Tujuan umum audit dalam Kell Boynton 2002:6 adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Sedangkan tujuan audit spesifik ditentukan
berdasar asersi-asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum dalam laporan keuangan.
Asersi manajemen management assertion adalah pernyataan yang tersirat atau yang dinyatakan dengan jelas oleh manajemen mengenai jenis
transaksi dan akun terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berhubungan langsung dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,
sehingga auditor harus memahami asersi–asersi manajemen agar audit dapat dilaksanakan dengan memadai.
Arens dan Loebbecke 2008:147
atau SPAP seksi 326 menggolongkan asersi manajemen kedalam lima kategori pernyataan yang
luas, yaitu: 1. Keberadaan Existence atas Keterjadian Occurance
2. Kelengkapan Completness 3. Penilaian dan Alokasi Valuation and Allocation
4. Hak dan Kewajiban Right and Obligation 5. Penyajian dan Pengungkapan Presentation and Disclosure
3. Jenis Audit
Menurut Kell Boynton 2002: 8-9 terdapat tiga jenis audit yang ada umumnya menunjukkan karakteristik kunci yang tercakup dalam
definisi audit. Jenis-jenis audit tersebut adalah audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit opersional.
a. Audit Laporan Keuangan Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan
keuangan secara keseluruhan telah disajikan sesuai dengan kriteria- kriteria tertentu, kriteria itu adalah prinsip akuntansi yang berlaku
umum. b. Audit Operasional
Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi
dan efektifitasnya. Umumnya, pada saat selesainya audit operasional, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan. c. Audit Ketaatan
Audit ketaatan bertujuan untuk mempertimbangkan apakah audittee klien telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah
ditetapkan pihak yang memiliki otoritas lebih tinggi.
4. Perbedaan Audit Internal dan Audit Eksternal
Terdapat beberapa perbedaan antara Audit Internal dan Audit eksternal, yaitu sebagai berikut:
Audit Internal Audit Eksternal
1. Merupakan karyawan perusahaan, atau bisa saja
merupakan entitas independen. 2. Melayani kebutuhan organisasi,
meskipun fungsinya harus dikelola oleh perusahaan.
3. Fokus dengan kejadian- kejadian dimasa depan dengan
mengevaluasi kontrol yang dirancang untuk meyakinkan
pencapaian tujuan organisasi.
4. Langsung berkaitan dengan pencegahan kecurangan dalam
segala bentuknya atau perluasan dalam setiap aktivitas
yang ditelaah.
5. Independen terhadap aktivitas yang diaudit, tetapi siap sedia
untuk menaggapi kebutuhan dan keinginan dari semua
tingkatan manajemen.
6. Menelaah aktivitas secara terus-menerus.
1. Merupakan orang yang independen diluar perusahaan.
2. Melayani pihak ketiga yang memerlukan informasi
keuangan yang dapat diandalkan.
3. Fokus pada ketepatan dan kemudahan pemahaman dari
kejadian-kejadian masa lalu yang dinyatakan dalam laporan
keuangan.
4. Sesekali memperhatikan pencegahan dan pendeteksian
kecurangan secara umum, namun akan memberikan
perhatian lebih bila kecurangan tersebut akan mempengaruhi
laporan keuangan secara material.
5. Independen terhadap manajemen dan dewan direksi
baik dalam kenyataan maupun secara mental.
6. Menelaah catatan-catatan yang mendukung laporan keuangan
secara periodik-biasanya sekali setahun.
Sumber: Sawyer 2005:8 Auditor internal dan eksternal haruslah berkoordinasi. Teknik-teknik
yang digunakan dalam audit keuangan, baik yang dilakukan auditor
eksternal maupun internal bisa jadi serupa, namun tujuan dan hasil yang diharapkan bisa berbeda. Mereka mencerminkan dua profesi yang berlainan
yang harus saling menghargai satu sama lain dan memanfaatkan kelebihan masing-masing. Sawyer:2005
5. Standar Auditing