Gaya Hidup TINJAUAN PUSTAKA

24 Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi Marliani, 2007. Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun Depkes, 2008. Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut jantung, dan kontraksi miokardinal Kaplan, 2011. b.Frekuensi Konsumsi Makan Asin Garam NaCl diyakini berkontribusi dalam meningkatkan tekanan darah pada dinding arteri. Hal ini dibuktikan melalui sejumlah penelitian 25 eksperimental dengan model simpanse, yang secara genetik mendekati manusia. NaCl disuntikkan ke dalam makanan mereka selama 20 bulan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa asupan NaCl meningkatkan tekanan darah simpanse tersebut. Tekanan darah akan meningkat tajam, pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi, dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat 33 dan 10 mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl pada tekanan darah akan meningkatkan resiko hipertensi bersamaan dengan faktor lain seperti usia atau riwayat keluarga Kothchen et al., 2006. Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air retensi, sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik Sustrani, 2006. Hasil penelitian Sugiharto 2007, yang membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin. c. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah rata-rata mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah 26 Kotchen et al., 2006. Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi Irza, 2009. Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang Almatsier, 2003. d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein kopi secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas kopi 200-250 mg terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi Crea, 2008. Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung Sustrani, 2006. e. Aktivitas Fisik Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah ketika beristirahat Armilawati, 2007. Hasil penelitian Dalimartha, dkk 2005, 27 yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi sebesar 30-50. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2 Kelley 2001. Menurut Depkes 2006, seseorang yang dikatakan olahraga apabila melakukan olahraga selama 30 menit dan 3-4 kaliminggu. Indeks aktivitas fisik responden pada waktu melakukan pekerjaan, olahraga dan pada waktu luang. Kuesioner Aktivitas fisik ini terdiri dari 14 pertanyaan dan setiap pertanyaan memiliki penilaian yang berbeda-beda, berikut rincian pertanyaan kuesioner : - No.1 dengan pilihan jawaban ya tidak - No.2 dan 5 dengan pilihan jawaban Intensitas rendahsedangtinggi - No.3 dan 6 dengan pilihan jawaban 1 jam 1-2 jam 3-4 jam 4 jam 2-3 jam - No.4 dan 7 dengan pilihan jawaban 1 bulan 1-3 bulan 4-6 bulan 7-9 bulan 9 bulan - No.8 dengan pilihan jawaban Jauh lebih sedikit Lebih sedikit sama Lebih banyak Jauh lebih banyak - No.9-14 dengan pilihan jawaban Tidak pernah Jarang Kadang-kadang Sering Sangat sering 28 Berikut tabel skor perhitungan kuesioner aktivitas fisik: Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner Pilihan Jawaban Skor Intensitas Rendah 0,76 Intensitas Sedang 1,26 Intensitas Tinggi 1,76 1 jam 1-2 jam 1,5 2-3 jam 2,5 3-4 jam 3,5 4 jam 4,5 1 bulan 0,04 1-3 bulan 0,17 4-6 bulan 0,42 7-9 bulan 0,67 9 bulan 0,92 Pertanyaan nomor delapan sampai 14 memiliki skor 1 sampai 5. Skor tersebut kemudian digolongkan sesuai dengan skala Likert menjadi lima golongan yang kemudian dikelompokkan kembali menjadi sebagai berikut : Tabel 2.3 Pengelompokan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik Status Aktivitas Fisik Skala Likert Skor Indeks Aktivitas Fisik Saat Berolahraga Skor Indeks Aktivitas Fisik Saat Waktu Luang Pengelompokan Hasil Pengukuran Sangat Aktif 4,5 5 Aktif Aktif 3,5 4 Aktif Cukup Aktif 2,5 3 Aktif Kurang Aktif 1,5 2 Tidak Aktif Sangat Kurang Aktif 0,5 1 Tidak Aktif Baecke et al., 1982. 29 Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara bertahap tekanan darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan dilatasi arteriola di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara teratur, menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung berkurang dan menurunkan tekanan darah Tremblay, 2006 dalam Respati, 2007. f. Keadaan Stres Suheni 2007, yang menyatakan bahwa responden yang mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres. Dalam Cahyono 2008, stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Hawari 2001, stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya stresor psikososial yang berdampak pada sistem kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma. Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam Syaifuddin, 2006. 30 Menurut Depkes RI 2006 dan Sutanto 2010, stres atau ketegangan jiwa rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah. Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga meningkatkan tekanan darah. Sutanto 2010, menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit pembuluh darah koroner. 31

C. Kerangka Teori Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lisnawati 2011, Puspitorini 2009, Shanty 2011, Sheps 2005, Sutanto 2009 Hipertensi Gaya Hidup: Kebiasaan Merokok, Perilaku Konsumsi Makanan Asin, Perilaku Konsumsi Makanan Berlemak, Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein, Aktivitas Fisik, dan Keadaan Stres [Lisnawati 2011, Puspitorini 2009] Penatalaksanaan: 1. Farmakologi - Diuretik - Penghambat Adrenergik - Vasodilator - Antagonis Kalsium 2. Nonfarmakologi - Berhenti Merokok - Diet - Olahraga teratur - Penanganan Stres Sheps, 2005. Komplikasi: stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi Shanty, 2011. Gejala Klinis: gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunan dan mimisan keluar darah dari hidung Sutanto, 2009. 32

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gaya Hidup Penderita Hipertensi: - Kebiasaan Merokok - Perilaku Konsumsi Makanan Asin - Perilaku Konsumsi Makanan Berlemak - Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein - Aktivitas Fisik - Keadaan Stres Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel gaya hidup pada penderita hipertensi berdasarkan data demografi nama responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan darah responden, dan riwayat keturunan, kebiasaan merokok, perilaku konsumsi makanan asin, perilaku konsumsi makanan berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Faktor usia tidak dimasukan karena sudah ditentukan dalam karasteristik sampel yaitu responden yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti kriteria usia Depkes RI 2009. 33

B. Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

34

BAB IV METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif Morton, 2008. Penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi usia dewasa di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

2. Waktu Penelitian

Dilaksanakan pada bulan Juni-Desember 2015.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

35 Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan dilakukan Sabri, 2008. Populasi studi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Ciangsana yang berusia 26- 45 tahun yaitu berjumlah 40 orang. Karakteristik usia sampel yakni 26-45 tahun, karakteristik usia ini mengikuti data yang didapat dari puskesmas dan data kependudukan dari kelurahan setempat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilaikarakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi Sabri, 2008. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi Sugiyono, 2007. Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono 2007 jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data Notoatmodjo, 2005. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Alat Spyghmomanometer aneroid dan stetoskop, digunakan untuk pengukuran penyakit hipertensi atau penentuan nilai tekanan darah sistole dan diastole. 2. Kuesioner, isi dari kuesioner yang dibuat yaitu: