PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
24
Simpson 1949 memberikan peluang bagi dua individu yang ditarik secara acak dari komunitas besar yang tidak terbatas berdasarkan perbedaan
spesies sebagai berikut:
S
D
=
2 i
p Keterangan:
S
D
= indeks Simpson
p
i
= proporsi individu spesies ke-i, = n
i
N Indeks kemerataan spesies kemungkinan merupakan indeks yang paling
banyak digunakan oleh ahli-ahli ekologi. Indeks kemerataan spesies berdasarkan Simpson dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
D
E
=
s x
p D
D
s i
i
1 1
1 2
max
keterangan: ED
= indeks kemerataan spesies ekuitabilitas=evenness
D =
indeks Simpson D
max
= S atau total jumlah spesies ditemukan
p
i
= proporsi jumlah individu spesies ke-i, = n
i
N n
i
= jumlah individu spesies ke-i
N =
total jumlah individu seluruh spesies
3. Kesamaan Komunitas
Kesamaan komunitas merupakan salah satu indeks keanekaragaman beta. Kesamaan komunitas dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
Jaccard Index maupun Sörensen Krebs 1989. Indeks kesamaan Jaccard ataupun Sörensen memiliki nilai maksimum 1, yang menunjukkan adanya
tingkat kesamaan yang tinggi atau spesies yang terdapat pada kedua lokasi identik. Jika indeks tersebut memiliki nilai 0 berarti bahwa kedua lokasi
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
25
sama sekali tidak memiliki kesamaan dan tidak ada satupun spesies yang terdapat pada kedua lokasi yang diperbandingkan.
Salah satu keuntungan ukuran ini adalah penghitungannya mudah. Kelemahannya adalah tidak mempertimbangkan kelimpahan spesies karena
semua spesies yang ditemukan dianggap memiliki kelimpahan yang sama. Untuk mengatasi kelemahan tersebut maka digunakan ukuran kesamaan
yang didasarkan atas data kuantitatif seperti yang diusulkan oleh Bray dan Curtis 1957. Persamaan indeks kesamaan komunitas berdasarkan Jaccard
adalah sebagai berikut:
J
C
=
j b
a j
keterangan: C
J
= indeks koefisien Jaccard
j =
jumlah spesies yang ditemukan di kedua komunitas a dan b =
jumlah spesies yang ditemukan di komunitas A dan komunitas B
Indeks kesamaan komunitas Sörensen yang telah dimodifikasi oleh Bray- Curtis adalah:
S
C
=
b a
j
2
Keterangan : C
S
= indeks Sörensen atau koefisien Czekanowski
j =
jumlah spesies yang ditemukan di kedua komunitas a dan b =
jumlah spesies yang ditemukan di komunitas A dan komunitas B
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
26 IV.
MONITORING VIABILITAS TARGET KONSERVASI
1. NKT 1 . Kawasan yang Mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayati
yang Penting. 1.1 Has Bekutuk
Pengelolaan Cagar Alam Bekutuk berada di bawah Balai Konservasi Sumber Daya Alam, namun untuk mendukung pengelolaan ekosistemnya KPH Randublatung
menetapkan zona penyangga seluas 331,3 ha. Zona penyangga tersebut adalah HAS Bekutuk. HAS Bekutuk kondisi saat ini vegetasinya masih didominasi oleh
tegakan jati dan Rimba Campur. HAS Bekutuk merupakan hutan yang akan dibentuk menjadi hutan alam dengan dilakukan kegiatan pengkayaan jenis secara
bertahap. HAS bekutuk juga merupakan habitat untuk spesies interest maupun satwa RTE antara lain jenis Elang Bido, Biawak, moyet ekor panjang, kijang, dan
Merak dll. Adapun monitoring keanekaragaman pada kawasan Has Bekutuk tersaji di tabel di bawah ini.
Gambar 7. Restorasi di HAS Bekutuk petak 35 dan 52 BKPH Temanjang
Tabel 4. Hasil Monitoring Keanekaragaman Jenis Flora Tahun 2011 sd 2016 No Parameter
Tahun 2011
2012 2013
2014 2015 2016 1
TB. Bawah 2,07
2,28 2,07
2,26 2,22
2,21 2
Semai 1,54
2,09 2,11
2,26 1,98
1,94 3
Pancang 1,41
1,15 1,16
1,21 0,78
0,75 4
Tiang 0,03
0,04 0,06
0,11 0,11
0,12 5
Pohon 0,42
0,41 0,41
0,48 0,48
0,48
Sumber hasil survey biodiversity tahun 2011 – 2016 khusus HAS Bekutuk
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
27
Gambar 8. Grafik keanekaragaman tahun 2011-2016
Gambar 9. Peta Kawasan konservasi Has Bekutuk NKT I.1
Berdasarkan hasil survey biodiversity selama tahun 2011 sd 2016 maka kelimpahan jenis Flora pada tingkat tumbuhan bawah, semai, pancang mengalami
penurunan. Adapun untuk tingkat tiang mengalami kenaikan dimana pada tahun sebelumnya 0,11 pada tahun 2016 naik menjadi 0,12. Untuk jenis tingkat pohon
masih seperti tahun yang lalu artinya belum ada perubahan untuk keanekaragamanya. Jika dilihat dari tren evaluasi mempunyai kreteria sedang
yang artinya nilai antara 1-3. Untuk jenis tiang dan pohon memiliki kreteria rendah dimana nilai keanekaragamanya 1. Jika dilihat keseluruhan pengelolaan pada
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
28
kawasan Has bekutuk masih tergolong baik dan menunjukan pengelolaan KBKT sesuai dengan proses yang diharapkan.
Tabel 5. Hasil Monitoring Keanekaragama Jenis Fauna Tahun 2011 sd 2016 No
Parameter Tahun
2011 2012
2013 2014
2015 2016
1 Aves
2,55 2,31
3,06 3,25
3,49 3,47
2 Herpetofauna
1,84 1,58
2,02 2,49
2,28 2,53
3 Mamalia
1,73 1,68
2,3 2,21
2,52 2,39
Sumber hasil survey biodiversity tahun 2011 – 2016 khusus HAS Bekutuk
Gambar 10. Grafik keanekaragaman Fauna tahun 2011-2016
Berdasarkan hasil data survey biodiversity selama tahun 2011 sd 2016 maka keanekaragaman jenis Fauna pada tingkat Aves dan amalia mengalami penurunan
pada setiap jenis kecuali Herpetofaunan seperti yang terdapat tabel di atas. Penurunan pada tingkat jenis Aves dan Mamalia tidak begitu signifikan, jika di lihat
keseluruhan keanekaragaman jenis Fauna pada habitat kawasan Has Bekutuk masih tergolong baik dimana nilai pada tingkat Aves, Mamalia dan Herpetofauan di
atas 2. Kegiatan untuk mempertahankan populasi jenis fauna yang sudah di lakukan yaitu partroli rutin, sosialisasi larangan perburuan di kawasan huatan dan
pemasangan plang informasi lingkungan. Hal tersebut menunjukan pengelolaan KBKT sesuai dengan proses yang diharapkan oleh menejemen.
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
29 1.4 Kawasan Sumber Lumpur Kesongo
Sumber Lumpur Kesongo, Rawa Kesongo merupakan satu kesatuan dalam pengelolaan kawasan Kesongo dimana setatusnya menjadi TBPTak Baik Untuk
Produksi dengan keluasan 134,4 ha. Dengan kekhasan dan keunikan perpaduan hamparan hutan rawa tentatif 16,0 ha dan savana 79,9 ha serta sumber lumpur
38,5 ha. Kawasan tersebut juga merupakan sarang 19 jenis aves sehingga perlu adanya perlindungan aves migran antara lain burung Kuntul Putih
Bulbucus ibis, Bangau Tongtong
Leptotilos javanicus, Belibis Batu Dendrocygna javanica, Bambangan Merah
Ixopbrychus cinnamomeus dan Cangak Merah Ardea purpurea. Kawasan Has Kesongo juga mempunyai zona penyangga dengan
keluasan 659,7 ha dimana kondisi tegakan masih di dominasi tanaman jati. Dari hasil survai biodiversity di tipe kawasan kesongo keanekaragamn flora hanya di
temukan pada tingkat Tumbuhan bawah saja dan pada tingkat Fauna di temukan jenis Aves dan Herpetofauna. Untuk lebih jelas tersaji pada tabel dibawah ini.
Tabel 6. Hasil Monitoring Keanekaragama Jenis Flora Tahun 2011 sd 2016
Sumber hasil survey biodiversity tahun 2011 – 2016 khusus Kesongo
Gambar 11. Grafik keanekaragaman Flora tahun 2011-2016
No Parameter
Tahun 2011
2012 2013
2014 2015 2016
1 TB. Bawah
1,78 1,83
0,182 0,18
0,183 1,8 2
Semai -
- -
- -
3 Pancang
- -
- -
- 4
Tiang -
- -
- -
5 Pohon
- -
- -
-
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
30
Tabel 7. Hasil Monitoring Keanekaragama Jenis Fauna Tahun 2011 sd 2016
Sumber hasil survey biodiversity tahun 2011 – 2016 khusus HAS Bekutuk.
Gambar 12. Grafik keanekaragaman Fauna tahun 2011-2016
Gambar 13 . Peta Kawasan NKT 1.4.
No Parameter
Tahun 2011
2012 2013
2014 2015 2016
1 Aves
2,28 2,31
3,06 3,25
3,49 2,12
2 Mamalia
- -
- -
- 3
Herpetofauna 1,11
0,8 2,38
2,31 2,15
2,05
PERUM PERHUTANI KPH RANDUBLATUNG
Laporan Monitoring Dan Evaluasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Tahun 2016
31
Gambar 14. Lokasi kesongo
2. NKT 2 .