68
2. Uji Regresi Linier Berganda
1. Uji Asumsi Klasik
Data yang digunakan adalah data sekunder maka untuk menentukan ketepatan model perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi
klasik yang digunakan yaitu : Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi yang secara rinci dapat
dijelaskan sebagai berikut. a
Uji Normalitas
Sebelum melakukan uji statistik langkah awal yang harus dilakukan adalah penyaringan Screening terhadap data yang akan
diolah. Salah satu asumsi penggunaan uji statistik parametrik adalah asumsi normality atau biasa disebut asumsi normalitas.
Asumsi normalitas merupakan asumsi bahwa setiap variabel dan semua penggabungan linear dari variabel berdistribusi normal. Jika
asumsi dipenuhi, maka nilai residual analisis berdistribusi normal dan independen Ghozali, 2012:29.
69
Gambar 4.1
Berdasarkan gambar 4.1 di atas, normal plot dapat dilihat pada gambar, dapat dilihat bahwa titik
– titik menyebar mengikuti garis
diagonal bahwa
distribusi normal.
Hal ini
mengindikasikan bahwa model regresi cukup memenuhi asumsi normalitas.
b Uji Multikolinieritas
Asumsi model regresi berganda yang harus dipenuhi selanjutnya adalah bahwa dalam model persamaan regresi tidak
terjadi korelasi yang signifikan antar variabel bebasnya. Dalam statistika, tidak terjadi multikolineritas. Multikolinearitas adalah
kondisi adanya hubungan linier antar variabel independen.
70
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawanya variance inflation factor disingkat VIF. Kedua ukuran ini
menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainya. Dalam pengertian sederhana
setiap variabel independen menjadi variabel dependen dan diregres terhadap variabel independen lainya. Tolerance mengukur
variabilitas variabel independen yang terpilih dan yang tidak dijelaskan oleh variabel lainya. Kriteria untuk pengambilan
keputusan ada atau tidaknya masalah multikolinearitas adalah nilai Tolerance 0.10 atau sama dengan nilai VIF 10 maka
kesimpulanya adalah
model regresi
terdapat masalah
multikolinearitas.
Tabel 4.6 Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta Tolerance VIF
1 Constant 21.957 8.242
2.664 .010 CAR_X1 -137.973 42.304
-.053 -3.261 .002 .694
1.441 NPF_X2 -54.137
105.533 -.009
-.513 .610 .619 1.616
DPK_X3 1.028 .024
1.049 42.962 .000 .310
3.223 SBIS_X4 -.555
.274 -.047
-2.028 .047 .343 2.919
71
Coefficients
a
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients T
Sig. Collinearity
Statistics B
Std. Error Beta Tolerance VIF
1 Constant 21.957 8.242
2.664 .010 CAR_X1 -137.973 42.304
-.053 -3.261 .002 .694
1.441 NPF_X2 -54.137
105.533 -.009
-.513 .610 .619 1.616
DPK_X3 1.028 .024
1.049 42.962 .000 .310
3.223 SBIS_X4 -.555
.274 -.047
-2.028 .047 .343 2.919
a. Dependent
Variable: Pembiayaan_Y
Pada hasil output diatas dapat dilihat bahwa nilai variance inflation factor dari semua variabel independen meliputi CAR,
NPF, DPK, dan SBIS kurang dari 10, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada masalah multikolienearitas dalam model regresi
ini.
c Uji Heteroskedastisitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain berbeda maka disebut heteroskedastisitas
Ghozali, 2009. Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya heteroskedastisitas
didalam model regresi antara lain dapat dilakukan dengan Uji
72
Glejser, yakni meregresikan absolut nilai residual sebagai variabel dependen
dengan variabel independen.
Jika probabilitas
signifikansinya diatas tingkat kepercayaan 5 maka tidak terdapat heteroskedastisitas Ghozali, 2009.
Gambar 4.2 Scatterplot Heteroskedastisitas
Berdasarkan tampilan Scatterplot dalam gambar diatas, terlihat bahwa plot yang menyebar diatas maupun dibawah angka nol
tidak membentuk pola tertentu yang jelas pada sumbu Regression Standardized Residual. Oleh karena itu maka berdasarkan uji
heteroskedastisitas menggunakan analisis grafik pada model regresi yang terbentuk, dinyatakan tidak terjadi gejala
heteroskedastisitas.
73
d Uji Autokorelasi
Autokorelasi pada model regresi adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu dan saling
bekorelasi. Untuk mengetahui adanya autokorelasi dalam suatu model regresi, dilakukan pengujian uji Durbin
– Watson Uji D – W dengan ketentuan sebagai berikut : 1 Jika angka D
– W berkisar antara -2 sampai dengan +2, koefisien regresi bebas dari
gangguan autokorelasi; 2 Jika angka D – W berada dibawah -2,
terdapat autokorelasi positif; dan 3 Jika angka D – W berada
diatas +2, terdapat autokorelasi negatif Santoso dalam Thobarry,2009
Tabel 4.7 Model Summary
Model R R
Square Adjusted
R Square Std. Error
of the
Estimate Change Statistics
Durbin- Watson
R Square
Change F
Change df1 df2 Sig. F
Change 1
.994
a
.988 .987
6.468877 .988 1335.364 4 67 .000
.273
Dalam tabel diatas Model Summary diatas menunjukkan bahwa nilai uji Durbin
– Watson pada penilitian ini berkisar antara -2 sampai dengan +2 berada pada nilai 0.273. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi.
74
2. Uji Regresi