Teori Tentang Persepsi Teori Tentang Hambatan Komunikasi

II.5.2.3. Teori Pemenuhan Kebutuhan Need Fullfillment Theory Teori pemenuhan kebutuhan menyimpulkan bahwa kepuasan kerja pegawai tergantung pada terpenuhi atau tidaknya kebutuhan. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapatkan apa yang dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai tersebut, demikian juga sebaliknya apabila kebutuhan pegawai tidak terpenuhi maka pegawai tidak akan merasa puas. II.5.2.4. Teori Pandangan Kelompok Social Reference Group Theory Teori pandangan kelompok menyikapi kepuasan seseorang berdasarkan pandangan dan pendapat kelompok acuan. Kelompok acuan dijadikan pegawai sebagai tolak ukur untuk menilai dirinya maupun lingkungannya. Jadi pegawai akan merasa puas apabila hasil kerjanya sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan. II.5.2.5. Teori Pengharapan Expectacy Theory Teori pengharapan dirumuskan dengan : Motivasi = Valensi + Harapan. Valensi, lebih menguatkan pilihan seseorang untuk suatu hasil. Jika seorang pegawai mempunyai keinginan yang kuat untuk suatu kemajuan. Pengharapan, merupakan kekuatan keyakinan pada suatu perlakuan yang diikuti hasil khusus.

II.6. Teori Tentang Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan- hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan Komala, 2004. Universitas Sumatera Utara Persepsi itu ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal adalah kebutuhan need, pengalaman masa lalu, peran dan status. Jadi yang menetukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimulus itu. Faktor situasional yang menentukan persepsi berasal semata-mata dari sifat stimulus secara fisik. Jika kita ingin memahami sesuatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang, kita harus melihatnya dalam konteks, dalam lingkungan dan dalam masalah yang dihadapinya.

II.7. Teori Tentang Prasangka

Prasangka merupakan persepsi yang tidak tepat yang dimiliki seseorang mengenai sesuatu atau orang lain sebelum komunikasi dilakukan, yang sangat mewarnai pemahamannya terhadap pesan komunikasi. Prasangka bisa muncul karena tidak adanya toleransi, pengalaman buruk yang berulang di masa lalu, atau karena adanya semangat kelompok yang terlalu berlebihan sehingga memandang rendah kelompok lain. Komala, dalam Karlinah, dkk, 1999 menyatakan bahwa,” prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta prilakunya terhadap orang lain.” Komala, dalam Karlinah. 1999 menyatakan,” dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar prasangka tanpa Universitas Sumatera Utara menggunakan pikiran yang rasional. Emosi sering kali membutakan pikiran dan pandangan seseorang terhadap fakta yang nyata. Karena itu sekali prasangka itu sudah menguasai, maka seseorang tak akan dapat berfikir secara objektif, dan segala apa yang dilihat dan didengar selalu akan dinilai secara negatif.

II.7.1. Faktor Sosial Penyebab Prasangka

Prasangka merupakan hasil dari adanya interaksi sosial, maka cukup mudah menemukan sebab-sebab prasangka dalam kehidupan sosial. Faktor sosial yang menciptakan prasangka antar kelompok setidaknya bisa dikategorikan ke dalam enam hal, yakni: akibat konflik sosial antar individu dan antar kelompok, akibat perubahan sosial, akibat struktur sosial yang kaku, akibat keadaan sosial yang tidak adil, akibat terbatasnya sumber daya, dan adanya politisasi pihak-pihak yang mengambil keuntungan dari adanya prasangka.

II.8. Teori Tentang Hambatan Komunikasi

Hambatan Komunikasi merupakan faktor yang mengganggu pemahaman hingga ke tingkat yang tidak selaras dengan makna pesan yang dikehendaki oleh komunikator. Bouve dan John V. Thill 2003 menyatakan bahwa,”Hambatan komunikasi adalah ketidakmampuan setiap individu untuk berkomunikasi secara efektif yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi antara komunikator dengan komunikan.” Universitas Sumatera Utara Terdapat beberapa kemungkinan bentuk hambatan komunikasi: Persepsi. Pengalaman seseorang di masa lalu seringkali menentukan bagaimana seseorang akan memberikan reaksi pada pesan komunikasi tertentu. Manakala sesuatu yang sama disampaikan ke orang-orang yang berbeda dalam hal usia, latar belakang budaya, dan suku bangsa, mereka akan mempersepsikannya secara berbeda- beda. Mereka menggunakan apa yang telah mereka pelajari, budayanya, serta pengalaman mereka untuk menafsirkan apa yang mereka lihat dengar. Sebenarnya, bukan saja kita memahami sesuatu secara berbeda dibandingkan orang lain. Bila kita mendengar sebuah kalimatpernyataan saja, kita bisa menafsirkannya secara berbeda. Prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan. Komunikan yang mempunyai prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang komunikator. Prasangka sering kali tidak didasarkan pada alasan-alasan yang objektif, sehingga prasangka komunikan pada komunikator tidak ditujukan pada logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat pesan itu bagi dirinya, melainkan menentang komunikator. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di LP3I Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Profesi Indonesia yang beralamat di Jalan Gajahmada No. 15 M Medan. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan Maret 2009 sampai dengan Oktober 2009. III.2. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus dimana semua anggota populasi dijadikan sampel. Sugiyono 2005 menyatakan bahwa,” sensus sampel jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil”. Jenis penelitian adalah deskriftif kuantitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan atau menggambarkan tentang sifat-sifat karakteristik dari suatu keadaan atau objek penelitian yang dilakukan melalui pengumpulan dan analisis data kuantitatif serta pengujian statistik Djarwanto, 1996. Adapun sifat dari penelitian adalah penjelasan explanatoryyang berkaitan dengan kedudukan satu variabel serta hubungannya dengan variabel yang lain Sugiyono, 2005. Universitas Sumatera Utara