BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Banyak masalah yang terjadi pada berbagai kasus bisnis yang melibatkan profesi seorang akuntan. Akuntan adalah profesi yang
keberadaannya sangat tergantung dengan adanya kepercayaan dari masyarakat yang menggunakan jasanya. Oleh karena itu, jika akuntan
tidak mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, maka mereka tidak akan menggunakan jasa akuntan, sehingga profesi akuntan tidak perlu ada.
Masalah-masalah yang ditimbulkan membuat kepercayaan para pemakai laporan keuangan khususnya laporan keuangan auditan terhadap
auditor mulai menurun. Akibatnya, para pemakai laporan keuangan seperti investor dan kreditur mulai mempertanyakan kembali eksistensi
akuntan publik sebagai pihak independen yang menilai kewajaran laporan keuangan.
Hubungan akuntan dengan pengguna jasanya memiliki bentuk yang khusus jika dibandingkan dengan profesi lainnya. Profesi lain
mendapatkan penugasan dari pengguna jasa dan bertanggung jawab juga kepadanya, sementara akuntan mendapat penugasan dan memperoleh fee
dari perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan, namun bertanggung jawab kepada pengguna laporan keuangan. Kondisi seperti ini sering kali
menempatkan akuntan pada situasi-situasi dilematis, oleh sebab itu sangat
penting bagi akuntan untuk melaksanakan audit dengan kompeten dan tidak bias Arens dan Loebbecke, 2008.
Kepercayaan masyarakat perlu dipulihkan dan hal itu sepenuhnya tergantung pada praktek profesional yang dijalankan para akuntan.
Profesionalisme mensyaratkan tiga hal utama yang harus dimiliki oleh setiap anggota profesi yaitu: keahlian, pengetahuan, dan karakter.
Karakter menunjukkan personality seorang profesional, yang diwujudkan dalam sikap dan tindakan etisnya.
Etika profesi akuntan di Indonesia diatur dalam Kode Etik Akuntan Indonesia. Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia
dan akuntan lainnya yang bukan anggota bab VII pasal 10 Kode Etik Akuntan Indonesia. Disamping itu, dengan adanya kode etik, maka para
anggota profesi akan lebih dapat memahami apa yang diharapkan profesi terhadap para anggotanya Sihwahjoeni dan Gudono, 2000. Etika
professional auditor diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik IAPI-KAP dan staf profesional baik
yang anggota IAPI-KAP maupun yang bukan anggota IAPI-KAP yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik KAP. Dalam hal staf
profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAPI-KAP melanggar aturan etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut
bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut. Sikap dan tindakan etis akuntan akan sangat menentukan posisinya dimata
masyarakat. Profesi seorang akuntan diharapkan memiliki profesionalitas,
integritas yang tinggi, bersikap independen, kompeten dan bertanggung jawab atas segala pekerjaannya. Auditor dengan kapasitas pemikian etis
yang tinggi akan lebih baik dalam menghadapi konflik dan dilema etis, dan lebih independen dalam membuat keputusan yang terkait dengan
dilema etis St Vena Purnamasari, 2006. Independensi merupakan sikap yang bebas dari pengaruh pihak lain
tidak dikendalikan dan tidak bergantung pada pihak lain, secara intelektual bersikap jujur, dan objektif tidak memihak dalam
mempertimbangkan fakta dan menyatakan opininya Mulyadi, 2008. Sikap independen sangat dibutuhkan oleh seorang auditor eksternal dalam
memberikan jasa audit yang disediakan untuk para pemakai laporan keuangan. Selain itu, independensi auditor eksternal juga merupakan
salah satu faktor yang sangat penting untuk menilai kualitas atau mutu dari jasa audit yang dihasilkan.
Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik 2004, audit yang dilaksanakan auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi
ketentuan dan standar pengauditan. Standar pengauditan tersebut mencakup mutu professional auditor, independensi, pertimbangan yang
digunakan dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan audit. Jadi seorang auditor dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas jika
auditor tersebut melaksanakan pekerjaannya secara professional. Kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan
menambah pengalaman serta pengetahuannya. Hal ini menunjukkan
bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih
berpengalaman. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih, pengalaman seorang auditor tentunya dapat berpengaruh
terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor tersebut. Dalam penelitian Rizmah Nurchasanah dan Wiwin Rahmanti 2004
menunjukkan bahwa faktor pengalaman audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Nizarul, Trisni dan Liliek 2007 menemukan
bahwa independensi berpengaruh signifikan tehadap kualitas audit, selanjutnya interaksi independensi dan etika auditor sebagai variabel
moderasi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini berarti kualitas audit didukung oleh sampai sejauh mana auditor mampu bertahan
dari tekanan klien disertai dengan perilaku etis yang dimiliki. Namun, dalam penelitian Nurul Dwi Ayuni 2008 menemukan bahwa
pengalaman berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kulitas audit atas sistem informasi berbasis komputer. Susiana dan Arleen 2007
membuktikan bahwa independensi dan kualitas audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap integritas laporan keuangan.
Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terlihat bahwa kualitas audit tidak bisa diukur secara pasti sehingga hasil penelitiannya
berbeda-beda. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian
yang berjudul
”Pengaruh Independensi
Auditor, Pengalaman Auditor dan Etika Auditor terhadap Kualitas Audit”.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nizarul, Trisni dan Liliek 2007. Perbedaan antara
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut: 1. Menambahkan variabel pengalaman auditor dan etika auditor sebagai
variabel independen. Pengalaman auditor dan etika auditor merupakan beberapa hal yang berkaitan dengan auditor dalam melaksanakan
penugasannya dan pengaruhnya terhadap kualitas audit yang mereka hasilkan, karena itu penelitian ini menambahkan kedua variabel
tersebut untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kualitas audit.
2. Menghilangkan etika auditor sebagai variabel moderasi. Etika auditor diubah menjadi salah satu variabel independen dalam penelitian ini,
untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kualitas audit. 3. Menjadikan kantor-kantor akuntan publik yang berada di DKI Jakarta
sebagai populasi dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian yang didapat menjadi lebih maksimal dengan memperluas
pengambilan sampel.
B. Perumusan Masalah