Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning

58 strategi demi memecahkan satu masalah tersebut sehingga perlu pengalaman terus menerus untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka tidak akan mampu mengembangkan strategi untuk menghadapi masalah dan langkah ketiga mengakses materi, jika pemecahan masalah ingin berlangsung mulus, siswa harus memahami apa yang mereka usahakan untuk dicapai dan mereka harus memiliki akses pada materi yang dibutuhkan untuk memecahkan masalahnya. Untuk membantu siswa memenuhi tujuan itu pembelajaran berbasis masalah terjadi dalam empat fase yaitu : Tabel 2.3 Fase Pembelajaran Berbasis Masalah No Fase Deskripsi 1 Mereview dan menyajikan masalah Guru mereview pengetahuan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah dan memberi siswa masalah spesifik dan konkrit untuk dipecahkan  Menarik perhatian siswa dan menarik mereka ke dalam pelajaran  Secara informal menilai pengetahuan awal  Memberikan fokus konkrit untuk pelajaran 2 Menyusun strategi Siswa menyusun strategi untuk memecahkan masalah dan guru memberikan mereka umpan balik soal strategi  Memastikan sebisa mungkin bahwa siswa menggunakan pendekatan berguna untuk memecahkan masalah 3 Menerapkan strategi Siswa menerapkan strategi mereka saat guru secara cermat memonitor upaya mereka dan memberikan umpan balik  Memberi siswa pengalaman untuk memecahkan masalah 4 Membahas dan mengevaluasi hasil Guru membimbing diskusi tentang upaya siswa dan hasil yang mereka dapatkan  Memberi siswa umpan balik tentang upaya mereka Sumber : Eggen, 2012: 311 59 Menurut John Dewey seperti dikutip oleh Eggen 2012: 312 metode reflektif didalam memecahkan masalah yaitu suatu proses berpikir aktif, hati-hati yang dilandasi proses berpikir kearah kesimpulan- kesimpulan yang definitif melalui lima langkah : 1 Siswa mengenal masalah, masalah itu datang dari luar diri siswa itu sendiri. 2 Selanjutnya siswa menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan masalah yang dihadapinya. 3 Lalu dia menghubungkan uraian hasil analisisnya itu atau satu sama lain dan mengumpulkan berbagai kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut. Dalam bertindak ia dipimpin oleh pengalamannya sendiri. 4 Kemudian ia menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-masing. 5 Selanjutnya ia mencoba mempraktekan salah satu kemungkinan pemecahan yang dipandangnya terbaik. Hasilnya akan membuktikan benar tidaknya pemecahan masalah tersebut. Bila pemecahan masalah itu kurang tepat atau salah maka akan dicobanya kemungkinan yang lain sampai ditemukan pemecahan masalah yang tepat. Pemecahan masalah yang benar yaitu yang berguna untuk hidup. Langkah-langkah tersebut tidak kaku dan mekanistik artinya tidak mutlak harus mengikuti urutan. Siswa biasa bergerak bolak balik antara masalah dan hipotesis kearah pembuktian, kearah kesimpulan dalam aturan batas-batas yang bervariasi, sehingga dapat dikatakan bahwa pendekatan instruksional ini mirip dengan suatu penelitian ilmiah di mana suatu hipotesis dapat diuji dan dirumuskan. 60 Selanjutnya Dewey Eggen, 2012: 313 menganjurkan agar bentuk isi pelajaran hendaknya dimulai dari pengalaman siswa dan berakhir dengan pola struktur mata pelajaran. Siswa akan bekerja karena dengan bekerja akan memberikan pengalaman yang akan memimpin orang untuk bertindak bijaksana dan benar.

2.7 Kemampuan Siswa

Pertumbuhan individu terlihat pada bertambahnya aspek fisik yang bersifat kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam kegiatan pendidikan dan pembelajaran, keduanya dilayani secara seimbang, selaras dan serasi agar dapat terbentuknya kepribadian yang integral. Adapun kegiatan ini dilaksanakan tidak lain untuk menghasilkan siswa dengan berbagai kemampuan yang dapat dihandalkan nanti ketika mereka turun pada konsep nyata yakni berkarya di dalam kehidupan masyarakat. Fajri 2009: 134 mengemukakan bahwa kemampuan berasal dari kata mampu yang mempunyai arti dapat atau bisa. Kemampuan juga disebut kompetensi. Sedangkan Donald seperti dikutip oleh Sardiman 2009:73 mengemukakan kemampuan adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya pikiran dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Mampu adalah cakap dalam menjalankan tugas, mampu dan cekatan. Kata kemampuan sama artinya dengan kecekatan. Mampu atau kecekatan adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar. Seseorang yang dapat melakukan dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan mampu. Spencer and Spencer dalam Uno 2010: 62 mendefinisikan kemampuan sebagai :

Dokumen yang terkait

Hubungan komunikasi guru-siswa dengan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di MAN 15 Jakarta

2 46 130

Perbandingan Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa Berasrama Dengan Nonasrama Di Smp Kharisma Bangsa Tangerang Selatan

6 45 123

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN DENGAN METODE SCIENTIFIC INQUIRY DAN DISCOVERY PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 13 BANDAR LAMPUNG

0 13 60

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL TEAM GAMES TOURNAMENT DENGAN SNOWBALL THROWING DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI KELAS XI SMA AL-AZHAR 3 BANDAR LAMPUNG

0 8 71

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA MATA PELAJARAN FISIKA KELAS X SMA DI BANDAR LAMPUNG

1 18 91

KEMAMPUAN BERPIDATO DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSTEMPORAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 8 9

PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 4 KOTA KARANG BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 6 36

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA NEGERI 1 SIBOLGA.

0 1 21

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA.

0 4 8

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN ANTARA SISWA KELAS XII IPA DENGAN SISWA KELAS XII IPS DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA Perbedaan Tingkat Kecemasan Antara Siswa Kelas XII IPA Dengan Siswa Kelas XII IPS Di SMA Negeri 7 Surakarta.

0 1 13