Kebijakan Tentang Pergulaan KONFIGURASI POLITIK MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI 2001 –

2.2 Kebijakan Tentang Pergulaan

Gula merupakan komoditi yang harganya dikontrol oleh pemerintah sehingga harga yang terjadi sangat tergantung pada kebijakan gula yang ada. Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan SK No. 643MPPKep92002 tentang Tata niaga Impor Gula dimaksudkan untuk mengatur aktivitas impor gula. Kebijakan ini memberikan kewenangan kepada importir produsen IP untuk mengimpor gula mentah raw sugar dan kepada importir terdaftar IT untuk mengimpor gula kristal putih white sugar. IT yang diberikan kewenangan tersebut tidak lain adalah perkebunan gula yang memiliki perolehan bahan baku 75 yang berasal dari petani. Perusahaan perkebunan yang memenuhi kualifikasi sebagai IT adalah empat BUMN yang masuk kualifikasi, yaitu PT Perkebunan Nusantara PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia PT RNI. Pada sisi lain, kebijakan ini juga memberikan peluang bagi pengembangan industri gula rafinasi, yang khusus memutihkan raw sugar impor yang umumnya tidak layak untuk dikonsumsi secara langsung. Dalam kebijakan ini diatur bahwa raw sugar dan gula rafinasi yang diimpor oleh importir produsen IP hanya dipergunakan sebagai bahan baku untuk proses produksi pengolahan gula, dan dilarang diperjualbelikan serta dipindahtangankan. Menurut kebijakan yang tertuang dalam SK 643 tersebut, pemerintah hanya memberi ijin PTPN IX, PTPN X, PTPN XI dan PT RNI untuk mengimpor gula dengan tujuan konsumsi langsung. Namun para pengimpor tersebut diwajibkan membayar tarif bea masuk TBM sebesar Rp 700,- per kg untuk gula putih dan Rp 500,-kg untuk gula mentah. Tujuan SK 643 adalah melindungi industri gula dari banjir gula impor. Dengan penerapan tarif bea masuk TBM, maka ditentukan sedemikian rupa sehingga produsen menerima harga di atas biaya produksinya. Dengan SK 643 ternyata telah menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Tata niaga impor gula yang membatasi jumlah pelaku usaha telah menimbulkan kekhawatiran munculnya praktek-praktek perdagangan yang merugikan. Isu Universitas Sumatera Utara lainnya yang kemudian berkembang terkait dengan peraturan ini adalahmasalah ketidakmampuan importir gula dalam memenuhi kebutuhan impor gula, dimana sering meleset dari jadwal yang seharusnya. Selain itu adanya kejadian dimana IT gula yang tidak memiliki kemampuan dari sisi dana dan teknis, menunjuk perusahaan lain untuk melakukan impor gula tersebut. Universitas Sumatera Utara

BAB III ANALISIS