Kontaminasi juga berasal dari usus ikan yang pecah selama penanganan dan pencucian yang kurang baik.Kontaminasi ikan dari bakteri enterik manusia atau
hewan akan menyebabkan pembusukan pada berbagai makanan. Populasi E. coli terdapat pada daging, insang dan usus dari ikan Nila Tilapia yang diperoleh dari
kolam. Adanya faecal coliform lebih berdampak bagi manusia daripada organisme perairan itu sendiri. Disentri, demam tipoid, gastroenteritis dan penyakit yang
serupa merupakan penyakit yang ditimbulkan dari kontaminasi faecal coliform. Mandal et al., 2009 menambahkan bahwa adanya endapan kotoran manusia di
dalam kolam ikan menyebabkan air terkontaminasi dan ketika air yang terkontaminasi itu dicerna oleh ikan maka ikan menjadi terkontaminasi.
Tingginya nilai APM g coliform menunjukkan kontaminasi yang tinggi terjadi pada ikan yang akan mempengaruhi kesehatan ikan Nila lainnya pada
kolam yang sama. Menurut Adams et al., 1999 bahwa ikan Tilapia memiliki kandungan nitrogen yang banyak dan sangat mudah mengalami pembusukan.
Laju pembusukan berhubungan dengan adanya mikroba yang melekat pada tubuh ikan, khususnya Enterobacteriaceae. Shinkafi 2010, menambahkan bahwa
dengan melihat kandungan bakteri pada organ ikan, kualitas ikan dapat diperkirakan hingga waktu penyimpanannya. Informasi tentang jenis dan
banyaknya bakteri yang berasosiasi dengan ikan Nila akan mempengaruhi kesehatan ikan Nila dan dapat mencegah terjangkitnya penyakit pada suatu kolam.
4.2. Deteksi Escherichia coli pada Sampel Air Tambak Bakti Mulyo
Metode ini dilakukan untuk mengetahui kemungkinan kontaminasi ikan berasal dari perairan tambak ikan Nila Bakti Mulyo. Suhu dan pH sampel air tambak pada
saat diuji masing-masing 20 °C dan 6,8. Sampel air tambak ikan Nila diambil sebanyak 100 mL dimasukkan ke dalam botol Schootdan disimpan dalam cool
boxuntuk mencegah adannya kontaminasi selama penanganan kemudian diuji keberadaan E. coliberdasarkan BAM 2002 oleh Feng et al.,2002 Lamp. 3 Hlm.
39.Hasil pengujian sampel air tambak ikan Nila disajikan pada Gambar 3.
Gambar 3. Deteksi E. coli pada sampel air tambak Bakti Mulyo; a media LST sebelum diinkubasi; b media LST berpendar saat disinari UV-Lamp;
c media LST + cincin merah setelah ditetesi reagent Kovacs. Media LST Fluorocult® yang telah diinokulasi air tambak setelah
diinkubasi 48 jam, akan berubah warna menjadi hijau dan disinari UV Lampakan berpendar. Media berpendar menandakan bahwa air tercemar coliform. Media
berpendar kemudian ditetesi dengan reagent Kovacs dan jika menghasilkan cincin merah itu menandakan bahwa air tercemar E. coli. Media LST dibuat berdasarkan
adanya aktivitas enzimatis dari β-glucoronidase GUD yang memecah substrat 4- methylumbelliferyl MU. Saat disinar dengan UV Lamp
λ= 365 nm, MU menghambat berpendarnya warna biru yang terekspresi di media. Lebih dari 95
E. coli memproduksi GUD, kecuali E. coli O157:H7 Feng et al., 2002. Berdasarkan penelitian ini, didapatkan hasil bahwa sampel ikan Nila dan
sampel air tambak positif tercemar E. coli serta adanya kemungkinan ikan Nila terkontaminasi dari air tambak. Tambak ikan Nila Bakti Mulyo terbuat dari tanah
yang memiliki saluran air yang mengalir melalui pipa dan adanya kolam air berisi sampah diperkirakan penyebab kontaminasi. Menurut Adams et al., 1999,
perairan atau sungai dan danau memiliki mikroorganisme yang lengkap termasuk hewan dan tumbuhan air. Aktivitas manusia sangat berdampak bagi kualitas air.
Jika air telah terkontaminasi dengan kotoran, maka resiko bakteri enterik menginfeksi manusia pun muncul. Penanganan yang tidak baik juga
mengakibatkan flora normal dari lingkungan akan mengkontaminasi organisme air, seperti bakteri dari famili Enterobacteriaceae dan Staphylococcus aureus
dimana bakteri ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu 30-37 °C. a
b c
4. 3. Uji Antimikroba Ekstrak Umbi Bawang Lokio Allium chinense G. Don
Dari hasil deteksi dan pemurnian pada media TSA, diperoleh 2 isolat bakteri uji E. coli kode 1- 3C dan 2-1A pada Lamp. 5EHlm. 42. Kemungkinan strain masing-
masing isolat bakteri uji E. coli sama karena diisolasi dari spesies ikan yang sama. Uji antimikroba ekstrak umbi bawang Lokio fraksi N-heksana, etil asetat dan
etanol dilakukan dengan metode difusi cakram terhadap bakteri E. coli. Metode ini dilakukan dengan melihat zona hambat di sekeliling kertas cakram.
Gambar 4. Uji antimikroba ekstrak umbi bawang Lokio terhadap E. coli Tengah: kontrol + Chloramphenicol,
Atas bawah : ekstrak etanol umbi bawang Lokio Kiri kanan : ekstrak etil asetat umbi bawang Lokio
Hasil diameter zona hambat uji antimikroba ekstrak umbi bawang lokio dengan konsentrasi 100 terhadap isolat bakteri patogen E. coli yang diisolasi
dari ikan Nila disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Diameter Zona Hambat Ekstrak terhadap 2 Isolat Bakteri E. coli Fraksi
Diameter Zona Hambat mm Kategori Daya
Hambat E. coli 1-3C
E. coli 2-1A N- heksana
- -
- Etil asetat
16 16,4
Kuat Etanol
10,7 11,2
Kuat Kontrol positif
30,5 28
Sangat kuat Kontrol negatif
- -
-
Catatan : berdasarkan Davis and Stout 1971.
Hasil diameter zona hambat menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dan etanol umbi bawang Lokio dapat menghambat pertumbuhan isolat bakteri E. coli
yang langsung diisolasi dari ikan Nila dengan kategori daya hambat kuat. Kemampuan ekstrak umbi bawang Lokio dalam menghasilkan aktivitas
antimikroba juga dipengaruhi oleh tingkat solubilitas ekstrak. Adanya senyawa yang menguap volatile juga dapat mengurangi senyawa bioaktif pada ekstrak
umbi bawang Lokio fraksi etil asetat dan etanol. Bah et al.,2012, menyatakan bahwa senyawa volatil dari Jiaotou nama
lokal bawang Lokio di Cina diantaranya thiolanes, alkohol, keton dan minyak atsiri lainnya dan senyawa bioaktifnya diantaranya organosulfur. Senyawa inilah
yang berpotensi sebagai antimikroba bagi umbi bawang Lokio. Menurut Kuroda et al., 1995, umbi Jiaotou dilaporkan memiliki beberapa senyawa saponin,
senyawa ini efektif digunakan sebagai obat tradisional di Cina. Perbedaan besarnya zona hambat antara perlakuan kontrol positif cakram
Chloramphenicol dan ekstrak disebabkan pada ekstrak yang belum dimurnikan ekstrak kasar seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Poeloengan 2012.
Hasil uji in vitro perasan bawang putih Allium sativum L. pada konsentrasi 50 mempunyai efektivitas sebagai antibakteri terhadap E. coli yang diisolasi dari
telur ayam kampung dengan diameter zona hambat sebesar 15,67 mm. Potensi antibakteri juga ditunjukkan oleh ekstrak etanol bawang dayak Eleutherine
palmifolia L.Merr dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli pada konsentrasi 40 mg mL sebesar 10 mm Amanda, 2014.
Adanya perbedaan pH oleh masing-masing pelarut seperti etil asetat dan etanol serta preparasi sampel yang mungkin kurang baik dapat mempengaruhi
besar zona hambat bakteri. Kemungkinan adanya sisa pelarut etil asetat yang membuat zona hambat oleh pelarut etil asetat lebih besar. Penelitian oleh Hartanto
2015, ekstrak etanol umbi bawang Lokio menghambat isolat klinis memiliki zona hambat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak etil asetat. Berbeda
dengan hasil penelitian Naibaho 2015, ekstrak etil asetat umbi bawang Lokio memiliki zona hambat yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak etanol.
Pada umumnya, diameter zona hambat cenderung meningkat sebanding dengan meningkatnya konsentrasi ekstrak dan perbedaan pelarut ekstrak. Besar
zona hambat disajikan pada Tabel 3 dan foto uji pada Lamp. 5GHlm. 42.
Tabel 3. Konsentrasi Hambat Minimum ekstrak umbi bawang Lokio terhadap Escherichia coli
Diameter Zona Hambat mm Konsentrasi
Pelarut 50
40 30
20 10
7,5 Etil asetat
13,25 11,5
11,75 9,5
9 -
Etanol 11,75
9,5 9
8,75 8
- Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimum ekstrak umbi
bawang Lokio fraksi etanol dan etil asetat adalah sama, dengan konsentrasi 10 masing-masing diameter zona hambat sebesar 8 mm dan 9 mm. Potensi yang
sama juga dihasilkan dari ekstrak etanol bawang dayak Eleutherine palmifolia 10 mg mL dengan diameter zona hambat sebesar 8 mm Amanda, 2014.
Penelitian Najjaa et al., 2009 menambahkan bahwa Allium roseum pada konsentrasi 2 juga menghasilkan diameter zona hambat sebesar 9 mm.Penelitian
Tajkarimi et al., 2010 terkait dengan beberapa ekstrak bahan alami masing- masing pada konsentrasi 0,5 dalam menghambat pertumbuhan bakteri E. coli
diantaranya ialah ekstrak kayu manis sebesar 8 mm, ekstrak cengkeh sebesar 11,6 mm, ekstrak bawang putih 10 mm dan ekstrak jahe 9,3 mm.
4.4. Uji Organoleptik Ikan Nila yang diberi Ekstrak Umbi Bawang Lokio