Teknik Analisa Data PENDAHULUAN

perpustakaan. 41 Adapun teknik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan suatu kegiatan penelahan dan penelusuran literatur. Kegiataan ini sangat diperlukan dalam melakukan penelitian, dan dianggap sebagai suatu bentuk survei terhadap data yang telah ada, tanpa memandang jenis metode penelitian yang telah dipilih. 42

6.3 Teknik Analisa Data

Data–data dalam penelitian ini merupakan data sekunder yaitu data–data yang berasal dari buku–buku, dokumen–dokumen, undang–undang, dan media internet. Data–data pustaka tersebut berguna khususnya sebagai referensi yang melengkapi latar belakang masalah dan kerangka teori dalam penelitian ini. Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan secara terus menerus semenjak data awal dikumpulkan sampai penelitian berakhir. Penafsiran data dan menarik kesimpulan dilakukan dengan mengacu kepada rujukan konsep dan teoritis kepustakaan sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. 43 7 Sistematika Penulisan BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini terdapat latar belakang penulis yang dijelasksan mengapa peneliti memilih judul tersebut sebagai bahan yang diteliti, dan ada rumusan masalah serta di BAB I ini juga terdapat tujuan si peneliti serta manfaat yang dihasilkan dari penelitian yang dilakukan. Terdapat juga kerangka teori sebagai 41 Koenjraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi,Jakarta: PT Rineka Cipta, 1990, hlm 42 42 Zuhro dan Ngadiati, Sosiologi, Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat, Jakarta: Yudhistira, 2004, hlm. 74 43 Hadari Nawawi, Op.Cit, hlm 30 Universitas Sumatera Utara dasar dan landasan untuk mengemukakan berbagai pemikiran dari para ahli, ada juga metode penelitian serta sistematika penulisan. BAB II :Konfigurasi Politik Megawati Dalam bab ini akan di jelaskan tentang konfigurasi sistem politik megawati yaitu tentang bagaimana posisi presiden, DPR, dan parpol dalam menentukan suatu kebijakan. selain itu dalam bab ini akan dijelaskan kebijakan mengenai gula yaitu SK MPP NO. 643 tentang Tata Niaga Impor Gula. BAB III : Analisis. Dalam bab ini dijelaskan tentang analisis yang akan dikemukakan si penulis dengan berbagai teori dan data, dalam bab ini juga akan dijelaskan oleh penulis pandangannya tentang hubungan antara bisnis dan politik. BAB IV : Penutup Dalam bab ini ialah bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berisikan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan serta temuan-temuan dalam penyusunan penelitian ini dan implikasi dari kebijakan yang ada. Universitas Sumatera Utara

BAB II KONFIGURASI POLITIK MASA PEMERINTAHAN MEGAWATI 2001 –

2004 1 Konfigurasi Politik Megawati Konfigurasi politik, menurut Dr. Moh. Mahfud MD, SH, mengandung arti sebagai susunan atau konstelasi kekuatan politik yang secara dikotomis dibagi atas dua konsep yang bertentangan secara diametral, yaitu konfigurasi politik demokratis dan konfigurasi politik otoriter. 44 Konsep demokratis atau otoriter diidentifikasi berdasarkan tiga indikator, yaitu sistem kepartaian, peranan badan perwakilan, dan peranan eksekutif.Konsep-konsep tersebut akan dijelaskan seperti di bawah ini: 45 Eksekutif sering disebut juga dengan badan pemerintahan penyelenggara pemerintahan yang tertinggi. Kekuasaan eksekutif dipegang oleh badan a. Konfigurasi Politik Demokratis adalah konfigurasi yang membuka peluang bagi berperannya potensi rakyat secara maksimal untuk turut aktif menentukan kebijakan Negara. Dengan demikian pemerintah lebih merupakan “komite” yang harus melaksanakan kehendak masyarakatnya, yang dirumuskan secara demokratis, badan perwakilan rakyat dan parpol berfungsi secara proporsional dan lebih menentukan dalam membuat kebijakan. b. Konfigurasi Politik Otoriter adalah konfigurasi yang menempatkan posisi pemerintah yang saangat dominan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan Negara, sehingga potensi dan aspirasi masyarakat tidak teragregasi dan terartikulasi secara proporsional. Dan juga badan perwakilan dan parpol tidak berfungsi dengan baik dan lebih merupakan alat justifikasi atas kehendak pemerintah. 1.1Eksekutif Presiden 44 Mahfud MD, Pergulatan Politik dan Hukum di Indonesia, Yogyakarta: Gama media, 1999, hal. 6 - 7 45 Ibid, hal. 8 Universitas Sumatera Utara