34
itu, baik yang mencari laba ataupun nirlaba pastinya menghendaki terjadinya efisiensi dalam aktivitasnya.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.623DPNP tanggal 31 Mei 2004 Lampiran 1d, Biaya operasional terhadap pendapatan operasional
BOPO diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Masalah efisiensi dirasakan semakin penting pada saat ini dan dimasa
yang akan datang karena adanya permasalahan yang mungkin timbul sebagai akibat kompetisi usaha yang bertambah ketat, dan meningkatnya mutu
kehidupan yang berakibat pada meningkatnya standar kepuasan konsumen Yuliani, 2007:8.
Nilai Biaya Operasional dan Beban Operasional BOPO idealnya bagi suatu bank agar dikatakan memenuhi standar efisiensi yakni 70-80. Bank
Indonesia menetapkan angka di bawah 90 ialah yang terbaik untuk rasio BOPO. Sedangkan jika angka BOPO melebihi 90 atau bahkan mendekati
100 maka bank tersebut dinyatakan tidak efisien. Unsur bunga tidak akan bisa lepas dari perhitungan rasio Beban
Operasional dan Pendapatan Operasional BOPO. Mengapa demikian,
35
karena bank sebagai perantara dalam sebuah sistem pembayaran intermediary system maka unsur bunga pastinya sangat kuat pengaruhnya.
6. Profitabilitas
Untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang notabene adalah profit motif dapat digunakan analisis profitabilitas Wisnu Mawardi,
2005:3. Profitabilitas atau kata lain dari tingkat keuntungan, penting untuk dinilai serta ditindaklanjuti oleh perusahaan. Karena, keuntungan
atau laba mencerminkan hasil yang didapat atas usaha yang sudah dijalankan. Normatifnya setiap perusahaan mengehendaki nilai
profitabilitas yang meningkat dari waktu ke waktu. Laba yang diraih dari kegiatan yang dilakukan merupaan cerminan
kinerja sebuah perusahaan dalam menjalankan usahanya profitabilitas. Sebagai salah satu acuan dalam mengukur besarnya laba menjadi begitu
penting untuk mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena efisiensi baru dapat diketahui dengan
membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut dengan kata lain adalah menghitung
profitabilitas Ahmad Buyung Nusantara, 2009:15. The profitability determinants were divided in two main categories,
namely the internal determinants liquidity, capital adequacy and expenses management and the external determinants ownership, firm
size and external economic conditions Samy Ben Nacuer, 2003:4.
36
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengukur tingkat profitabilitas, dan salah satunya dengan menggunakan rasio keuangan.
Rasio yang digunakan pun memiliki berbagai alternatif untuk digunakan, di antaranya Gross Profit Margin GPM, Operating Profit Margin
OPM, Net Profit Margin NPM, Return on Investment ROI, Return on Equity ROE, dan Return on Asset ROA. Pada penelitian ini rasio
yang digunakan yakni Return on Asset ROA.
a. Return on Asset ROA
Return On Asset ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba
secara keseluruhan. Semakin besar ROA, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan menunjukkan
menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik Dendawijaya, 2003:120. Rasio return on asset yang tinggi menunjukkan efisiensi
manajemen asset, yang berarti perusahaan mampu menggunakan asset yang dimiliki untuk menghasilkan laba dari penjualan dan
investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut Wahyu Widarjo dan Doddy Setiawan, 2009:6.
Sedangkan menurut Surat Edaran BI No. 623 DPNP tanggal 31 Mei 2004, Return on Asset ROA merupakan perbandingan antara
laba sebelum pajak dengan total asset dalam satu periode. Semakin