menerimanya, menghargai setiap prilakunya serta
memberikan bimbingan yang menuntunnya menjalani kehidupan yang luhur, beradab dan menghargai hidup, mengetahui cara mengisinya
dengan hal-hal yang positif serta bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.
Peran Bimbingan dan Konseling dalam Upaya Mengatasi Kenakalan Siswa
Peranan Bimbingan dan Konseling dalam upaya mengatasi kenakalan siswa tidak lepas dari sifat Bimbingan dan Konseling itu sendiri yang terdiri
dari empat, yaitu pemahaman, pencegahan, perbaikan, pemeliharaan dan
48
Dadang Hawari, Al-qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakarta: PT Dana Bhakti Prima Yasa, 1997, Cet. Ke-3, h. 200
49
Dadang Hawari, Al-qur’an Ilmu Kedokteran…, h. 201
pengembangan. Dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling pada umumnya mengedepankan dua fungsi, yaitu:
Fungsi pemahaman Dalam hal ini Bimbingan dan Konseling berfungsi memberikan
pelayanan yang berguna untuk memahami keadaan siswa dan lingkungannya, serta memberikan pemahaman siswa terhadap informasi
yang mereka perlukan.
Fungsi pencegahan Preventif Pelayanan Bimbingan dan Konseling bersifat mencegah atau
menghindarkan siswa dari mengalami masalah yang mungkin mengganggu, menghambat, atau menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangan
siswa. House dan Walker menambahkan bahwa salah satu cara untuk mencegah seseorang agar tidak terlibat ke dalam permasalah yang lebih
besar adalah dengan menunjukkan bahaya atau penderitaan yang akan timbul apabila sesuatu dilakukan.
50
Dapat disimpulkan disini bahwa bimbingan dan konseling berfungsi memberikan pelayanan dalam memahami keadaan siswa dan lingkungannya,
juga menghindarkan siswa dari masalah yang mungkin dapat mengganggunya. Selain itu, Bimbingan dan Konseling berfungsi dalam
membantu memecahkan masalah siswa dan menumbuhkan kembangkan potensi yang dimiliki siswa agar dapat menempatkan diri sesuai dengan
kondisi yang dihadapinya. Layanan Bimbingan dan Konseling dalam hal ini dapat pula
menggunakan istilah pengendalian sosial. Dimana kenakalan remaja itu merupakan penyimpangan dari nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku di
dalam masyarakat. Sedangkan arti dari pengendalian sosial itu menurut Joseph S. Roucek dan Associates adalah: “pengawasan oleh masyarakat
50
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan…, h. 205
terhadap jalannya pemerintahan atau dalam arti luasnya pengawasan terhadap segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat
mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai sosial yang berlaku.”
51
Pengendalian sosial ini dilaksanakan agar mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat atau suatu sistem
pengendalian sosial bertujuan untuk mencapai kedamaian melalui keserasian antara kepastian dengan keadilan atau keseimbangan.
Dari sudut sifatnya dapatlah dikatakan bahwa pengendalian sosial dapat bersifat preventif atau represif, atau bahkan kedua-duanya. “Usaha-usaha
preventif, misalnya dijalankan melalui proses sosialisasi, pendidikan formal dan informal. Sedangkan represif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para
warga masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku atau pengendalian sosial itu dapat dilakukan melalui
sosialisasi, tekanan sosial dan melalui kekuatan.”
52
51
Joseph S. Roucek dan Associates,
52
Soerjono Soekanto, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995, Cet. Ke-20, h. 227
BAB III METODOLOGI PENELITIAN