Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015

(1)

GAMBARAN GAYA HIDUP PADA PENDERITA

HIPERTENSI DI PUSKESMAS CIANGSANA

KECAMATAN GUNUNG PUTRI KABUPATEN

BOGOR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan ( S.Kep )

Disusun oleh:

Indah Dwi Pusparani

NIM.1111104000038

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


(2)

(3)

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES SCHOOL OF NURSING

SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF JAKARTA

Undergraduate Thesis, January 2016

Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038

Lifestyle picture in Patients with Hypertension in the sub-district Puskesmas Ciangsana Gunung Putri Bogor District 2015

xvii + 90 pages + 16 tables + 2 schemes + 9attachments ABSTRACT

Hypertension is strongly influenced by an unhealthy lifestyle. There are several things that cause hypertension, such as smoking habits, frequency of consumption eat salty, fatty food consumption frequency, the frequency of consumption of caffeinated beverages, physical activity, and a state of stress. The purpose of this study is to describe the lifestyle of people with hypertension. This type of research is quantitative descriptive research design. Samples were 40 adults in the community health center Ciangsana Gunung Putri, Bogor Regency hypertension with total sampling sampling method. The collection of data by using a structured questionnaire. Analysis of the data used are univariate. The results showed that gender is more dominant hypertensive women was 60.0%, an overview history of descent of 57.5%, of respondents have an unhealthy lifestyle by 100%, the image of smoking of 42.5%, a picture frequency of food consumption salted by 40.0% with a frequency of more than once a day, the picture of the frequency of consumption of fatty foods by 30.0% with a frequency of once a day, the picture of the frequency of consumption of caffeinated beverages amounted to 35.0% with a frequency of once a day, the picture of physical activity for 10.0% have a habit of physical activity and 12.5% of patients with hypertension who are active leisure activities, description of the state of stress of 57.5%. Suggested to the Health Center staff Ciangsana to increase health promotion related to the prevention and treatment of hypertension.


(4)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, Januari 2016

Indah Dwi Pusparani, NIM: 1111104000038

Gambaran Gaya Hidup pada Penderita Hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015

xvi + 90 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 9 lampiran ABSTRAK

Penyakit hipertensi sangat dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif. Sampel penelitian adalah 40 masyarakat dewasa di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor yang menderita hipertensi dengan metode pengambilan sampel total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data yang digunakan adalah univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis kelamin penderita hipertensi lebih dominan perempuan sebesar 60,0 %, gambaran riwayat keturunan sebesar 57,5 %, responden memiliki gaya hidup yang tidak sehat sebesar 100%, gambaran kebiasaan merokok sebesar 42,5%, gambaran frekuensi konsumsi makan asin sebesar 40,0% dengan frekuensi lebih dari satu kali sehari, gambaran frekuensi konsumsi makan berlemak sebesar 30,0% dengan frekuensi satu kali sehari, gambaran frekuensi konsumsi minuman berkafein sebesar 35,0% dengan frekuensi satu kali sehari, gambaran aktivitas fisik sebesar 10,0% yang memiliki kebiasaan aktifitas fisik dan sebesar 12,5% penderita hipertensi yang aktif melakukan aktivitas di waktu luang, gambaran keadaan stres sebesar 57,5%. Disarankan kepada petugas Puskesmas Ciangsana agar meningkatkan promosi kesehatan terkait pencegahan dan penanganan penyakit hipertensi.

Kata kunci:Gaya Hidup, Penderita Hipertensi, Masyarakat Dewasa Referensi: 90 (tahun 1982-2013)


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Indah Dwi Pusparani

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 25 Agustus 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 21 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Komp. TNI-AL Blok D1 No.1 RT.06/ RW.19 Ciangsana-Bogor

Status : Belum Menikah

Telpon : 083815115878

E-mail : pusparani.indah@yahoo.com

Jurusan : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi Ilmu Keperawatan

Riwayat Pendidikan : - TK Al-Falah (1998-1999)

-SDN 02 Ciangsana (1999-2005) -SMPN 3 GunungPutri (2005-2008) -SMAN 1 Cileungsi (2008-2011)

-S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2011-sekarang)


(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT, Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan baginda nabi besar Muhammad SAW, keluarga, dan para sahabat beserta pengikutnya hingga akhir

zaman. Atas kekuasaan dan izin Allah SWT skripsi dengan judul “Gambaran Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor” telah selesai. Dalam penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan kelemahan. Namun, dengan bantuan berbagai pihak proposal skripsi ini dapat terselesaikan, oleh karena itu tiada ungkapan yang lebih pantas diucapkan kecuali ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada selaku Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Arief Sumantri, S.KM., M. Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Maulina Handayani, S.Kp., M.Sc selaku Kepala Program Studi dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB.selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Ns. Uswatun Khasanah, MNS Selaku Dosen Pembimbing pertama dan Ibu Ernawati, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB. selaku Dosen Pembimbing kedua yang senantiasa dengan sabar, tekun, tulus, dan ikhlas meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, arahan, dan saran–

saran yang sangat berharga kepada penulis selama menyusun skripsi. 5. Ibu Nia Damiati, S.Kp., MSN. Selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

senantiasa memberikan saran dan masukan selama penulis melakukan studi di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu


(10)

7. Ayah (Iwan Rachmat Setiawan), ibu (Dra. Kuswandari) dan kakak tersayang (Wilson Rahmatdhika Wardana) yang selalu sabar mendengarkan keluh kesah, serta memberi nasehat dan motivasi yang sangat membantu.

8. Untuk yang tersayang (Panji Kurnianto, Laila Muthohharoh, Syahdah Dinuriah, dan Ita Samtasiyah) yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan, masukan kepada penulis baik selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi.

Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis menyerahkan segalanya dengan harapan semoga amal baik yang telah dicurahkan guna membantu penyusunan skripsi ini mendapat balasan. Aamiin. Penulis menyadari bahwa penulisan proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis menerima segala bentuk kritik, saran, dan masukan yang membangun demi perbaikan di masa mendatang.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Jakarta, Januari 2016


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Pernyataan Keaslian Karya ... ii

Abstract ... iii

Abstrak ... iv

Pernyataan Persetujuan ... v

Lembar Pengesahan ... vi

Daftar Riwayat Hidup ...viii

Kata Pengantar ...ix

Daftar Isi ...xi

Daftar Tabel ... xv

Daftar Bagan...xvi

Daftar Lampiran...xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Pertanyaan Peneliti...6

D. Tujuan Penelitian...7

E. Manfaat Penelitian ...7


(12)

2. Penyebab Hipertensi...11

3. Cara Pengukuran Tekanan Darah...11

4. Gajala Hipertensi...13

5. Patofisiologi Hipertensi...13

6. Komplikasi Hipertensi...15

7. Penatalaksanaan Hipertensi...17

8. Gaya Hidup...20

a. Kebiasaan Merokok...23

b. Frekuensi Konsumsi Makanan Asin...24

c. Frekuensi Konsumsi Makanan Berlemak...25

d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein...26

e. Aktivitas Fisik...26

f. Keadaan Stres...29

B. Kerangka Teori...31

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS A. Kerangka Konsep...32

B. Definisi Operasional...33

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian...39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian...39

C. Populasi dan Sampel...40

D. Instrumen Penelitian...40

E. Pengumpulan Data...41

F. Uji Validitas dan Reabilitas...42

1. Uji Validitas...42

2. Uji Reabilitas...44

G. Pengolahan Data...45

1. Editing Data...46


(13)

3. Sortir Data...47

4. Entry Data...47

5. Cleaning...47

H. Analisis Data...47

1. Analisis Univariat...47

I. Etika Penelitian...47

1. Inform Consent...48

2. Anonimity...48

3. Confidentiality...48

4. Self Determination...49

5. Protection from discomfort...49

BAB V HASIL PENELITIAN A. Gambaran Tempat Penelitian...50

1. Gambaran Umum...50

2. Program Puskesmas...51

B. Karakteristik Responden...52

1. Umur Responden...52

2. Jenis Kelamin Responden...53

3. Riwayat Keturunan Hipertensi...53

4. Gaya Hidup...54

5. Kebiasaan Merokok...54

6. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin...55

7. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak...55

8. Frekuensi Minuman Berkafein...56

9. Aktivitas Fisik...57

10. Keadaan Stres...58


(14)

C. Riwayat Keturunan Hipertensi...61

D. Kebiasaan Merokok...61

E. Frekuensi Kebiasaan Makanan Asin...62

F. Frekuensi Kebiasaan Makanan Berlemak...64

G. Frekuensi Minuman Berkafein...65

H. Aktivitas Fisik...66

I. Keadaan Stres...67

J. Keterbatasan Penelitian...68

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...70

B. Saran...71

DAFTAR PUSTAKA...73 LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah...10

Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner Aktivitas Fisik...28

Tabel 2.3 Pengelompokkan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik...28

Tabel 3.1 Definisi Operasional...33

Tabel 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner...41

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur...52

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...53

Tabel 5.3 Riwayat Keturunan Hipertensi Dalam Keluarga...53

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup...54

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok...54

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Asin.55 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Berlemak...55

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minuman Berkafein...56

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Fisik....57

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Waktu Luang...57


(16)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori...31 Bagan 3.1 Kerangka Konsep...32


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Izin Pengambilan Data dan Penelitian Lampiran 2. Permohonan Partisipasi Penelitian Lampiran 3. Informed Consent

Lampiran 4. Kuesioner Lampiran 5. Hasil Olah SPSS


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meningkatnya prevalensi penyakit kardiovaskuler setiap tahun menjadi masalah utama di negara berkembang dan negara maju. Di Indonesia, hipertensi cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan data Riskesdas (2007), prevalensi hipertensi pada usia dewasa sebesar 31,7%, dan data WHO (World Health Organization) (2008), menyebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia cukup tinggi yaitu sebesar 41%.

Proporsi penyebab kematian oleh penyakit menular (PM) di Indonesia telah menurun sepertiganya dari 44% menjadi 28%, sedangkan akibat penyakit tidak menular (PTM) mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 42% menjadi 60% (Depkes, 2008). Berdasarkan data PTM dalam Riskesdas (2013), meliputi: (1) asma; (2) penyakit paru obstruksi kronis (PPOK); (3) kanker; (4) diabetes melitus; (5) hipertiroid; (6) hipertensi; (7) jantung koroner; (8) gagal jantung; (9) stroke; (10) gagal ginjal kronis; (11) batu ginjal; (12) penyakit sendi/ rematik. Salah satu penyakit degeneratif yang perlu diwaspadai adalah hipertensi. Hipertensi adalah penyebab kematian utama ketiga di Indonesia untuk semua umur 6,8%, setelah stroke 15,4% dan tuberculosis 7,5% (Depkes, 2008).

Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur palingtidak pada tiga kesempatan yang berbeda. (Corwin, 2009). Diketahui sembilan dari sepuluh orang yang menderita hipertensi tidak dapat


(19)

pembunuh diam-diam atau silent killer, sebab seseorang dapat mengidap hipertensi selama bertahun-tahun tanpa menyadarinya sampai terjadi kerusakan organ vital yang cukup berat yang bahkan dapat menyebabkan kematian. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke (Saraswati, 2009).

Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial atau hipertensi primer. Hipertensi esensial merupakan 95% dari seluruh kasus hipertensi. Sisanya adalah hipertensi sekunder, yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya dapat diklasifikasikan, diantaranya adalah kelainan organik seperti penyakit ginjal, kelainan pada korteks adrenal, pemakaian obat-obatan sejenis kortikosteroid, dan lain-lain (Yogiantoro, 2006).

Hipertensi bukan merupakan penyakit dengan faktor penyebab tunggal, tetapi disebabkan oleh banyak faktor yaitu kegemukan, pola makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, keadaan stress psikologis, kebiasaan minum alkohol, pola konsumsi kopi dan kebiasaan merokok (Dhianningtyas et al., 2006). Hipertensi mempunyai gejala umum yang akan di timbulkan seperti pusing, sakit kepala, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang-kunang (Soeparman, 2003).


(20)

menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009).

Meningkatnya kejadian hipertensi cenderung terjadi pada orang dengan faktor risiko; orang dengan usia diatas 18 tahun, jenis kelamin, orang yang memiliki riwayat keluarga dengan hipertensi, serta pada orang dengan gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok (Depkes, 2006). Umumnya pada usia produktif seseorang kurang memiliki motivasi untuk memperhatikan pola makan dan kesehatannya. Walaupun 90% dari penyebab hipertensi adalah riwayat keluarga, namun faktor lain seperti pola makan, aktivitas fisik dan gaya hidup turut mempengaruhi kejadian hipertensi (Pritasari, 2006).

Jenis kelamin merupakan salah satu faktor resiko yang tidak dapat diubah yang berpengaruh terhadap penyakit hipertensi (Cahyono, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan menggunakan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Hal berbeda ditunjukan dari hasil penelitian yang dilakukan di Pakistan. Penelitian tersebut menunjukkan sebesar 51,91% laki-laki menderita hipertensi dan sebesar 48,09% pada perempuan (Humayunet al.,2009).

Riwayat hipertensi keluarga berhubungan dengan kejadian hipertensi yang ditunjukan oleh penelitian Respati tahun 2007. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah saat bekerja dan beristirahat lebih tinggi pada responden yang salah satu atau kedua orangtuanya tidak hipertensi (Tanjung, 2009).


(21)

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit.

Perilaku konsumsi makanan asin juga diyakini berkontribusi dalam penyakit hipertensi (Kothcen et al., 2006). Dari penelitian Sugihartono (2007), didapatkan bahwa kebiasaan mengkonsumsi asin berisiko menderita hipertensi sebesar 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak mempunyai kebiasaan mengkonsumsi asin.

Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan hipertensi (Kotchen et al., 2006). Konsumsi lemak jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009).

Menurut penelitian eksperimental Winkelmayer et al., (2005), kafein akan meningkatkan konsentrasi hormon stres seperti epinefrin, norepinefrin, dan kortisol yang dapat menyebabkan hipertensi (Saleh, 2011). Seseorang yang tidak terbiasa minum kopi memiliki tekanan darah lebih rendah jika dibandingkan dengan seseorang yang mengkonsumsi kopi 1-3 cangkir per hari. Pria yang mengkonsumsi kopi 3-6 cangkir per


(22)

Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat karena adanya kondisi tertentu. Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko hipertensi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri yang dapat menyebabkan hipertensi (Rohaendi, 2008).

Stres sering dihubungkan dengan hipertensi. Pada keadaan stres, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin yang menyebabkan denyut jantung meningkat, sehingga meningkatkan tekanan darah (Irza, 2009). Prevalensi stres terus meningkat di kalangan masyarakat. Globalisasi diduga merupakan salah satu pemicunya. Dunia bergerak dan berubah semakin cepat dan bagi yang tidak siap menghadapinya akan terjebak pada situasi penuh pertentangan, sehingga gejala yang muncul adalah stres secara fisik maupun psikologis (Dwiyono, 2008).

Berdasarkan data tiga bulan terakhir yaitu pada bulan Januari-Maret tahun 2015 di Puskesmas Ciangsana, didapatkan 40 orang jumlah penderita hipertensi primer/essensial usia dewasa. Laporan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan November 2014, didapatkan 10 dari 15 responden yang mempunyai tekanan darah tinggi dan 5 orang yang


(23)

mempunyai tekanan darah normal bahkan rendah. Rata-rata sistolik yang ditemukan sebesar 130 mmHg dan rata-rata diastolik yang ditemukan 100 mmHg serta dengan konsumsi obat antihipertensi. Belum diketahuinya gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

Melihat dari permasalahan–permasalahan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judulGambaran Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang ditemukan peneliti dalam studi pendahuluan dan berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Gambaran Gaya Hidup Pada Penderita Hipertensi Di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

C. Pertanyaan Peneliti

Bagaimana gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres ?


(24)

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

2. Tujuan Khusus

1) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan jenis kelamin.

2) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan riwayat keturunan.

3) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan kebiasaan merokok.

4) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan asin.

5) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi makan berlemak. 6) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di

Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan frekuensi konsumsi minuman berkafein.


(25)

7) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan aktivitas fisik.

8) Diketahuinya gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015 berdasarkan keadaan stres.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai pengetahuan dan wawasan serta pengalaman berharga bagi penulis untuk menerapkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat bermanfaat untuk melakukan asuhan keperawatan pada pasien-pasien hipertensi.

2. Bagi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Salah satu wujud Tridharma Perguruan Tinggi (akademik, penelitian, dan pengabdian masyarakat) dalam bidang keperawatan dan menjadi bahan masukan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi bagi masyarakat dalam menjaga kesehatannya dan dapat meningkatkan kesadaran terhadap penyakit hipertensi sehingga dapat dilakukan pencegahan dini.


(26)

4. Bagi Puskesmas Ciangsana

Sebagai bahan informasi untuk kebijakan dimasa depan, seperti memberikan penyuluhan/informasi yang terkait dengan hipertensi dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat, dan perhatian dalam upaya pencegahan penyakit degeneratif, sehingga dapat menurunkan prevalensi hipertensi dikawasan tersebut.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015. Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Keperawatan UIN pada bulan Mei 2015 di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor dan yang diteliti adalah para penduduk penderita hipertensi yang berdomisili di wilayah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metodecross sectionaldengan pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini dilakukan pada satu waktu untuk mengetahui gambaran gaya hidup pada penderita hipertensi berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.


(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas) (Basha, 2004).

Menurut Joint National Commitee (JNC) VII tahun 2003, Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau mengkonsumsi obat anti hipertensi (Guyton, 2007).

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah

Klasifikasi Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

Normal 90 - 119 60–79

Prehipertensi 120 - 139 8089

Hipertensi Tahap I 140 - 159 9099

Hipertensi Tahap II 160 100

Isolated Systolic Hypertension 140 < 90 Sumber : JNC VII (2003)


(28)

2. Penyebab Hipertensi

a. Hipertensi Primer (Essential Hypertension)

Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik, adalah hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab hipertensi esensial adalah mulitifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling sedikit ada tiga faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas (Setiawati dan Bustami, 2005).

b. Hipertensi Sekunder (Secondary Hypertension)

Penyebab paling sering dari hipertensi sekunder adalah kelainan dan keadaan dari sistem organ lain seperti ginjal (gagal ginjal kronik, glomerulus nefritis akut), kelainan endokrin (tumor kelenjar adrenal, sindroma cushing) serta bisa diakibatkan oleh penggunaan obat-obatan (kortikosteroid dan hormonal) (Sustrani, 2006).

3. Cara Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Sustrani (2006), ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum mengukur tekanan darah yaitu :


(29)

a. Jangan minum kopi atau merokok 30 menit sebelum pengukuran dilakukan.

b. Duduk bersandar selama 5 menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan jantung (istirahat).

c. Pakailah baju lengan pendek.

d. Buang air kecil dulu sebelum diukur, karena kandung kemih yang penuh dapat mempengaruhi hasil pengukuran.

Ukuran manset harus sesuai dengan lengan penderita yaitu paling sedikit 80% lebar manset harus dapat menutupi lingkar lengan. Pasien di ukur dalam posisi duduk atau berbaring dengan posisi lengan hampir mendatar/setinggi jantung ke posisi hampir vertikal. Rabalah denyut nadi radialis pada sisi lateral dan kembangkan karet sfigmomanometer secara bertahap sampai tekanan sistolik 20 mmHg diatas titik dimana denyut nadi radialis menghilang. Auskultasi pada arteri brakialis dan kempiskan karet kurang lebih dua mmHg per detik, catat titik pertama pulsasi yang terdengar (korotkoff 1) yang merupakan tekanan darah sistolik dan titik di mana bunyi pulsasi menghilang (korotkoff 5) yaitu tekanan diastolik. Dilakukan setelah pasien istirahat selama 5 menit, dilakukan 2 kali dengan jarak 5-10 menit. Semua orang dewasa harus mengukur tekanan darahnya secara teratur setidaknya setiap lima tahun sampai umur 80 tahun. Jika hasilnya berada pada nilai batas normal, pengukuran perlu dilakukan setiap tiga sampai 12 bulan (Gray, 2005). Menurut Lany (2005), dalam pengukuran tekanan darah


(30)

detakan yang terdengar tegas pertama kali mulai dihitung. Jika hasilnya berbeda maka nilai yang dipakai adalah nilai yang terendah.

4. Gejala Hipertensi

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunan dan mimisan (keluar darah dari hidung). Namun, menurut Crea (2008), gejala hipertensi adalah sakit kepala bagian belakang dan kaku kuduk, sulit tidur dan gelisah atau cemas dan kepala pusing, dada berdebar-debar dan lemas, sesak nafas, berkeringat, dan pusing.

5. Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi hipertensi masih belum jelas, banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi esensial. Namun, pada sejumlah kecil pasien penyakit ginjal atau korteks adrenal (2% dan 5%) merupakan penyebab utama peningkatan tekanan darah (hipertensi sekunder) namun selebihnya tidak terdapat penyebab yang jelas pada pasien penderita hipertensi esensial. Beberapa mekanisme fisiologi turut berperan aktif pada tekanan darah normal dan yang terganggu. Hal ini mungkin berperan penting pada perkembangan penyakit hipertensi esensial. Terdapat banyak faktor yang saling berhubungan terlibat dalam peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi (Crea, 2008).


(31)

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Crea, 2008).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah


(32)

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi (Crea, 2008).

Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).

6. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat berpotensi menjadi komplikasi berbagai penyakit diantaranya adalah stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).

1) Stroke

Stroke adalah kerusakan jaringan otak yang disebabkan karena berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba-tiba. Jaringan otak yang mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula stroke disebut dengan CVA(cerebrovascular accident). Hipertensi


(33)

menyebabkan tekanan yang lebih besar pada dinding pembuluh darah, sehingga dinding pembuluh darah menjadi lemah dan pembuluh darah rentan pecah. Namun demikian, hemorrhagic stroke juga dapat terjadi pada bukan penderita hipertensi. Pada kasus seperti ini biasanya pembuluh darah pecah karena lonjakan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan atau faktor emosional. Pecahnya pembuluh darah di suatu tempat di otak dapat menyebabkan sel-sel otak yang seharusnya mendapat pasokan oksigen dan nutrisi yang dibawa melalui pembuluh darah tersebut menjadi kekurangan nutrisi dan akhirnya mati. Darah yang tersembur dari pembuluh darah yang pecah tersebut juga dapat merusak sel-sel otak yang berada disekitarnya.

2) Penyakit Jantung

Peningkatan tekanan darah sistemik meningkatkan resistensi terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri, sebagai akibatnya terjadi hipertropi ventrikel untuk meningkatkan kekuatan kontraksi. Kebutuhan oksigen oleh miokardium akan meningkat akibat hipertrofi ventrikel, hal ini mengakibat peningkatan beban kerja jantung yang pada akhirnya menyebabkan angina dan infark miokardium. Disamping itu juga secara sederhana dikatakan peningkatan tekanan darah mempercepat aterosklerosis dan arteriosklerosis.


(34)

percabangan arteri yang ke arah aterikoronaria kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran darah kedistal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang di sebabkan olehakumulasi plak atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksiarteromasus yang menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasikolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria.

4) Aneurisme

Pembuluh darah terdiri dari beberapa lapisan, tetapi ada yang terpisah sehingga memungkinkan darah masuk. pelebaran pembuluh darah bisa timbul karena dinding pembuluh darah aorta terpisah atau disebut aorta disekans. kejadian ini dapat menimbulkan penyakit aneurisma diamana gejalanya adalah sakit kepala yang hebat, sakit di perut sampai ke pinggang belakang dan di ginjal. aneurisme pada perut dan dada penyebab utamanya pengerasan dinding pembuluh darah karena proses penuaan (aterosklerosis) dan tekanan darah tinggi memicu timbulnya aneurisme.

7. Penatalaksanaan Hipertensi a. Penatalaksanaan Farmakologi

1) Diuretik

Diuretik adalah obat antihipertensi yang efeknya membantu ginjal meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan air (Setiawati, 2005). Meningkatkan ekskresi natrium pada ginjal akan mengurangi volume


(35)

cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah (Sheps, 2005).

2) Penghambat Adrenergik

Menurut Sheps (2005), penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari bloker, beta-bloker, dan alfa-beta-bloker (abetol). Penghambat adrenergik berguna untuk menghambat pelepasan renin, angiotensin juga tidak akan aktif. Angiotensin I tidak akan dibentuk dan angiotensin II juga tidak akan berubah. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah (Setiawati, 2005).

3) Vasodilator

Vasodilator adalah obat-obat antihipertensi yang efeknya memperlebar pembuluh sarah dan dapat menurunkan tekanan darah secara langsung (Setiawati, 2005).

4) Penghambat Enzim Konversi Angiotensin

Penghambat enzim konversi angiotensin mengurangi pembentukan angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya eksresi natrium dan air, serta retensi kalsium. Akibatnya terjadi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi (Setiawati, 2005).

5) Antagonis Kalsium


(36)

b. Penatalaksanaan Nonfarmakologi 1) Berhenti Merokok

Rokok dapat mempengaruhi kerja beberapa obat antihipertensi. Dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Sheps, 2005).

2) Diet

Untuk mengendalikan hipertensi, kita harus membatasi asupan natrium, mengurangi makanan berlemak, makan lebih banyak biji-bijian, buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak dengan begitu akan meningkatkan kesehatan kita secara menyeluruh dan memberikan manfaat khusus bagi penderita tekanan darah tinggi (Sheps, 2005).

3) Olahraga teratur

Olah raga teratur mampu menurunkan jumlah lemak serta meningkatkan kekuatan otot terutama otot jantung. Berkurangnya lemak dan volume tubuh, berarti mengurangi resiko hipertensi (Sheps, 2005).

4) Penanganan Stres

Hormon epinefrin dan kortisol yang dilepaskan saat stres menyebabkan peningkatan tekanan darah dengan menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan denyut jantung. Besarnya peningkatan tekanan darah tergantung pada beratnya stres, koping yang adekuat dapat berpengaruh baik terhadap penurunan tekanan darah (Sheps, 2005).


(37)

B. Gaya Hidup

Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktifitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Sakinah, 2002). Menurut Lisnawati (2006), gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial berada dalam keadaan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami.

Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005), menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit. Hal ini juga didukung oleh pendapat Maulana (2009) yang menyebutkan bahwa untuk mendapatkan kesehatan yang prima jalan terbaik adalah dengan merubah gaya hidup yang terlihat dari aktifitasnya dalam menjaga kesehatan.


(38)

hidup sedangkan gaya hidup sehat dapat disimpulkan sebagai serangkaian pola perilaku atau kebiasaan hidup sehari-hari untuk memelihara dan menghasilkan kesehatan, mencegah resiko terjadinya penyakit serta melindungi diri untuk sehat secara utuh. Gaya hidup dapat memicu terjadinya hipertensi. Ini dikarenakan gaya hidup menggambarkan pola prilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan sosial yang meliputi kebiasaan tidur, mengkonsumsi makanan yang tidak sehat, merokok atau bahkan minum-minuman beralkohol (Lisnawati, 2011).

“Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.”(Becker, 1979 dalam Notoatmodjo, 2012). Notoatmodjo, 2005 (dalam Yanti 2008) mendefinisikan perilaku kesehatan (health behavior) sebagai respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan.Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah respon seseorang (organisasi) terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Notoatmodjo, 1993 dalam Agustin, 2006).Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku sehat adalah tindakan-tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya.


(39)

Sesungguhnya gaya hidup merupakan faktor terpenting yang sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; Makanan, aktifitas fisik, stres, dan merokok (Puspitorini, 2009). Jenis makanan yang menyebabkan hipertensi yaitu makanan yang siap saji yang mengandung pengawet, kadar garam yang terlalu tinggi dalam makanan, kelebihan konsumsi lemak (Susilo, 2011).

Untuk mengendalikan dan mencegah hipertensi, selain pola makan sehat juga harus melakuan gaya hidup sehat, ini sangat penting karna gaya hidup sehat akan membuat kita sehat keseluruhan dengan, melakukan olahraga teratur, berhenti merokok juga berperan untuk mengurangi hipertensi, dan mengendalikan pola kesehatan secara keseluruhan, termasuk mengendalikan kadar kolestrol, diabetes, berat badan dan pemicu penyakit lainnya (Susilo, 2011).

Gaya hidup masa kini menyebabkan stres berkepanjangan. Kondisi ini memicu berbagai penyakit seperti penyakit kepala, sulit tidur, maag, jantung dan hipertensi. Saat seseorang merasa tertekan, tubuhnya tubuhnya melepaskan adrenalin dan kortison, sehingga menyebabkan tekanan darahnya meningkat. Tubuh menjadi lebih siaga menghadapi bahaya. Bila kondisi ini berlarut-larut, tekanan darahnya akan tetap tinggi. Gaya hidup modern cendrung membuat berkurangnya aktivitas fisik (olahraga),


(40)

Perubahan gaya hidup yang bisa dilakukan adalah mengatur pola makan, olahraga secara teratur, dan menghindari konsumsi alkohol atau rokok. Adapun beberapa jenis diet, yakni diet rendah garam, diet rendah kolestrol dan lemak terbatas, diet tinggi serat, dan diet kalori. Diet yang diterapakan bisa disesuikan dengan kondisi hipertensi. Dengan mengatur makanan yang tepat, tekanan darah bisa turun dengan lebih cepat (sutomo, 2009).

Tekanan darah juga di pengaruhi oleh aktifitas fisik, gaya hidup yang tidak aktif(kurang gerak) bisa memicu terjadinya hipertensi bagi orang-orang memiliki kepekaan yang di turunkan. kurang aktivitas berpengaruh terhadap kerja detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kekuatan yang mendesak arteri (Rohaendi, 2008)

a. Kebiasaan Merokok

Hipertensi juga dirangsang oleh adanya nikotin dalam batang rokok yang dihisap seseorang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah (Dalimartha et al., 2008). Menurut Sitorus (2005), yang menyatakan bahwa merokok sebatang setiap hari meningkatkan tekanan darah sistolik 10-25 mmHg serta menambah detak jantung 5-20 kali/menit. Sitepu (2012), menyatakan bahwa orang yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki resiko 5,320 kali lebih besar untuk terjadiya hipertensi.


(41)

Risiko merokok terbesar tergantung pada jumlah rokok yang dihisap perhari. Seseorang lebih dari satu pak rokok sehari menjadi 2 kali lebih rentan hipertensi dari pada mereka yang tidak merokok. Zat-zat kimia beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi (Marliani, 2007).

Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang akan menyebabkan tekanan dalam dinding arteri meningkat. Jika merokok dimulai usia muda, berisiko mendapat serangan jantung menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008).

Bahaya efek langsung dari merokok yaitu hubungan langsung dengan aktifitas berlebih saraf simpatik, yang meningkatkan kebutuhan oksigen pada miokardial yang kemudian diteruskan dengan peningkatan pada tekanan darah, denyut jantung, dan kontraksi miokardinal (Kaplan, 2011).


(42)

eksperimental dengan model simpanse, yang secara genetik mendekati manusia. NaCl disuntikkan ke dalam makanan mereka selama 20 bulan. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa asupan NaCl meningkatkan tekanan darah simpanse tersebut. Tekanan darah akan meningkat tajam, pada asupan NaCl yang berlebih, dan pada studi asupan NaCl tertinggi, dilaporkan bahwa tekanan sistolik dan diastolik akan meningkat 33 dan 10 mmHg, sedangkan pada manusia, dampak asupan NaCl pada tekanan darah akan meningkatkan resiko hipertensi bersamaan dengan faktor lain seperti usia atau riwayat keluarga (Kothchenet al.,2006).

Natrium bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah normal dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah yang berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik (Sustrani, 2006). Hasil penelitian Sugiharto (2007), yang membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.

c. Frekuensi Konsumsi Makan Berlemak

Beberapa fakta dalam studi epidemiologi menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingginya asupan lemak jenuh dengan tekanan darah, dan pada beberapa populasi dengan tekanan darah dibawah rata-rata mengkonsumsi lemak total dan asam lemak jenuh rendah


(43)

(Kotchen et al., 2006). Selain itu, konsumsi lemak jenuh meningkatkan resiko kenaikan berat badan yang merupakan faktor resiko hipertensi. Asupan lemak jenuh yang kemudian menyebabkan hipertensi (Irza, 2009). Keberadaan lemak jenuh yang berlebih dalam tubuh akan menyebabkan penumpukan dan pembentuk plak di pembuluh darah sehingga pembuluh darah menjadi semakin sempit dan elastisnya berkurang (Almatsier, 2003). d. Frekuensi Konsumsi Minuman Berkafein

Konsumsi kopi yang berlebihan dalam jangka yang panjang dan jumlah yang banyak diketahui dapat meningkatkan risiko penyakit Hipertensi atau penyakit Kardiovaskuler. Beberapa penelitian menunjukan bahwa orang yang mengkonsumsi kafein (kopi) secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi dibandingkan dengan didalam 2-3 gelas kopi (200-250 mg) terbukti meningkatkan tekanan sistolik sebesar 3-14 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Crea, 2008).

Mengkonsumsi kafein secara teratur sepanjang hari mempunyai tekanan darah rata-rata lebih tinggi di bandingkan dengan kalau mereka tidak mengkonsumsi sama sekali. Kebiasaan mengkonsumsi kopi dapat meningkatkan kadar kolesterol darah dan meningkatkan risiko terkena penyakit jantung (Sustrani, 2006).


(44)

yang menyatakan bahwa ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian hipertensi, dan individu yang kurang aktif mempunyai resiko menderita hipertensi sebesar 30-50%. Penelitian dari Farmingharm Study menyatakan bahwa aktivitas fisik sedang dan berat dapat mencegah kejadian stroke. Selain itu, dua meta-analisis yang telah dilakukan juga menyebutkan hal yang sama. Hasil analisis pertama menyebutkan bahwa berjalan kaki dapat menurunkan tekanan darah pada orang dewasa sekitar 2% (Kelley 2001).

Menurut Depkes (2006), seseorang yang dikatakan olahraga apabila melakukan olahraga selama >30 menit dan 3-4 kali/minggu. Indeks aktivitas fisik responden pada waktu melakukan pekerjaan, olahraga dan pada waktu luang. Kuesioner Aktivitas fisik ini terdiri dari 14 pertanyaan dan setiap pertanyaan memiliki penilaian yang berbeda-beda, berikut rincian pertanyaan kuesioner :

- No.1 dengan pilihan jawaban ya/ tidak

- No.2 dan 5 dengan pilihan jawaban Intensitas rendah/sedang/tinggi - No.3 dan 6 dengan pilihan jawaban < 1 jam/ 1-2 jam/ 3-4 jam/ > 4 jam/

2-3 jam

- No.4 dan 7 dengan pilihan jawaban < 1 bulan/ 1-3 bulan/ 4-6 bulan/ 7-9 bulan/ > 9 bulan

- No.8 dengan pilihan jawaban Jauh lebih sedikit/ Lebih sedikit/ sama/ Lebih banyak/ Jauh lebih banyak

- No.9-14 dengan pilihan jawaban Tidak pernah/ Jarang/ Kadang-kadang/ Sering/ Sangat sering


(45)

Berikut tabel skor perhitungan kuesioner aktivitas fisik: Tabel 2.2 Skor Perhitungan Kuesioner

Pilihan Jawaban Skor

Intensitas Rendah 0,76

Intensitas Sedang 1,26

Intensitas Tinggi 1,76

< 1 jam 0

1-2 jam 1,5

2-3 jam 2,5

3-4 jam 3,5

>4 jam 4,5

< 1 bulan 0,04

1-3 bulan 0,17

4-6 bulan 0,42

7-9 bulan 0,67

>9 bulan 0,92

Pertanyaan nomor delapan sampai 14 memiliki skor 1 sampai 5. Skor tersebut kemudian digolongkan sesuai dengan skala Likert menjadi lima golongan yang kemudian dikelompokkan kembali menjadi sebagai berikut :

Tabel 2.3 Pengelompokan Hasil Pengukuran Indeks Aktivitas Fisik Status Aktivitas

Fisik (Skala Likert)

Skor Indeks Aktivitas Fisik Saat

Berolahraga

Skor Indeks Aktivitas Fisik Saat

Waktu Luang

Pengelompokan Hasil Pengukuran

Sangat Aktif 4,5 5 Aktif

Aktif 3,5 4 Aktif


(46)

Pada saat melakukan intensitas latihan, tekanan darah yang meninggi adalah sistolik, sedangkan diastolik tidak tergantung intensitas latihan. Apabila latihan terus dilanjutkan, maka secara bertahap tekanan darah sistolik akan turun sebagai reaksi dari peningkatan dilatasi arteriola di dalam otot yang aktif saat latihan. Olahraga yang dilakukan secara teratur, menyebabkan jantung akan bekerja lebih efisien, denyut jantung berkurang dan menurunkan tekanan darah (Tremblay, 2006 dalam Respati, 2007).

f. Keadaan Stres

Suheni (2007), yang menyatakan bahwa responden yang mengalami stres memiliki resiko terkena hipertensi sebesar 9,333 kali lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki stres. Dalam Cahyono (2008), stres adalah respon fisiologik, psikologis, dan perilaku seseorang individu dalam menghadapi penyesuaian diri terhadap tekanan yang bersifat internal maupun eksternal. Menurut Hawari (2001), stress adalah respons tubuh yang sifatnya non spesifik terhadap setiap tuntutan beban atasnya (stresor psikososial) yang berdampak pada sistem kardiovaskuler. Stresor Psikososial itu sendiri terdiri dari: perkawinan, orangtua, antar pribadi, pekerjaan, lingkungan, keuangan, hukum, perkembangan, penyakit fisik, faktor keluarga, dan trauma.

Stress dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan retensi air dan garam (Syaifuddin, 2006).


(47)

Menurut Depkes RI (2006) dan Sutanto (2010), stres atau ketegangan jiwa (rasa murung, tertekan, marah, dendam, takut dan bersalah). Ketika otak menerima sinyal bahwa seseorang sedang stres, perintah untuk meningkatkan sistem simpatetik berjalan dan mengakibatkan hormon stres dan adrenalin meningkat. Liver melepaskan gula dan lemak dalam darah untuk menambah bahan bakar. Nafas menjadi lebih cepat sehingga jumlah oksigen bertambah. Sehingga menyebabkan kerja jantung menjadi semakin cepat sehingga meningkatkan tekanan darah.

Sutanto (2010), menjelaskan bahwa pelepasan hormon adrenalin oleh anak ginjal sebagai akibat stres berat akan menyebabkan naiknya tekanan darah dan meningkatkan kekentalan darah yang membuat darah mudah membeku atau menggumpal. Adrenalin juga dapat mempercepat denyut jantung, menyebabkan gangguan irama jantung dan mempersempit pembuluh darah koroner.


(48)

C. Kerangka Teori

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lisnawati (2011), Puspitorini (2009), Shanty (2011), Sheps (2005), Sutanto (2009)

Hipertensi

Gaya Hidup: Kebiasaan Merokok, Perilaku Konsumsi Makanan Asin,

Perilaku Konsumsi Makanan Berlemak, Perilaku Konsumsi Minuman Berkafein, Aktivitas Fisik,

dan Keadaan Stres [Lisnawati (2011), Puspitorini (2009)]

Penatalaksanaan:

1. Farmakologi - Diuretik

- Penghambat Adrenergik

- Vasodilator

- Antagonis Kalsium 2.Nonfarmakologi

- Berhenti Merokok - Diet

- Olahraga teratur - Penanganan Stres

(Sheps, 2005).

Komplikasi: stroke hemorragik, penyakit jantung hipertensi, penyakit arteri koronaria anuerisma, gagal ginjal, dan ensefalopati hipertensi (Shanty, 2011).

Gejala Klinis: gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah, tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunan dan mimisan (keluar darah dari hidung) (Sutanto, 2009).


(49)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

Gaya Hidup Penderita Hipertensi: - Kebiasaan Merokok

- PerilakuKonsumsi Makanan Asin - PerilakuKonsumsi Makanan Berlemak - PerilakuKonsumsi Minuman Berkafein - Aktivitas Fisik

- Keadaan Stres

Berdasarkan bagan diatas, peneliti hanya ingin mengetahui variabel gaya hidup pada penderita hipertensi berdasarkan data demografi (nama responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan darah responden, dan riwayat keturunan),kebiasaan merokok,perilaku konsumsi makanan asin, perilaku konsumsi makanan berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres. Faktor usia tidak dimasukan karena sudah ditentukan dalam karasteristik sampel yaitu responden yang berusia 26-45 tahun karasteristik ini mengikuti kriteria usia Depkes RI


(50)

B. Definisi Operasional


(51)

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antara variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Morton, 2008). Penelitian deskriptif ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui gambaran gaya hidup penderita hipertensi usia dewasa di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor Tahun 2015.

2. Waktu Penelitian


(52)

Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi studi dalam penelitian ini adalah penderita hipertensi yang terdata di Puskesmas Ciangsana yang berusia 26-45 tahun yaitu berjumlah 40 orang. Karakteristik usia sampel yakni 26-26-45 tahun, karakteristik usia ini mengikuti data yang didapat dari puskesmas dan data kependudukan dari kelurahan setempat.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005). Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Alat Spyghmomanometer aneroid dan stetoskop, digunakan untuk pengukuran penyakit hipertensi atau penentuan nilai tekanan darah (sistole dan diastole).


(53)

a. Data Demografi (nama responden, usia responden, jenis kelamin responden, dan hasil ukur tekanan darah responden)

b. Berisi sejumlah pertanyaan mengenai, usia, jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, perilaku konsumsi makanan asin, perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres.

Tabel. 4.1 Penjelasan Isi Kuesioner

Variabel Jumlah

pertanyaan

Nomor Pertanyaan

Riwayat Keturunan 1 1

Kebiasaan Merokok 1 2

Kebiasaan Makanan dan Minuman 3 2-5

Aktivitas Fisik 14 1-14

Keadaan Stres 20 1-20

E. Pengumpulan Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer, yakni hasil pengisian kuesioner oleh responden mengenai jenis kelamin, riwayat keturunan, perilaku konsumsi makanan asin, perilaku konsumsi berlemak, perilaku konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres.

2. Data Sekunder, yakni data wilayah, penduduk RT/RW dan posyandu Tahun 2013, laporan bulanan penduduk Desa Ciangsana bulan Oktober 2014 dari Kelurahan Ciangsana dan Arsip Puskesmas Ciangsana berupa


(54)

1. Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan dari instrumen yang dgunakan dalam pengumpulan data yang diperoleh dengan cara mengkorelasi setiap skor variable jawaban dibandingkan dengan total skor masing-masing variable, kemudian hasil korelasi dibandingkan dengan nilai mutlak pada taraf signifikan 0,05 dan 0,01 (Arikunto, 2010).

Studi pilot merupakan pengumpulan data diawali dengan uji coba instrumen penelitian pada sekelompok masyarakat yang merupakan bagian dari populasi yang bukan sampel. Jumlah responden yang digunakan yaitu 30 responden (Sugiyono, 2013). Instrumen pada penelitian ini terdiri dari dua macam skala pengukuran yaitu skala Gutmann dan skala Likert. Pengukuran uji validitas dan reliabilitas yang dilakukan dengan cara berbeda (Hidayat, 2008). Uji validitas dengan menggunakan rumus Korelasi Point Biserial diaplikasikan untuk menguji valid sebuah hasil uji coba tes (instrumen) hasil belajar dalam hal ini soal pilihan ganda. Dalam bentuk jawaban benar = 1, dan salah = 0.Uji validitas dengan rumus Korelasi Point Biserial, secara umum (Sugiyono, 2013):


(55)

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner skala Gutman, nilai r pbis > r tabel pada 12 pertanyaan didapatkan 10 pertanyaan yang dinyatakan valid dan didapatkan 2 pertanyan yang dinyatakan tidak valid. Pernyataan yang tidak valid yaitu “apakah anda merasa tegang, cemas, atau kuatir” dengan nilai 0,4324 dan “apakah anda mengalami rasa tidak enak diperut” dengan nilai 0,1695 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer baku.

Uji validitas untuk skala likert menggunakan pearson product moment, rumus tersebut digunakan untuk jenis data ordinal atau yang mempunyai rentang. Seluruh item yang mencapai koefisien korelasirxy≥0,30 dianggap sebagai item yang valid (Sugiyono, 2013). Rumus yang digunakan yaitu:

keterangan :

rhitung= Koefisien korelasi

Xi = Jumlah skor item

Yi = Jumlah skor total (seluruh item)


(56)

mempunyai nilai korelasi < 0,3. Pernyataan yang tidak valid yaitu “saat waktu luang saya berolahraga” dengan nilai 0,095, “saat waktu luang saya berkeringat” dengan nilai 0,247, “saat waktu luang saya menonton tv” dengan nilai 0,261, dan “saat waktu luang saya berjalan” dengan nilai 0,154 dipertahankan karena kuesioner ini merupakan kuesionaer baku.

Uji coba instrumen dilakukan pada bulan April 2015. Uji coba dilakukan terhadap 30 masyarakat di daerah Puskesmas Ciangsana yang mempunyai karakteristik demografi yang hampir sama dengan wilayah Puskesmas Ciangsana, dengan kriteria bahwa responden tersebut adalah masyarakat dewasa yang tinggal di daerah Puskesmas Ciangsana yang menderita hipertensi.

2. Uji Reabilitas

Reabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran ini tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Arikunto, 2010). Penelitian ini menggunakan formula Kuder Richardson 20 (KR 20) untuk menguji reliabilitas instrumen dengan skala Gutmann. Adapun rumus sebagai berikut:


(57)

Uji reliabilitas yang digunakan pada instrumen ini untuk skala Likert yaitu rumus aplha coronbach. Rumus Alpha Cronbach sebagai berikut (Sugiyono, 2013):

Keterangan:

Nilai acuan untuk uji reliabilitas KR20 maupun alpha coronbachyaitu, jika alpha > 0,90 maka reliabilitas sempurna, jika alpha antara 0,70 –0,90 maka reliabilitas tingg, jika alpha antara 0,50 – 0,70 maka reliabilitas moderat, dan jika alpha < 0,50 maka reliabilitas rendah.

Berdasarkan hasil perhitungan diatas didapatkan hasil KR20 > 0,6 yaitu 0,7997 hasil tersebut menandakan instrumen pada penelitian ini memiliki nilai reliabel yang tinggi sedangkan pada pengukuran dengan menggunakan aplha cronbach, didapatkan nilai alpha > 0,6, yaitu 0,688, instrumen pada penelitian ini dikatakan reliable.

G. Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu proses untuk memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan


(58)

diperlukan (Setiadi,2007). Ada beberapa kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam pengolahan data dibagi menjadi enam tahap, yaitu

1. Editingdata (pemeriksaan data)

Tahap ini yaitu data yang diperoleh berupa daftar pertanyaan, pada kegiatan ini peneliti memeriksa data dengan cara mengumpulkan atau menjumlahkan dan melakukan koreksi pada hasil kuesioner (Budiarto, 2008). Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali kuesioner dengan maksud mengecek, apakah semua kuesioner telah diisi sesuai dengan petunjuk sebelumnya (Mardalis, 2008).

2. Codingdata (pemberian kode)

Mengklasifikasi jawaban dari responden kedalam kategori, biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing–masing jawaban (Budiarto, 2008). Kode yang digunakan untuk penilaian gaya hidup yaitu “(1) untuk gaya hidup tidak sehat dan (2) untuk gaya hidup sehat” (Notoatmodjo, 2005). Kode yang digunakan untuk penilaian perilaku konsumsi makanan asin, berlemak dan minuman berkafein yaitu “(1) untuk Lebih dari 1 kali sehari, (2) untuk 1 kali sehari, (3) untuk 3-6 kali seminggu, (4) untuk 1-2 kali seminggu, (5) untuk kurang 1 kali seminggu, dan (6) untuk tidak pernah” (Aisyiyah, 2009). Kode yang digunakan untuk penilaian aktivitas fisik yaitu “(1) untuk tidak aktif dan (2) untuk Aktif“ (Baecke, 1982). Kode yang digunakan untuk penilaian keadaan stres yaitu “ (1) untuk stres dan (2) untuk tidak stres”(Depkes, 2008).


(59)

3. Sortirdata

Mensortir adalah dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.

4. Entrydata

Pada tahap ini jawaban–jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

5. Cleaning

Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan ke dalam komputer untuk memastikan data telah bersih dari kesalahan sehingga data siap dianalisis (Hidayat, 2008).

H. Analisis Data 1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis jenis variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh peneliti. Analisis data yang diperoleh dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan software statistik (Dahlan, 2010).


(60)

(Hidayat, 2007). Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan dari Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud, tujuan penelitian, dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.

2. Anonimity(Tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Confidentiality(Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Peneliti akan manjamin kerahasiaan identitas responden, dimana data-data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan apabila telah selesai maka data tersebut akan dimusnahkan.


(61)

Beberapa prinsip etik menurut Polit (2006), yaitu:

1. Self Determination, yaitu responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah bersedia atau tidak mengikuti kegiatan penelitian dengan sukarela, setelah semua informasi yang berkaitan dengan penelitian dijelaskan dengan menandatangani informed consent yang telah disediakan.

2. Protection from discomfort, kenyamanan responden selama penelitian dijamin. Peneliti menekankan apabila responden merasa tidak aman atau nyaman selama mengikuti kegiatan penelitian sehingga menimbulkan masalah baik fisik maupun psikologis, maka peneliti mempersiapkan responden untuk menghentikan partisipasinya.


(62)

BAB V

HASIL PENELITIAN

Bab ini akan memaparkan secara lengkap hasil penelitian gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan kuesioner secara total sampling kepada setiap pengunjung yang berobat di puskesmas dan melakukan kunjungan rumah kepada pasien yang telah terdiagnosis hipertensi dan masuk kedalam kategori usia dewasa yaitu laki-laki atau perempuan yang berusia 25-45 tahun.

A. Gambaran Tempat Penelitian 1. Gambaran Umum

Puskesmas Ciangsana beralamat di Kp. Cikeas Hilit Nrt 5/3 Desa Ciangsana Kec. Gunung Putri dan berdiri tahun 1984. Puskesmas Ciangsana merupakan satu-satunya puskesmas yang ada di wilayah Kelurahan Ciangsana, letak berbatasan dengan :

a. Sebelah utara : Perbatasan desa Bojong Kulur b. Sebelah Selatan : Berbatasan Desa Nagrak

c. Sebelah Barat : Berbatasan Kel. Jatirangga/ Kali Cikeas

d. Sebelah Timur : Berbatasan Desa Limusnunggal/ Kali Cileungsi


(63)

Puskesmas Ciangsana memiliki beberapa program Kesehatan dasar, pengembangan wajib, dan pengembangan pilihan.

1) Pengembangan kesehatan dasar meliputi: a. Promosi kesehatan

b. Kesehatan Lingkungan c. Kesehatan ibu dan anak d. Perbaikan gizi

e. Pengobatan

2) Pengembangan wajib meliputi: a. Usaha Kesehatan Sekolah b. Lansia

3) Pengembangan pilihan meliputi: a. Laboratorium

Untuk program puskesmas yang fokus pada penyakit hipertensi lebih di titik beratkan pada program kuratifnya karena lebih terprogram. Setiap satu bulan sekali atau setidaknya jika obat antihipertensinya sudah habis, pasien hipertensi diwajibkan untuk kontrol ke puskesmas. Sementara untuk promotif dan preventif sudah berjalan namun kurang digalakkan. Program promotif dan preventif dilakukan oleh para kader saat Posbindu dengan cara penyuluhan kesehatan. Peserta penyuluhan tidak hanya peserta posbindu namun diberikan pula kepada para remaja. Selain itu menurut pengamatan


(64)

pasien tersebut tidak berobat untuk hipertensi. Dari pemeriksaan awal tersebut akan didapatkan tekanan darah pasien sehingga jika pasien pada saat itu memiliki tekanan darahnya tinggi dapat pula diberikan informasi agar pasien tersebut tidak terkena hipertensi.

B. Karakteristik Responden 1. Umur Responden

Karakteristik umur responden mengikuti kategori umur Depkes RI Tahun 2009. Responden dalam penelitian ini merupakan pasien hipertensi yang datang berobat di Puskesmas Ciangsana, Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor. Jumlah responden adalah sebanyak 40 orang. Sebagian kecil responden dalam rentang dewasa awal yang memiliki umur 26-35 tahun, yaitu 7 orang (17,5 %), sedangkan yang paling banyak adalah responden yang berumur 36-45 tahun, yaitu 33 orang (82,5 %). Responden dengan umur termuda yaitu 26 tahun dan responden dengan umur tertua yaitu 45 tahun.

Berikut ini distribusi responden berdasarkan umur dalam tabel berikut ini :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Umur

(Tahun)

Frekuensi Presentase (%)

Dewasa Awal (26-35) 7 17,5

Dewasa Akhir (36-45) 33 82,5

Jumlah 40 100


(65)

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan jenis kelamin responden :

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Presentase

(%)

Laki-laki 16 40,0

Perempuan 24 60,0

Total 40 100

Data di atas menunjukkan sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden (60,0 %). Sedangkan laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%) .

3. Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan riwayat hipertensi yang ada dalam keluarga responden :

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Keturunan Hipertensi Frekuensi Presentase (%)

Ya 23 57,5

Tidak 17 42,5

Total 40 100


(66)

4. Gaya Hidup

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan gaya hidup: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gaya Hidup

Gaya Hidup Frekuensi Presentase

(%) Gaya hidup tidak

sehat

40 100

Gaya hidup sehat 0 0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa seluruh responden mempunyai gaya hidup tidak sehat, yaitu sebanyak 40 responden (100%). 5. Kebiasaan Merokok

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan merokok:

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Merokok Frekuensi Presentase

(%)

Merokok 17 42,5

Tidak Merokok 23 57,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden (42,5%). Sedangkan 23 responden (57,5%) tidak memiliki kebiasaan merokok.


(67)

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan asin:

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Asin

Kebiasaan Makan Asin Frekuensi Presentase (%)

Lebih dari 1 kali sehari 16 40,0

1 kali sehari 14 35,0

3-6 kali seminggu 6 15,0

1-2 kali seminggu 4 10,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mempunyai kebiasaan makan asin lebih dari satu kali sehari, yaitu sebanyak 16 responden (40,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan makan asin 1-2 kali seminggu sebanyak 4 responden (10,0%).

7. Frekuensi Kebiasaan Makan Berlemak

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan makan asin:

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Berlemak

Kebiasaan Makan Berlemak

Frekuensi Presentase

(%)

Lebih dari 1 kali sehari 11 27,5


(68)

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mempunyai kebiasaan makan berlemak satu kali sehari dan 3-6 kali seminggu, yaitu sebanyak 12 responden (30,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan makan berlemak 1-2 kali seminggu sebanyak 5 responden (12,5%).

8. Frekuensi Minuman Berkafein

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan kebiasaan minuman berkafein:

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan Minuman Berkafein

Kebiasaan Minuman Berkafein

Frekuensi Presentase

(%)

Lebih dari 1 kali sehari 12 30,0

1 kali sehari 14 35,0

3-6 kali seminggu 8 20,0

1-2 kali seminggu 4 10,0

Tidak Pernah 2 5,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mempunyai kebiasaan minuman berkafein satu kali sehari, yaitu sebanyak 14 responden (35,0%). Sedangkan responden yang tidak pernah memiliki kebiasaan minuman berkafein sebanyak 2 responden (5,0%).


(69)

9. Aktivitas Fisik

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan status aktivitas fisik dan status aktivitas waktu luang, yaitu sebagai berikut:

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas fisik

Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase

(%)

Aktif 4 10,0

Tidak Aktif 36 90,0

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak mempunyai kebiasaan aktivitas fisik, yaitu sebanyak 36 responden (90,0%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan aktivitas fisik sebanyak 4 responden (10,0%).

Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Aktivitas Waktu Luang

Aktivitas Fisik Frekuensi Presentase

(%)

Aktif 5 12,5

Tidak Aktif 35 87,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak mempunyai kebiasaan aktivitas waktu luang, yaitu sebanyak 35 responden (87,5%). Sedangkan responden yang memiliki kebiasaan


(70)

10. Keadaan Stres

Berikut adalah tabel penyebaran responden berdasarkan keadaan stres: Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keadaaan Stres

Keadaan Stres Frekuensi Presentase

(%)

Stres 23 57,5

Tidak Stres 17 42,5

Total 40 100

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang mengalami keadaan stres yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Sedangkan responden yang tidak mengalami keadaan stres sebanyak 17 responden (42,5%).


(71)

BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan pembahasan yang meliputi interpretasi dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian dan selanjutnya akan dibahas tentang bagaimana implikasi dari hasil penelitian yang akan dibandingkan dua hal pokok yaitu antara lain kerangka teori dengan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi berdasarkan jenis kelamin, riwayat keturunan, kebiasaan merokok, frekuensi konsumsi makan asin, frekuensi konsumsi makan berlemak, frekuensi konsumsi minuman berkafein, aktivitas fisik, dan keadaan stres di Puskesmas Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

A. Karakteristik Responden 1. Umur Responden

Pada penelitian gambaran gaya hidup pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciangsana diperoleh sebanyak 40 responden yang sesuai dengan sampel yang direncanakan. 40 responden yang diteliti adalah responden dengan umur di antara 26-45 tahun yang merupakan termasuk usia dewasa dalam kategori usia menurut Depkes RI (2009). Hal ini didukung oleh data yang didapatkan dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007, prevalensi hipertensi pada usia dewasa di


(72)

cenderung terjadi pada orang dengan usia diatas 18 tahun. Berdasarkan hasil studi pendahuluan ditemukan bahwa kategori usia dewasa dengan responden terbanyak yaitu rentang 26-45 tahun, sehingga penelitian ini mengambil sampel dengan rentang usia tersebut. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Pritasari (2006), yang menyatakan bahwa pada usia produktif umumnya seseorang kurang memiliki motivasi untuk memperhatikan pola makan dan kesehatannya.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi usia dewasa disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal ini didukung oleh pernyataan Nisa (2012), Gaya hidup merupakan faktor risiko penting timbulnya hipertensi pada seseorang termasuk usia dewasa muda (21-40 tahun). Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak sehat. Hal-hal yang termasuk gaya hidup tidak sehat, antara lain merokok, kurang olahraga, mengonsumsi makanan yang kurang bergizi, dan stres.

Ditemukan kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peringkatan usia dan biasanya pada usia >40 tahun. pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) (Sharma, 2008). Resiko hipertensi meningkat seiring dengan bertambahnya umur, hal ini disebabkan oleh adanya perubahan struktur pada pembuluh darah besar sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku. Sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik (Muhammadun, 2010).


(73)

2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 24 responden (60,0 %). Sedangkan laki-laki sebanyak 16 responden (40,0%). Hasil analisis gambaran antara jenis kelamin dengan kejadian hipertensi dapat diketahui bahwa presentase kejadian hipertensi di subjek penelitian lebih banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hasil dari penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan menggunakan data Riskesdas tahun 2007, prevalensi hipertensi pada perempuan lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yaitu 50,3% dan 49,7% (Rahajeng dan Tuminah, 2009).

Wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut (Perry & Potter 2005, h. 798). Wanita lebih banyak yang menderita hipertensi dibanding pria, hal ini disebabkan karena terdapatnya hormon estrogen pada wanita. Menurut Cortas (2008), prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.


(74)

ini disebabkan oleh perbandingan jumlah subjek penelitian laki-laki dan perempuan yang tidak proporsional dimana jumlah subjek penelitian perempuan hampir dua kali jumlah subjek penelitian laki-laki.

3. Gambaran Tekanan Darah Berdasarkan Riwayat Keturunan Hipertensi dalam Keluarga

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Rohaendi dalam Irza, 2009).

Hasil ini didukung dengan pernyataan Black & Hawks (2005) yang mengatakan bahwa seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi akan mempunyai risiko yang lebih besar mengalami hipertensi. Hal ini terjadi karena seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beberapa gennya akan berinteraksi dengan lingkungan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah. Adanya faktor genetik pada keluaraga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi (Wade, 2003).


(75)

Pada penelitian ini dengan responden berusia 26-45 tahun, didapatkan hasil sebesar 57,5% responden yang menderita hipertensi memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya, dan sebesar 42,5% responden yang menderita hipertensi tidak memiliki riwayat hipertensi pada orang tuanya. Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar penderita hipertensi itu memiliki riwayat keturunan hipertensi dari kedua orangtua, kakek atau bahkan neneknya. Hal ini senada dengan hasil penelitian Irza (2009), dimana Irza yang mengambil sampel semua responden tanpa melihat apakah responden merokok serta apakah responden tersebut telah terdiagnosis hipertensi menyatakan bahwa faktor riwayat keluarga sangat berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya hipertensi.

B. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Faktor Pemberat Hipertensi

1. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Kebiasaan Merokok

Senyawa kimia yang terkandung dalam satu batang rokok sangat berbahaya, terutama nikotin dan karbon monoksida. Zat kimia tersebut dihisap dan kemudian masuk ke dalam aliran darah. Zat beracun tersebut dapat merusak pembuluh darah yang akan menyebabkan aterosklerosis yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang


(76)

menjadi dua kali lebih sering dibanding tidak merokok. Serangan sering terjadi sebelum usia 50 tahun (Depkes, 2008).

Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian kecil responden yang mempunyai kebiasaan merokok, yaitu sebanyak 17 responden (42,5%). Hasil penelitian ini berbeda dari Hasil penelitian yang dilakukan oleh Irza (2009) juga menunjukkan hasil yang sama. Dalam penelitian Irza yang mengambil sampel responden yang merokok dan uang tidak merokok dengan mengabaikan berapa jumlah batang rokok yang dikonsumsi dalam sehari dan apakah responden telah terdiagnosis hipertensi atau tidak hasilnya menyatakan bahwa faktor merokok atau tidaknya responden berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Hal ini disebabkan karena sebagian besar subjek penelitian yang saat ini adalah perempuan 57,5% yang umumnya bukan perokok, sedangkan responden laki-laki yang merokok lebih sedikit yaitu sebesar 42,5%. Penderita hipertensi pada penelitian ini sebagian besar tidak merokok, tetapi untuk faktor merokok berisiko terhadap kejadian hipertensi.

2. Gambaran Gaya Hidup Responden Berdasarkan Frekuensi Kebiasaan Makan Asin

Natrium (Na) bersama klorida (Cl) dalam garam dapur (NaCl) bermanfaat bagi tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium yang masuk dalam darah secara berlebihan dapat menahan air, sehingga meningkatkan volume darah. Peningkatan volume darah


(77)

mengakibatkan tekanan pada dinding pembuluh darah meningkat, sehingga kerja jantung dalam memompa darah juga semakin meningkat. Kelebihan natrium dalam darah juga berdampak buruk bagi dinding pembuluh darah dan mengikis pembuluh darah tersebut hingga terkelupas. Kotoran akibat pengelupasan ini dapat menyumbat pembuluh darah (Widharto 2007, hh. 10-12).

Berdasarkan hasil penelitian ini, frekuensi kebiasaan makan asin didapatkan bahwa penderita hipertensi yang mengkonsumsi makanan asin lebih dari satu kali sehari, yaitu sebanyak 16 responden (40,0%). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sugiharto (2007), yang membuktikan bahwa ada hubungan antara konsumsi makanan asin dengan kejadian hipertensi dan meyatakan bahwa seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin akan berisiko 3,95 kali dibandingkan orang yang tidak terbiasa konsumsi makanan asin.

Penelitian ini menyatakan bahwa semakin sering seseorang mengkonsumsi makanan asin maka akan semakin besar pula peluang untuk terkena penyakit hipertensi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Beevers (2002), pada orang kembar yang dibesarkan secara terpisah atau bersama dan juga terdapat anak-anak bukan adopsi telah dapat mengungkapkan seberapa besar tekanan darah dalam keluarga yang merupakan akibat kesamaan dalam gaya hidup. Berdasarkan penelitian tersebut merupakan akibat dari faktor genetika


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)