yang baik, teratur, aman, damai dan tentram sehingga sejahtera batiniah dan lahiriahnya.
31
Sedangkan Bisnis Dalam Kamus Besar bahas Indonesia dikemukakan bahwa bisnis adalah usaha dagang; usaha komersial dalam dunia perdagangan;
bidang usaha.
32
Kata bisnis dalam bahasa Indonesia diserap dari kata “business” dari bahasa inggris yang berarti kesibukan. Dan bisnis menurut istilah adalah keadaan
di mana seseorang atau sekelompok orang sibuk melakukan pekerjaan yang menghasilkan keuntungan. Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang
menggambarkan semua aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari. Bisnis merupakan suatu organisasi yang
menyediakan barang dan jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
33
Menurut Abdul Aziz mengungkapkan dalam bukunya bahwa bisnis adalah kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang organisasi yang
menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan dari transaksi. Bisnis adalah bagian dari
kegiatan ekonomi yang berarti usaha. Bisnis merupakan aspek penting dalam kehidupan yang semua orang pasti mengenalnya karena itu ada suatu pendapat
bahwa bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampurakan dengan etika.
34
31
Ismail, “perbedaan etika, moral, dan akhlak” daiakses tanggal 13 desember 2014, dari http:ismailmg677.wordpress.com20140108perbedaan-antara-akhlak-etia-dan -moral
32
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: balai Pustaka, 1998 h. 121.
33
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Bandung: Alfabeta, 2013 h. 28.
34
Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, Bandung: Alfabeta, 2013 h. 30.
Bisnis adalah suatu kata yang populer dalam kehidupan sehari-hari. Dalam zaman yang modern ini dunia bisnis semakin kompleks, dan membutuhkan
banyak waktu bagi yang mempelajarinya serta mempraktekannya sampai berhasil. Bisnis meliputi sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi,
konstruksi, distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintahan yang bergerak dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa ke konsumen.
35
Jadi, etika bisnis merupakan seperangkat nilai tentang baik, buruk, benar, dan salah dalam dunia bisnis berdasarkan pada prinsip-prinsip moralitas, dalam
arti lain etika bisnis berarti seperangkat prinsip dan norma di mana para pelaku bisnis harus komit padanya dalam bertransaksi, berprilaku, dan bekerja sama guna
mencapai daratan atau tujuan-tujuan bisnisnya dengan selamat.
36
Etika Bisnis adalah suatu proses dan upaya untuk mengetahui hal-hal yang benar dan yang salah, boleh dan tidak, halal dan haram dalam berbisnis dan
kemudian melakukan hal yang sesuai dengan aturan agar sesuai dengan hal-hal yang dibenarkan, dibolehkan, dan dihalalkan dalam berbisnis.
Etika bisnis perspektif hadis, lebih mengedepankan aturan Islam yang telah Rasulullah ajarkan dan beliau katakan dalam sabdanya. Yaitu berarti
pemikiran atau refleksi tentang moralitas dalam ekonomi dan bisnis. Moralitas disini berarti aspek baik atau buruk, benar atau salah, terpuji atau tercela, wajar
35
Buchori Alma, Dasar-Dasar Etika Bisnis Islam, Bandung: CV Alfabeta, 2003 h. 90.
36
Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 h. 13.
atau tidak wajar, pantas atau tidak pantas, dan halal atau haram perilaku manusia dalam berbisnis.
37
D. Macam-Macam Etika Bisnis
Bisnis yang beretika harus mempunyai visi dan misi semangat spiritual yang menyebarkan kebaikan bukan kejahatan.
Seperti apa yang dimiliki dan dijalankan dalam bisnis Nabi Mu ḥammad
Saw adalah:
38
Pertama :
Ṣiddiq benar, jujur . Dalam berbisnis Nabi Muḥammad selalu dikenal sebagai seorang pemasar yang jujur dan benar dalam menginformasikan
produknya. Kedua
: Amanah Tanggung Jawab, Kepercayaan, seorang pebisnis haruslah dapat dipercaya. Dapat bertanggung jawab atas kepercayaan yang
diberikan pelanggan akan kualitas barang dagangannya. Ketiga:
Fa ṭanah Kecerdikan, Kebijaksanaan, Intelektualitas, memimpin
bisnisnya menggunakan bisnisnya dengan mampu memahami, menghayati, dan mengenal tanggung jawab bisnisnya dengan sangat baik. Dengan ini pebisnis
dapat menumbuhkan kreativitas dan kemampuan dalam melakukan berbagai inovasi yang bermanfaat bagi perusahaan sehingga bisa menjadi pebisnis yang
sukses.
37
Faisal Badrun, dkk, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005 h. 62.
38
Hermawan Kartajaya dan Mu ḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, Bandung:
PT Mizan Pustaka, 2008 h. xxvi
Keempat: Tabligh komunikasi, keterbukaan, pemasaran mampu
menyampaikan keunggulan barang dagangan dengan bahasa yang menarik tanpa di buat-buat dan sesuai dengan faktanya, tepat sasaran bahasanya tanpa
meninggalkan kejujuran dan kebenaran. Selain itu, dibawah ini Sembilan prinsip-prinsip bagi seorang pebisnis
salah satunya pemasar menurut Mu ḥammad Syakir Sula dan Hermanwan
Kartajaya dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang yaitu
39
: 1.
Memiliki Kepribadian Spiritual Takwa Semua kegiatan bisnis hendaklah selaras dengan moralitas dan nilai
utama yang digariskan oleh al- Qur‟ān . Al-Qur‟ān dan hadis menegaskan bahwa
setiap tindakan dan transaksi hendaknya ditujukan untuk tujuan hidup yang lebih mulia. Umat muslim diperintahkan untuk mencari kebahagiaan akhirat dengan
cara menggunakan nikmat yang Allah karuniakan kepadanya dengan jalan yang sebaik-baiknya.
2. Berperilaku Baik dan Simpatik
Hal ini adalah fondasi dasar dan inti dari kebaikan tingkah laku. Sifat ini sangat dihargai dengan nilai yang tinggi, dan mencakup semua sisi manusia. Sifat
ini adalah sifat Allah yang harus dimiliki oleh kaum muslim. Banyak ayat dalam al-
Qur‟ān dan hadis-hadis Rasulullah yang memerintahkan kaum muslim untuk bermurah hati. Al-
Qur‟ān menegaskan bahwa Rasulullah adalah manusia yang sangat pengasih dan murah hati. Akan di bahas di bab selanjutnya.
39
Hermawan Kartajaya dan Mu ḥammad Syakir Sula, Syari„ah Marketing, Bandung
: PT Mizan Pustaka, 2008 h. 68.
3. Berlaku Adil dalam Bisnis
Lawan dari sifat adil adalah zalim, dan Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya
keadilan yang teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan kontrak-kontrak bisnis. Menghindari hal-hal yang tidak jelas.
4. Bersikap Melayani dan Rendah Hati
Sikap ini merupakan sikap utama dari seorang pebisnis. Tanpa sikap di atas dia bukanlah seorang yang berjiwa pebisnis. Melekat dalam sikap ini adalah
sikap sopan, santun, dan rendah hati. Orang yang beriman diperintahkan untuk bermurah hati, sopan, dan bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya.
5. Menepati Janji dan Tidak Curang
Sikap curang adalah sikap yang menimbulkan keserakahan yang menyebabkan ketidakseimbangan bisnis demi memperoleh untung yang lebih
besar, bisa muncul dalam menentukan harga, takaran, ukuran, dan timbangan. Menjaga kepercayaan seorang pelanggan adalah cara untuk menghindari diri dari
kecurangan yang dilakukan oleh diri sendiri ataupun orang lain. Bisnis Islami memang terkesan berat bagi yang terbiasa melakukan kecurangan, tetapi ringan
bagi mereka yang tidak melakukan kecurangan, begitu juga bagi para professional yang biasa menjunjung nilai-nilai moral,
6. Jujur dan Terpercaya
Sebagaimana di jelaskan dalam salah satu sifat nabi di atas. 7.
Tidak Suka Berburuk Sangka
Saling menghormati satu sama lain merupakan ajaran Nabi Mu ḥammad
Saw yang harus diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern. 8.
Tidak Suka Menjelek-jelekan Tidak boleh satu pengusaha menjelekkan pengusaha yang lain hanya
bermotifkan persaingan bisnis. 9.
Tidak Melakukan Sogok Menyuap sudah jelas hukumnya haram, dan menyuap termasuk dalam
kategori makan harta orang lain dengan cara yang ba ṭil. Dan Islam jelas melarang
orang Islam menyuap penguasa dan pembantu-pembantunya. Selain itu dalam etika lainnya kita harus menjaga kestabilitasan pasar dan
tidak membuat kerusakan dalam mekanisme pasar. Sebagaimana Adiwarman A Karim mengatakan beberapa hal yang harus di hindari agar mekanisme pasar stabil
dan tidak terjadi distorsi dalam pasar adalah
40
: Pertama
, Menghindari Najasy menyuruh orang lain untuk pura-pura menawar, Nabi Saw bersabda:
َُيِضَرَُةَرْ يَرُهُيِبَأُْنَعُِجَرْعَْْاُْنَعُِداَنِزلاُيِبَأُْنَعٌُكِلاَمُاَنَرَ بْخَأَُفُسوُيُُنْبُِهَللاُُدْبَعُاَنَ ثَدَح َُلوُسَرَُنَأُُهْنَعُُهَللاُ
ُْمُكُضْعَ بُْعِبَيُ َََوَُناَبْك رلاُاْوَقَلَ تُ َََُلاَقَُمَلَسَوُِهْيَلَعُُهَللاُىَلَصُِهَللا ُ ضْعَ بُِعْيَ بُىَلَع
اوُشَجاَنَ تُ َََو ُ
ٌُرِضاَحُْعِبَيُ َََو َُأُاَهَ يِضَرُْنِإُاَهَ بِلَتْحَيُْنَأَُدْعَ بُِنْيَرَظَنلاُِرْيَخِبَُوُهَ فُاَهَعاَتْ باُْنَمَوَُمَنَغْلاُاو رَصُتُ َََوُ داَبِل
ُاَهَدَرُاَهَطِخَسُْنِإَوُاَهَكَسْم ُ رْمَتُْنِمُاًعاَصَو
41
ُ
Telah menceritakan kepada kami,
„
Abdullah Ibn Yusuf telah mengabarkan kepada kami Malik dari Abû
Az Zanād dari Al Arāj dari Abû Hurairah raḍiallāhu anhu
40
Adiwarman A. karim, Ekonomi Mikro Islami Edisi Ketiga, Jakarta: PT. RajaGrafindo persada, 2007 h.181.
41
Abû „Abdullāh Muḥammad bin Ismā‟il bin Ibrāhîm Al-Bukhārî, Al-Jāmi’ al- Bukhāri Sahih al-Bukhāri, Bairut: Dar al-Fikr h 404.