mereka adalah penting. Tetapi yang juga penting adalah bahwa pemakai laporan keuangan tersebut memiliki kepercayaan atas independensi tersebut.
Shockley 1981 dalam Nizarul, Trisni dan Liliek 2007 melakukan penelitian tentang empat faktor yang berpengaruh terhadap independensi
akuntan publik dimana responden penelitiannya adalah kantor akuntan publik, bank dan analis keuangan. Faktor yang diteliti adalah pemberian jasa
konsultasi kepada klien, persaingan antar KAP, ukuran KAP dan lama hubungan audit dengan klien.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa KAP yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi yang lebih besar dibandingkan yang tidak memberikan jasa tersebut. Tingkat persaingan antar KAP juga dapat meningkatkan risiko
rusaknya independensi akuntan publik. KAP yang lebih kecil mempunyai risiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan KAP yang
lebih besar. Sedangkan faktor lama ikatan hubungan dengan klien tertentu tidak mempengaruhi secara signifikan terhadap independensi akuntan publik.
Kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan publik berhubungan langsung dengan mutu pemeriksaan dan salah satu elemen penting dalam
kendali mutu tersebut adalah independensi.
F. Pengalaman Auditor
Libby 1995 dalam Koroy 2005:917 menyatakan bahwa pekerjaan auditor adalah pekerjaan yang melibatkan keahlian expert. Semakin
berpengalaman seorang internal auditor maka semakin mampu dia menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam tugas-tugas yang semakin
kompleks, termasuk dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap penerapan struktur pengendalian intern.
Pengalaman audit diperoleh auditor selama mereka mengerjakan penugasan auditnya. Pengalaman akan diperoleh jika prosedur penugasan dan
supervisi berjalan dengan baik. Prosedur penugasan adalah prosedur yang menjamin
terjadinya keseimbangan
antara kebutuhan,
keahlian, pengembangan dan pemanfaatan personel dalam pelaksanaan perikatan IAPI
2004. Salah satu ciri dari keahlian expertise auditor yang sudah diteliti dalam
riset keperilakuan adalah mengenai perhatiannya terhadap informasi negatif dan positif auditor attendance to negative and positive information, yang
telah ditunjukkan Anderson dan Maletta 1994 dalam Koroy 2007. Hasil studi mereka didasarkan pada temuan dalam pengauditan dan psikologi yang
menunjukkan pengalaman memainkan peran penting dalam sejauh mana perilaku konservatifberorientasi negatif diperlihatkan. Anderson dan Maletta
mendapatkan mahasiswa dan staf auditor yang tidak berpengalaman lebih memperhatikan informasi negatif dibandingkan auditor senior.
Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-
kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan
penunjang keterampilan
lainnya. Auditor
yang kurang
berpengalaman terlalu terfokus pada informasi negatif sehingga semakin negatif juga mereka dalam membuat pertimbangan audit.
G. Kualitas Audit
DeAngelo 1981 menyatakan bahwa kualitas audit dapat dilihat dalam dua dimensi, pertama auditor harus mampu mendeteksi salah saji material,
kedua salah saji tersebut harus dilaporkan. Kemampuan untuk mendeteksi salah saji material sangat dipengaruhi oleh kemampuan teknologi auditor,
prosedur audit dan jumlah sampling yang digunakan. Kemampuan untuk melaporkan salah saji material secara tepat tergantung pada sikap
independensi auditor, jika auditor berada dalam tekanan personal, emosional dan keuangan maka auditor dapat kehilangan independensinya.
Audit yang berkualitas akan mampu mengurangi faktor ketidakpastian yang berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan oleh pihak
manajemen. Karena itu wajar jika kemudian kualitas audit menjadi topik yang selalu memperoleh perhatian mendalam dari profesi akuntan, pemerintah dan
masyarakat serta para investor. Berkaitan dengan kasus Enron, WorldCom, dan jatuhnya KAP Arthur Andersen merupakan saat yang tepat
mempertanyakan kualitas audit yang telah diberikan oleh KAP big international
tersebut. Hal tersebut telah melahirkan perubahan terhadap undang-undang di Amerika Serikat dengan berlakunya Sarbanes-Oxley Act
Juni tahun 2002 diikuti dengan PMK No. 17PMK.012008 tentang Jasa Akuntan Publik di Indonesia. Undang-undang tersebut diantaranya mengatur
tentang rotasi wajib bagi auditor serta KAP tidak diperbolehkan memberikan jasa non audit disamping pemberian jasa audit pada klien karena dapat
mengganggu independensi auditor. Kualitas audit akan selalu diragukan jika jasa-jasa lain yang diberikan dianggap membahayakan keobjektifan dan
independensi auditor.
H. Penelitian Terdahulu